Kategori

2018/04/24

Cerita Rumah Kebajikan

Rumah Kebajikan
(Kelenteng Boen Tek Bio)

sumber: pixabay.com

18 Februari 1998
            Matahari menutup senyumnya menjelang senja. Panas terik diganti angin sepoi – sepoi yang mengelus pipi. Biru langit pudar digantikan warna merah gelap. Kelenteng Boen Tek Bio sepi sudah. Loa Hay Yang menjalankan rutinitas seperti biasanya sebagai penjaga kelenteng dan seorang Buddha yang saleh. Menyapu dan membersihkan kelenteng. Tak lupa meletakkan hio terakhir sebagai ucapan syukur di genta. Asapnya membumbung ke angkasa. Ia menyukai rutinitas penghujung harinya itu. Namun kini, sukacita di hatinya pudar hari demi hari, seolah ikut tenggelam bersama mentari.
            Loa Hay Yang duduk termangu di halaman. Sebuah lonceng tua yang elok tergantung di halaman kelenteng Boen Tek Bio.Konon, lonceng apik itu berasal dari negeri Tiongkok dan dibuat tahun 1835. Juga ada patung singa penjaga (Ciok-say) serta tempat pembakaran kertas sembahyang (Kim Lo) berbentuk cukup antik yang dibuat pada sekitar abad ke-19. Senyum sedih menghiasi wajah Loa Hay Yang. Ia berharap, ia bisa menutup mata untuk terakhir kalinya tanpa harus melihat kelenteng bersejarah ini runtuh, terbakar, dan hal buruk lainnya yang bisa terjadi.
            “Hay Yang...” suara lembut menyapanya.
            “Bhante..” jawab Loa Hay Yang dengan sopan.
            Biksu Lin Guang Liang duduk di sebelah Loa Hay Yang sambil tersenyum. Aura bijak terpancar dari biksu berumur 60 tahun ini. Beliau berasal dari desa Huaxi di Tiongkok dan sudah mengabdikan dirinya di kelenteng Boen Tek Bio selama 20 tahun terakhir.
            “Saya lihat, akhir – akhir ini kamu murung terus. Ada apa sebenarnya? Apakah ada yang tidak beres?” tanya biksu Lin Guang Liang.
            Loa Hay Yang menghela nafas. “Saya khawatir Bhante... kondisi negara ini, secara politik, sosial, terutama ekonomi sedang tertekan. Banyak warga pribumi yang menentang keberadaan kita, kaum Tionghoa. Saya khawatir dengan kondisi kita, terutama kelenteng ini. apa yang harus kita perbuat jika kelenteng ini digusur? Apakah kita harus kembali ke negara asal kita?”
            Biksu Lin Guang Liang hanya tersenyum simpul. “Jangan mengkhawatirkan hal – hal yang belum tentu terjadi Hay. Kewajiban kita adalah terus berdoa pada Dewi Kwan Im. Kita minta petunjuk dan rahmat serta perlindungan dari-Nya. Juga kepada Hok Tek Tjeng Sien (Dewa Bumi) agar memberkati ekonomi bangsa ini. Selain itu, jika ada warga yang menentang, kita harus tetap berbuat kebajikan terhadap mereka.”
            Loa Hay Yang tersenyum. Meski kekhawatirannya tidak seluruhnya luruh, ia menjadi tenang berkat penghiburan dari Biksu Lin Guang Liang yang sangat dihormatinya itu. Ia berharap segala sesuatunya berjalan dengan baik.

