Kategori

2019/02/01

Resensi Novel Serendipity

                     Hidup tak selalu di atas karena manusia tidak luput dari masalah.


www.google.com



Identitas Buku
·        Judul Novel : Serendipity
·        Penulis : Erisca Febriani
·        Penerbit : Inari
·        Tahun Terbit : November 2016
·        Cetakan : Kedua
·        Tebal : 424 halaman atau 2,5 cm
·        ISBN : 978-602-74322-9-1

Erisca Ferbriani, lahir di Bandar Lampung, 25 Maret 1998. Berbintang Aries dan pencinta makanan pedas. Anak pertama dari lima bersaudara. Menulis merupakan hobi yang sudah digelutinya sejak SMP, sampai saat ini di sela kesibukannya sebagai mahasiswa semester tiga Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Novel debutnya berjudul Dear Natahan (Best Media,2016) yang berhasil dibaca 17 juta kali di Wattpad, berhasil menjadi novel best seller setelah terbit, dan sudah difilmkan. Serendipity merupakan novel keduanya, dan ia berjanji untuk terus menulis.
Novel Serendipity ini cetakannya sangat bagus, tidak ada yang cacat, covernya bagus,tebal, dan terdapat hiasan yang timbul. Walaupun harganya tebilang cukup mahal yaitu Rp 89.000 dan novel ini mudah didapatkan di banyak toko buku.

Tokoh pada novel ini juga tidak banyak sehingga tidak membingungkan, hanya ada Rani, Arkan, Gibran, Ibu Rani, Ayah dan Ibu Arkan, Loli, Jean , Om-om, dan teman sekelas Rani. Ditambah dengan penempatan setting waktu, suasana dan tempat yang sangat detail dan tepat. Misalnya pada saat mereka berada di taman di gambarkan bagaimana keadaan taman tersebut. Alur cerita mudah dipahami meski alur maju mundur, dan itulah yang menjadi semakin penasaran akan cerita selanjutnya. Misalnya pada awal novel ada saat dia flashback bagaimana keadaan keluarganya dulu. Sudut pandang yang digunakan adalah orangketiga serba tahu, karena menceritakan dari sudut “dia” seperti pada kutipan” Rani hanya bisa menangis dan meratapi atas kepuusa Arkan. Dia sama sekali tidak berusaha untuk mengelak,..”.

Dalam novel ini juga terdapat banyak kutipan yang bagus makanya yang dapat memotivasi pembacanya, seperti “ Karena nilai tidak penting, yang penting adalah bagaimana kamu menghargai orang lain dan menyebarkan kebahagian kepada sekitarmu.” . Kelebihan lainya novel ini tidak membuat bosan, ceritanya dapat membuat pembaca hanyut akan kesedihan,kebahagiaan, apapun suasana pada saat di novel. Alur ceritanya juga tidak mudah di tebak, penulisnya pintar dalam membuta teka- teki alur ceritanya. Kelemahannya adalah banyak menggunakan kata- kata modern remaja saat ini seperti, “gue”, “lo”, dll. Jadi novel ini lebih diperuntukan bagi remaja.

Novel ini sangat bermanfaat bagi pembacanya untuk medapatkan motivasi untuk menjalani hidup agar lebih baik dan juga mengandung amanat. Salah satu kutipan yang paling saya suka adalah “ Hiduplah seperti bunga dandelion. Dandelion tidak secantik mawar, tidak seindah lili, tidak seabadi edelweiss. Dandelion tidak memiliki mahkota yang membuatnya tampak menarik. Dandelion juga tak sewangi melati. Tapi dandelion adalah bunga paling kuat. Dia tetap bisa tumbuh diantara rerumputan liar, di celah batu. Dandelion terihat rapur, tapi begitu kuat, begitu indah, begitu berani. Berani menentang sang angin, terbang tinggi, begitu tinggi… menjelajah angkasa sampai akhirnya tiba di suatu tempat untuk dapat tumbuh membentuk kehidupan baru.”  

 Alasan saya membaca novel ini karena karya Erisca sebelumnya yaitu Dear Nathan saya sangat suka, dan saya sudah memiliki ekspetasi bahwa novel ini akan sama bagusnya. Amanat dari novel ini adalah apapun yang terjadi dalam hidup kita, tetap harus kita jalani dengan lapang dada, karena pada setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Hidup juga tidak selalu enak selalu diatas, ada kalanya kita harus merasa di bawah dan kesusahan dan saat itukah kta bisa belajar, itulah amanat yang saya dapat dari novel ini. Novel ini juga mengajarkan untuk memaknai arti sebuah  persahabatan dna cinta dengan benar agar tidak salah arah.

                                              *** Selamat Membaca ***


www.pixabay.com
Baca juga:

resensi-soekarno-is-great-lover

resensi-r-raja-ratu-rahasia-wulanfadi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar