Kategori

2019/02/12

Resensi PAPER TOWNS (John Green)


PAPER TOWNS

www.google.com

 Pengarang             :  John Green
Penerbit                 :  Gramedia Pustaka Utama
Desain Sampul      :  Martin Dima
Ahli Bahasa           :  Angelic Zaizai
ISBN                     :  978–602–03–0858-6
Tahun Terbit         :  2008


Buku yang bertema misteri ini, mengawali ceritanya mengenai
seorang laki – laki  yang bernama Quentin Jacobsen yang jatuh cinta dengan seorang
perempuan bernama  Margo Roth Spiegelman. Quentin dan Margo bersahabatan sejak mereka berumur 2  tahun. Kisah cinta dan persahabatan mereka dimulai pada saat Margo menjadi tetangga Quentin. Sayangnya seiringnya waktu, hubungan mereka semakin merenggang. Hingga suatu saat, Margo menghilang dan melarikan diri ke sebuah kota yang bernama dia sebut “Paper Town”

Buku yang memiliki 360 halaman ini, memiliki alur cerita yang dapat
di bilang menarik. Hal Ini dapat di tunjukan pada saat Margo, memberi petunjuk – petunjuk untuk Quentin agar dapat mengetahui keberadaan dirinya. Salah satu petunjuk yang menurut saya menarik adalah, pada saat Quentin berada di toko souvenir  yang sudah tutup. Disana Quentin menemkan lubang – lubang kecil yang berada di salah satu tembok toko itu. Pada awalnya Quentin bertanya – tanya mengenai keberadaan lubang tersebut. Hingga suatu saat Quentin menemukan maksud dari lubang itu. Lubang itu adalah tempat bekas menusuk peta.

Di samping itu, alur yang di miliki novel karya John Green ini di
golongkan dengan alur maju. Salah satu alasan novel ini termasuk golongan alur maju adalah karena cerita  yang tulis ini tidak atau hampir tidak pernah mengangkat – angkat mengenai masa lalu.Walaupun ceritya ini di awali dengan masa lalu seperti kalimat “Waktu itu Margo dan aku berusia 2 tahun” (Halaman 9, paragraph 2, kalimat terakhir) , namun novel ini menceritakan alur maju secra dominan atau keseluruhan.

Sudut pandang yang dipakai dalam buku unik ini, adalah sudut
pandang orang pertama. Hal ini dapat di ketahui pada penggunaan kata ‘aku’ yang sering di temui di setiap kalimatnya. Seperti kutipan ini “ Menurut pendapatku, semua orang mendapatkan satu keajaiban.” ( halaman 9, paragraf pertama, kalimat pertama ) .

Selain itu, buku yang mempunyai tebal 2 cm ini juga memiliki
kelebihan yang lain. Kelebihan yang di miliki buku ini adalah, sang penulis menggunakan bahasa yang mudah di cerna oleh kalangan remaja, sehingga pada saat di baca tulisan – tulisan tersebut seakan – akan hidup dan menaik para pembaca untuk bergabung dengan dunia mereka. Sayangnya  tulisan – tulisan ini tidak akan luput dengan nam tempat – tempat yang tidak di ketahui oleh pembaca. Hal ini akan membuat pembaca harus lebih fokus untuk menggambarkan tempat tersebut. Seperti contoh pada saat sang penulis menyebutkan kota Agloe.

Walaupun buku ini hanya di lapisi dengan kertas Art Karton,
isi dari buku ini tidak kalah dengan buku yang memiliki Hard cover. Buku ini memiliki menyampaikan karakter – karakternya dengan cukup jelas. Sang penulis mendeskripsikan karakter – karakter dengan menuliskan secara langsung dengan di sertai perbuatan dan sikap – sikap mereka. Sebagai contoh, saya dapat dengan mudah mengetahui sifat dari Margo dan Quentin dengan hanya membaca adegan singkat mereka. Margo memiliki sifat misterius dan bebas, sedangkan Quentin memiliki sifat pendiam dan takut dengan aturan yang ada. Selain kedua tokoh tersebut, tertera 7 karakter lain yang memenuhi novel ini. Diantaranya ada Marcus, Ben, Jase, Chuck, Radar, Angela, Becca  dan Lacey.



Buku yang memiliki desain yang unik ini, sangat di
sarankan bagi pembaca remaja, terutama para remaja yang menyukai novel misetri – percintaan yang tidak terlalu berat, seperti saya. Ini adalah salah satu alasan mengapa saya memilih novel Paper towns. Selain itu, alasan saya menyukai novel ini adalah karna cerita yang di angkat sangat menarik. Walaupun ada beberapa kejadian yang dapat saya tebak, tetapi bagi saya novel ini termasuk novel terbagus yang saya pernah baca.

Dari novel ini saya mendapatkan pesan dan kesan yang sangat penting untuk hidup saya. Novel ini mengajari saya untuk tidak putus aja dan selalu menjadi diri kita sendiri. Kita tidak perlu menjadi apa yang mereka dan orang luar innginkan, tetapi cukup jadi diri sendiri dan nikmatilah hidupmu. Dan ada satu kutipan yang saya suka, kutipan itu berbunyi “ Barangklali ini lebih mirip dengsn ucapanmu sebelumnya, kita semua retak. Seolah, kita semua berawal sebgai wadah kedap air. Dan hal – hal ini terjadi – orang-orang ini meninggalkan kita, atau tidak menyayangi kita, atau tidak memahami kita, atau kita yang tidak memahami mereka, dan kita kalah, gagal, dan saling menyakiti. Dan wadah itu mulai retak di beberapa tempat.”  (halaman 347, paragraf 3, kalimat pertama) .



*** Selamat Membaca ***

www.pixabay.com

Baca juga:

resensi-biru-langit-cinta-eko-hartono

resensi-he-loves-her-till-end-monica

resensi-tears-in-heaven-angelia-caroline

Tidak ada komentar:

Posting Komentar