20 April 1998
            Kelenteng kosong pengunjung hari ini. Hujan deras mengguyur kota Tangerang. Dari pagi hingga siang, langit bagaikan mengamuk tak henti. Petir menyambar – nyambar bumi. Suaranya menggelegar bak rasksasa. Loa Hay Yang sibuk mengepel halaman depan yang basah terkena cipratan air hujan. Ia berharap hujan akan segera berhenti. Dari kejauhan, ia dapat melihat jalanan sudah tergenang air sampai ke mata kaki. Ia berharap banjir tidak akan terjadi.
            Menjelang sore, bukannya berhenti, hujan badai malah mengamuk semakin dahsyat. Air hujan menampar – nampar jendela. Petir yang menggelegar memekakkan telinga. Ketika itu, air di jalanan sudah tergenang sampai ke betis. Di dalam kelenteng, hanya ada Loa Hay Yang si penjaga kelenteng beserta Biksu Lin Guang Liang. Raut wajah sang biksu datar, sulit dibaca.
            “Banjir! Banjir datang! Cepat mengungsi!”
            “Tolong! Tolong kami!”
            “Banjir datang! Naik ke atap rumah segera!”
            Terdengar suara warga sekitar yang berteriak bersahut – sahutan. Loa Hay Yang sudah hendak membuka pintu kelenteng untuk memeriksa keadaan. Tapi kemudian ditahan oleh sang Biksu yang sedari tadi diam seribu bahasa.
            “Mari kita sembhayang.” Ujar sang Biksu pelan.
            Loa Hay Yang bingung, namun tetap mengindahkan kata – kata dari sang biksu. Ia dan Biksu berdoa memanjatkan harapan dan meminta perlindungan kepada Dewa dan Dewi. Entah berapa lama mereka sembhayang secara khusyuk sedangkan suara ramai terus terdengar di luar kelenteng. Mereka berdua tetap berdoa dan terus berdoa sampai akhirnya hujan reda dan tak terdengar apa – apa lagi ketika mereka selesai. Mereka bangkit dan hendak keluar untuk memeriksa keadaan.
            Baik Loa Hay Yang maupun Biksu Lin Guang Liang sama – sama terkejut ketika mereka berada di luar. Banjir sudah surut kembali, namun warga berkumpul di depan kelenteng Boen Tek Bio. Mereka berbisik – bisik satu sama lain. Wajah mereka menyiratkan raut tanya dan penasaran. Salah satu dari mereka, seorang warga pribumi, menghampiri Loa Hay Yang dan Biksu.
            “Apakah kalian berdua di dalam tadi?”
            “Ya, kami ada di dalam.” Jawab Biksu Lin Guang Liang.
            “Kalian tidak tahu apa yang terjadi?” tanya orang tersebut lagi.
            “Itulah yang hendak kami tanyakan, apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa warga berkumpul di depan kelenteng?” Loa Hay Yang balas bertanya.
            Orang tersebut tampak terkejut, namun menjawab, “Banjir sudah sampai sepinggang selama kalian di dalam. Dari atap rumah, beberapa dari kami dapat melihat kelenteng. Banjir tampaknya tidak mengusik bangunan ini. Airnya mengalir terus dengan deras, namun melewati kelenteng begitu saja. Hal tersebut sangat aneh. Rumah kami semua tersapu banjir, tapi bangunan ini, seolah – olah ada tembok yang menghalanginya!”
            Loa Hay Yang tidak dapat berkata – kata. Sebaliknya Biksu Lin Guang Liang mengucapkan terimakasih pada warga tersebut dan mengatakan akan menerima mereka yang terkena musibah dengan tangan terbuka di kelenteng serta bersedia membantu meringankan beban warga. Dalam hati, baik Loa Hay Yang maupun sang Biksu sangat bersyukur dan meengucapkan terimakasih kepada Dewa Dewi.



2 Mei 1998
            Kondisi ekonomi negara Indonesia kian memburuk. Berita kerusuhan terjadi dimana – mana. Beberapa lokasi dibakar dan dihancurkan. Korban jiwa berjatuhan. Warga pribumi menyerbu dengan ganasnya. Loa Hay Yang tahu, tak berapa lama lagi, kelenteng Boen Tek Bio akan menjadi sasaran warga yang mengamuk. Dan akhir – akhir itu, ia bersama Biksu Lin Guang Liang bersembhayang lebih banyak dibanding biasanya.
            Sore hari tiba. Loa Hay Yang sedang membereskan beberapa barang ketika terdengar suara riuh. Awalnya ia mengabaikannya. Namun lama kelamaan suara – suara tersebut semakin keras. Suara orang – orang yang berteriak dengan marah. Sang Biksu menghampirinya tanpa berkata – kata. Loa Hay Yang tidak cukup berani untuk keluar dari kelenteng. Ia melongokkan kepalanya keluar dari jendela. Dari kejauhan, ia melihat keramaian orang yang berteriak – teriak. Hampir semuanya membawa sesuatu di tangannya. Benda panjang, jirigen minyak, dan lain sebagainya. Dengan wajah pucat, ia memberi tahu apa yang ia lihat pada Biksu Lin Guang Liang.
            “Mungkin sebaiknya kita bersembunyi Bhante.” Kata Loa Hay Yang dengan ketakutan.
            Sang Biksu menggeleng. “Mari kita berdoa.” ujarnya. Loa Hay Yang tidak membantah perkataan tersebut.
            Mereka berdoa dan terus berdoa meminta perlindungan dari Dewa Dewi. Sementara itu, suara – suara diluar semakin keras dan akhirnya menjadi sangat keras. Baik Loa Hay Yang maupun Biksu Lin Guang Liang tidak menghentikan doa mereka. Suara orang – orang yang berteriakan dan derap langkah yang keras terdengar begitu jelas. Loa Hay Yang sangat ketakutan, namun tak menghentikan doanya.
            Tak berapa lama, suara – suara tersebut hilang bagaikan ditelan angin. Mereka menghentikan doa mereka dan memberanikan diri keluar dari kelenteng. Hal yang sama dengan beberapa bulan yang lalu mereka dapati. Warga setempat berkumpul di depan kelenteng Boen Tek Bio. Salah seorang warga menghampiri mereka dengan raut wajah heran dan terkejut.
            “Apa yang terjadi?” tanya Biksu.
            “Ada beberapa orang tak dikenal yang datang dan merusak beberapa rumah kami. Kemudian mereka mengancam kami dengan bertanya apakah ada kelenteng disini. Kami terpaksa memberi tahu mereka karena cepat atau lambat toh mereka pasti akan menemukannya. Mereka berlari menuju kelenteng, tapi kemudian melewatinya begitu saja seolah – olah tidak melihatnya. Hal tersebut rasanya mustahil.”
            Kembali Loa Hay Yang dan Biksu Lin Guang Liang diselamatkan lagi dari musibah. Mereka mengucap syukur kepada Dewa dan Dewi atas perlindungan yang diberikan selama ini. Kelenteng Boen Tek Bio masih berdiri tegak hingga sekarang. Kelenteng tersebut merupakan bangunan yang bersejarah dan merupakan tempat ibadah bagi orang – orang beragama Buddha yang tinggal di Tangerang.

.


2018/04/18

Legenda Desa Medang

LEGENDA DESA MEDANG


sumber: pixabay.com

            Pada zaman dahulu kala di sebuah desa , terdapat suatu kerajaan yang bernama Kerajaan Watugaluh. Dalam kerajaan itu tinggalah seorang raja yang bernama Sri Kartadisertai sang ratu, dan kedua anaknya yakni Pangeran Sri Sanjaya, dan Sri Wongosari beserta istri mereka masing-masing dan prajurit-prajurit nya. Merekasangat terkenal dikalangan masyarakat desa tersebut, karena kebaikan mereka seperti  ramah , peduli , tidak sombong , dan mau berbagi kepada masyarakat sekitar. Ini semua berkat didikan Raja Sri Karta yang bijaksana dan berhasil mendidik kedua anaknya.
            Pada suatu saat Raja Sri Karta jatuh sakit. Raja tersebut mengidap penyakit yang sangat parah dan langkasehingga kondisi nya tidak memungkin kan untuk banyak beraktivitas seperti biasa. Kondisi kesehatan sang raja terus kembali menurun.Ratu punmenjadi sangat panik. Ia memutuskan untuk memanggil seorang tabib dengan upaya menyebuhkan sang raja. Namun sayangnya tabib tersebuttak bisa berkata sepatah katapun tentang penyakit sang raja ini.
   “ Tabib , mengapa engkau diam saja? Tolong katakan kepada saya , penyakit apa lagi yang baginda derita. Apakah dia masih dapat bertahan ? Apakah penyakit baginda masih dapat disembuhkan ? Tolong jelaskan kepada saya Tabib! Tolong bantulah saya”kata Ratu dengan panik kepada sang tabib. Namun sang tabib tetap diam dan tidak bisa berkata apapun tentang penyakit dan kesembuhan sang raja.
               Ratu dan kedua anaknya, yakni Pangeran Sri Sanjaya dan Sri Wongosari pun memanggil tabib-tabib terkenal lainnya. Bahkan mereka memanggil tabib yang berasal dari luar desa untuk menyembuhkan penyakit Raja Sri Karta. Namun usaha mereka tak membuahkan hasil apapun, dengan kata lain sia-sia.
            Keadaan Raja Sri Karta kembali menurun jauh dan membuatnya berpikir untuk memanggilistri dan kedua anaknya agar berkumpul dan membicarakan sesuatu hal. Raja Sri Karta pun berkata kepada kedua anaknyabahwa di dalam hutan terpelosok di tengah Kerajaan Watugaluh, terdapat tempat dimana ia dulunya menyimpan harta. Harta tersebut ingin ia wariskan kepada kedua putranya.Raja Sri Karta berpesan untuk membagi hasil warisannya dengan rata.
              Harta warisan Raja Sri Karta berada didalam sumur yang berada di suatu goa tersembunyi di dalam hutan tersebut. Hutan itu terkenal sangat angker yang dulunya digunakan untuk membuang jasad orang yang telah dihukum mati oleh pemerintahan terdahulu. Hutan itu dikenal dengan ‘Hutan Kematian'.
Tak lama kemudian, Raja Sri Karta pun meninggal akibat penyakit langka yang dideritanya. Setelah sang Raja meninggal, sifat kedua putranya berubah drastis. Kini mereka memiliki sudut pandang yang serakah dan haus akan harta. Mereka egois dan meningkatkan pajak desa dengan harga yang tidak masuk akal. Mereka berdua pun mulai memperebutkan harta. Inilah penyebab dan awal mulanya terjadi perang antar saudara.
       Seiring berjalannya waktu, Ratu pun wafat termakan oleh usia. Keadaan semakin memanas,kedua Pangeran semakin menginginkan harta karun peninggalan sang Raja. Bahkan, harta warisan sang Raja pun kini dijadikan taruhan oleh kedua putranya. Barangsiapa yang berhasil mendapatkan harta tersebut, ialah yang berhak untuk memegang kendali atas Kerajaan Watugaluh ini.
             Pangeran Sri Sanjaya dan Sri Wongosari saling bertarungyang untuk mendapatkan harta warisan yang berada di dalam Hutan Kematian tersebut. Istri Pangeran Sri Sanjaya pun mendukung suaminya dengan berkata“Saya doakan semoga mas mendapatkan harta karun tersebut. Jika kita sudah mendapatkan hartakarun sudah sangat yakin kita dapat menjual nya dan hidup kita semakin kaya raya”.
            Di sisi lain, istri Pangeran Sri Wongosari bisa dikatakan tak mau kalah liciknya. Diam-diam dan tanpa sepengetahuan siapapun terkecuali suaminya, istri Pangeran Sri Wongosarimenaruh racun di atas minuman Pangeran Sri Sanjaya. Namun kesalahan besar dibuatnya. Yang meminum racun tersebut bukanlah Pangeran Sri Sanjaya, melainkan istri Pangeran Sri Sanjaya.
            Pangeran Sri Sanjaya marah besar dan mengamuk. Ia berjanji pada dirinya bahwa ia akan membalas dendam dan membunuh istri dan Pangeran Sri Wongosari. Awalnya ia berhasil membunuh istri Pangeran Wongosari dalam sekejap. Kini kedua pangeran pun tak bisa mengendalikan diri dan terkontrol oleh panasnya emosi masing-masing.
            Kerajaan Watugaluh kini terbagi menjadi dua, yakni Watugaluh Timur dan Watugaluh Barat. Kedua blok barat dan timur mempersiapkan prajuritnya dengan matang untuk menghadapi peperangan yang entah kapan akan terjadi. Mereka membentuk benteng pertahanan yang sangat besar. Hutan Kematian yang berada di tengah menjadi pemisah terbesar mereka.
           Hari itu pun tiba, dimana kedua Pangeran memutuskan untuk memperebutkan harta warisan itu. Kedua pangeran memulai perjalanan dari bloknya masing-masing dengan membawa prajurit dalam hitungan banyak. Mereka melewati hutan yang angker dengan pepohonan yang menjulang tinggi. Burung gagak banyak beterbangan. Hingga akhirnya mereka bertemu di tengah hutan dimana goa tersebut berada.

 Akhirnya ditengah hutan mereka berperang dan terjadi pertumpahan darah. Pangeran Sri Sanjaya menang. Dengan tidak sabar dan rasa ingin tahu yang besar sebenarnya apa isi harta karun tersebut, ia segera memasuki goa dan mencari harta karun itu. Setelah menemukan sebuah kotak ia segera membuka kotak tersebut .dan kotak itupun berhasil terbuka. Sambil menutup mata agar setelah melihat isi harta karun itu ia terkejut, ia membuka kotak perlahan-lahan tapi pasti, cahaya memancar dari dalam kotak, pangeran sri sanjayalangsung melihat dan sangat terkejut dan sangat heran dengan apa yang ada di dalam kotak itu. Isi kotak itu adalah sebuah cermin dan selembar kertas yang betuliskan “ quotes, kayak yang di kungfu panda. Pokoknya keberhasilan berasal dari diri sendiri” raja 2 kecewa dan sangat kesal dengan harta karun yang tidak sesuai harapan yang ia inginkan.

Tempat itu menjadi bersejarah, karena adanya medan perang, tempat itu dinamai MEDANG

Legenda Cisadane





CISADANE


“Cinta Saka Pada Nela”





















 


Di suatu kerajaan yang terletak di daerah Banten, tinggalah dua orang anak bangsawan. Mereka bernama Saka dan Nela. Sejak kecil mereka selalu melakukan banyak hal bersamaan seperti bermain, berbagi cerita, dan pengalaman. Hari demi hari berlalu, dan tahun pun berganti. Persahabatan mereka tetaplah kuat hingga mereka dewasa. Setelah mereka dewasa, mereka pun akhirnya menyadari bahwa mereka saling jatuh cinta dan menyayangi. “Nela... Maukah kamu menjadi kekasihku?”, tanya Saka. Mendengar hal itu, terkejutlah Nela dan ia hanya terdiam. “Nela... mengapa kamu hanya diam? Apa kamu tidak mencintai aku juga?” tanya Saka lagi. “Bukannya aku tidak mau menerima kamu, tapi aku hanya terkejut akan pengakuanmu itu.”, jawab Nela. Saka pun kembali bertanya dan mendesak Nela, “Mana jawabanmu, aku tidak bisa menunggu lagi”, desak Saka. “Maaf aku tidak bisa menerima pernyataan cintamu, karena aku takut jika kamu mengetahui rahasia aku, kamu akan berhenti mencintaiku seperti dulu.”, jawab Nela. Saka kembali bertanya, “Rahasia apa yang kamu simpan sampai kamu berkata seperti itu?”

Mendengar hal itu, Nela pun bingung harus berbuat apa. Ia akhirnya menjelaskan semuanya ke Saka dan Saka pun mengerti bahkan mau menerima Nela apa adanya. Berkat kebaikan dan ketulusan Saka, mereka menikah dan hidup bahagia dengan dikaruniai seorang putri yang sangat cantik. Tapi apalah hidup jika tanpa cobaan. Suatu hari Nela mengalami muntah-muntah yang berkelanjutan, hampir setiap hari ia muntah-muntah dan berakhir tak sadarkan diri. Melihat hal itu, Saka memanggil seorang tabib. “Sayang sekali , istri anda mengalami sakit yang sangat sulit disembuhkan dan jika saya tidak salah, ini merupakan kutukan.” “Apa? Tapi apa penyebabnya?” tanya Saka. Kemudian Tabib menjelaskan,” saya tidak tau pasti dari mana asal kutukan itu namun yang jelas masih ada cara untuk menyembuhkan istri anda tapi hanya ada 2 cara dan tuanku harus pilih salah satu cara saja. Cara pertama adalah istri anda akan sembuh total namun usianya tidak lama dan cara kedua adalah istri anda dapat sembuh total dan hidup selamanya namun istri anda harus menjadi seekor ikan”.

            Saka pun bimbang karena bingung harus memilih cara yang mana tapi di dalam hatinya, ia hanya yakin 1 hal bahwa ia ingin terus bersama Nela. Hal itulah yang membuat akhirnya Saka memutuskan memilih jalan yang kedua. Hari demi hari dengan sabar Saka menemani Nela menjalani pengobatannya. Melihat Nela yang kesakitan, Saka merasa tidak tega melihat Nela yang kesakitan setiap kali menjalani pengobatan. Hari demi hari Nela mengalami perubahan pada tubuhnya. Pertama- tama kulitnya mengalami gatal- gatal dan terasa panas yang luar biasa kemudian kulitnya mulai berubah menjadi kasar dan sedikit demi sedikit muncul sisik pada kulitnya,  layaknya seperti ikan pada umumnya. “oh, Nela ku… sungguh kasihan sekali dirimu,” kata Saka sambil menahan tangis dimatanya. Nela yang tidak bisa melihat suaminya itu bersedih akhirnya berkata kepada Saka “jangan bersedih, suamiku… “
“Nela ku, andai saja kutukan itu menimpaku, kau tidak akan merasakan sakit seperti ini”
“shhhhhh… jangan berbicara seperti itu, suamiku. Ini memang sudah menjadi takdirku. Akulah yang seharusnya merasa bersalah padamu. Aku telah menjadi istri yang tidak bisa berbuat apa-apa bagimu. Terlebih dengan rupaku yang sudah buruk seperti ini.”
“tidak, tidak. Aku sama sekali tidak pernah memusingkan rupamu. Aku mencintai kau bukan dari rupamu tetapi dari hatimu. Aku akan menjaga dan merawatmu sampai sembuh. Percayalah aku tidak akan pernah meninggalkanmu sedetik pun.” Sembari berkata seperti itu, ia mencium kening istrinya dan memeluk istrinya dengan penuh kasih sayang.
Pada suatu hari, Saka sedang berjalan menghantarkan makanan untuk Nela yang sedang terbaring di tempat tidur. Dari kejauhan, ia melihat ada sesuatu yang aneh. Tiba-tiba, Saka melihat Nela berubah menjadi ikan sepenuhnya, baik dari fisik luar maupun dalam. Saka pun terkejut  melihat istrinya menjadi ikan yang sedang melompat-lompat mencari oksigen di atas kasurnya. Saka panik dan membawa istrinya ke dalam sebuah kendi yang berisi air. Kemudian ia segera membawanya ke tabib dan bertanya apa yang harus dilakukannya. “apa yang harus kulakukan? Istri ku sudah berubah menjadi ikan sepenuhnya. Dan, kalau ia terus berlama-lama di dalam kendi ini, ia akan mati…” tanya Saka kepada Tabib dengan raut muka gelisah.
“Tenang. Istri anda tidak akan mati kalau anda cepat-cepat melakukan hal yang akan saya katakan ini.”
“apa itu?”
“Jadi, anda harus meletakkan istri anda kedalam genangan air yang ada dikawasan timur. Tempat itu memang merupakan tempat yang angker. Tetapi, apabila anda meletakkan istri anda pada genangan air disana, kelak istri anda akan membawa ketenangan dan kedamaian ditengah-tengah daerah itu.”
            Tanpa banyak berpikir dan berbicara, Saka langsung pergi bergegas ke tempat yang ditujukan oleh tabib tersebut. Sesampainya disana ia menemukan sebuah genangan air. Dengan hati-hati dan berlahan-lahan ia meletakkan istrinya disana. “Nela ku… maafkan aku… karena hanya ini yang bisa aku lakukan agar kau bisa tetap hidup…sungguh…maafkan aku” kata Saka dengan air mata yang mengucur di pipinya.
“suamiku... kau sudah berbuat banyak untukku… tidak ada lagi yang bisa kukatakan selain terima kasih kepadamu. Kau telah menerimaku apa adanya. Baik disaat aku normal ataupun sampai sekarang aku telah berubah menjadi ikan. Beribu terima kasih pun tidak akan pernah bisa menutupi segala hal yang telah kau lakukan untukku.” Sahut Nela. Mendengar hal itu, tangisan Saka semakin keras, dengan terisak-isak ia berkata “Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku. Semua kulakukan karena cintaku kepadamu yang begitu dalam. Aku lakukan ini supaya aku tetap bisa bersama denganmu. Hidup terus bersama mu… tidak lebih…”
“Kalau begitu, sekarang relakanlah aku pergi dan tinggalkan aku disini. Aku tahu dengan keberadaan diriku disini, aku bisa membawa damai bagi daerah ini.” Kata Nela.
“ini sulit bagiku... untuk meninggalkan kau disini sendirian…” isak Saka
“ini takdirku. Aku bahagia bahwa ternyata setidaknya dengan perubahan ku ini, mampu memberikan manfaat bagi orang lain. Oleh karena itu, untuk kebahagiaanku relakanlah aku disini.”
“ tapi… satu hal yang harus kau ingat, Nela. Cintaku pada mu tidak akan pernah berubah. Kau akan selalu tetap menjadi bunga hatiku. Dan, aku berjanji akan selalu menemuimu disini. Aku sungguh mencintaimu, Nela.”
            Sesaat setelah Saka berbicara seperti itu kepada Nela, tiba-tiba muncul siluet sinar yang sangat terang dan hal berikutnya yang terjadi adalah… tiba-tiba genangan air itu berubah menjadi sebuah sungai yang sangat panjang. Melihat hal itu, Saka cepat-cepat mencari Nela “Nela… Nela… dimana kau?” Kemudian muncul sebuah sinar yang begitu menyilaukan mata dan kemudian diantara cahaya itu muncullah sosok Nela dengan rupa normal. Ia layaknya seperti Nela yang dulu, Nela yang cantik jelita. “aku sini, suamiku…” sahut Nela. “Nela… istriku… kau sudah kembali seperti dulu…”
“ya, suamiku… cintamu lah yang membuatku berubah kembali menjadi seperti diriku yang sebelumnya.” Kata Nela.
“Kalau begitu, kau masih bisa bersamaku.”
“Betul, suamiku. Tetapi, kau hanya bisa menemuiku disini. Aku tidak bisa bersamamu lagi seperti dahulu kala. Kita hanya bisa bersama ketika disungai ini saja. Sekarang, aku juga harus melindungi sungai ini agar bisa tentram dan damai.”
            Setelah kejadian itu, Nela dan Saka tetap menjalani hubungan mereka seperti dulu. Hampir setiap hari, Saka pergi ke sungai itu untuk bertemu dengan Nela. Hal itu Saka terus lakukan sampai ia tua bahkan sampai ia meninggal. Masyarakat yang ada disekitar sungai itu pun terpukau dengan cinta Saka yang begitu besar terhadap Nela. Serta, masyarakat juga sangat merasa bahagia sejak daerah itu dilindungi oleh Nela. Daerah itu menjadi daerah yang tentram dan damai. Maka, untuk mengenang itu semua akhirnya masyarakat memberikan nama sungai itu sebagai “CISADANE” yaitu Cinta Saka Pada Nela.


Legenda Rawa Kutuk


Legenda Rawa Kutuk

sumber: pixabay.com


Dahulu kala, terdapat dua kerajaan besar yang berada di Tangerang. Kedua kerajaan tersebut adalah Kerajaan Majapayung yang berada di sebelah Barat, dan Kerajaan Gatolan berada di sebelah Timur. Di antara dua kerajaan tersebut, terdapat sebuah jalan yang menghubungkan dua kerajaan. Kerajaan Majapayung dipimpin oleh Ratu Malin, sedangkan Kerajaan Gatolan ini dipimpin oleh Raja Lulung. Penduduk yang tinggal di sekitar Kerajaan Gatolan sangatlah banyak, sehingga wilayah Gatolan menjadi sangat sempit dan terlalu ramai. Oleh karena itu, Raja Lulung memutuskan untuk memperluas daerah kekuasaannya. Dalam hatinya, “Alangkah banyaknya orang-orang yang tunduk padaku, tapi lihatlah ini, sepertinya kurang luas daerahku ini.” Maka disuruhlah utusannya mencari daerah untuk memperluas kekuasaannya.
Utusannya pun pergi mencari. Setelah lama mencari, mereka menemukan sebuah jalan tak berpenghuni yang jaraknya tidak begitu jauh dari kerajaan. Dan disekitar jalan tersebut terdapat rawa sehingga jalan tersebut dikenal dengan Jalan Rawa. Mendengar kabar tersebut, Raja Lulung menyampaikan kepada penduduknya dan pengikutnya bahwa adanya lahan untuk ditempati. Tanpa berpikir panjang, segeralah penduduknya menempati jalan tersebut. Raja Lulung tidak mengetahui bahwa Jalan Rawa adalah milik Kerajaan Majapayung. Berita bahwa Jalan Rawa telah diambil alih oleh Kerajaan Gatolan telah sampai di telinga Kerajaan Majapayung. Mendengar hal ini, Ratu Malin dari Barat pun kesal. Sang ratu langsung menyatakan perang terhadap Kerajaan Gatolan.
Lima hari kemudian perang berlangsung darah berceceran, mayat bergeletakan, senjata perang bertebaran. Pada hari ke tiga belas Kerajaan Gatolan dapat mengalahkan pasukan Raja Lulung tapi Jalan Rawa menjadi rusak akibat perang yang terjadi. Pada hari itu juga rakyat langsung dengan semangat memperbaiki jalan tersebut, sementara itu di Kerajaan Majapayung Ratu Malin sangat murka melihat kemenangan Kerajaan Gatolan. Segera ia mengutus orang pintar bernama Nyi Jongkrak untuk mengutuk jalannya yang telah diambil alih. “Sebanyak butiran pasir pun engkau membenarkan jalan ini, sampai mati pun tidak akan bagus.”
       Raja Lulung pun bingung harus berbuat apa. Hatinya sangatlah kesal, tetapi ia tahu bahwa apa yang dibuatnya salah. Ia tidak ingin meminta maaf kepada Ratu Malin. Raja Lulung berpikir keras bagaimana cara untuk menghilangkan kutuk dari Jalan Rawa dan memindahkan kutuk tersebut ke Kerajaan Majapayung agar Ia dapat mengambil kembali Jalan Rawa tersebut. Ia meminta panglimanya untuk mencari dukun yang dapat menghilangkan kutuk jalan tersebut.  Setelah beberapa hari kemudian, sang panglima pun mendapat seorang dukun terkenal di daerah Kerajaan Gatolan. Raja Lulung pun langsung meminta si dukun untuk menghilangkan kutuk di Jalan Rawa dan memindahkannya ke Kerajaan Majapayung. Ia juga berjanji akan memberikan imbalan yang besar jika si dukun berhasil menghilangkan kutukannya. Si dukun ini pun menyetujuinya.
Segera ia pergi ke jalan tersebut. Namun sesampainya di jalan itu, seketika ia seperti mendapatkan firasat buruk. Tapi mengingat sang raja akan memberikan imbalan yang menggiurkan, ia kemudian mempersiapkan segala yang ia butuhkan dan mengucapkan mantranya. Setelah mengucapkan mantra tersebut, tiba-tiba langit menjadi gelap dan petir menggelegar dimana-mana.
        Si dukun pun mulai ketakutan lalu melarikan diri. Namun, pada saat dia melarikan diri, petir menyambar dirinya lalu mati. Dukun tidak berhasil mengangkat kutukan dikarenakan dukun yang berasal dari Kerajaan Gatolan telah mengutuk jika ada yang berusaha mengangkat kutukan tersebut, langit akan menjadi gelap dan petir akan menyambar orang yang berusaha mengangkat kutukan.
Raja Lulung pun pantang menyerah. Ia terus berusaha mencari orang pintar untuk menghapus kutukan tersebut. Berminggu-minggu, berbulan-bulan sampai bertahun-tahun tidak ada satupun orang yang mampu menghapus kutukan dari Ratu Malin bahkan puluhan orang pintar sudah menjadi korban dari kutukan itu. Akhirnya, Raja Lulung pun menyerah, ia tidak berusaha mencabut kutukan tersebut lagi. Sehingga orang-orang Kerajaan Gatolan yang tinggal di sekitar jalan tersebut menyebutnya "Rawa Kutuk".



sumber: pixabay.com

2018/04/17

Resensi Veronika, Misteri Perempuan salib Kudus di Jalan Salib Kristus

Perempuan Pengusap Wajah Yesus




Judul               : Veronika, Misteri Perempuan Salib Kudus di Jalan Salib Kristus
Pengarang       : Doni Koesoema Albertus
Penerbit           : PT. Kanisius
ISBN               : 1014000169
Cetakan I        : 28 Mei 2014
Tebal               : 215 halaman

            Buku karanngan Doni Koesoema Albertus yang terbit pada tahun 2014 ini mengajak pembaca untuk menelusur, dari mana sebenarnya asal-usul gambaran dan kisah Veronika yang sampai pada kita, yaitu seorang perempuan saleh yang mengusap wajah Yesus di perjalanan menuju Kalvari, ia memperoleh gambar Yesus di sapu tangannya. Kisah tentang veronica yang sampai pda kita saat ini, bukanlah satu-satunya kisah yang ada tentan Veronika, baik sebagai sosok perempuan kudus maupun gambar otentik Kristus. Di berbagai tempat terdapat banyak kisah atau legenda tentang kain Veronika yang bergambar wajah Yesus itu. Banyak tradisi dalam gereja, baik di Barat maupun di Timur, yang mengisahkan tentang Veronika dengan berbagai macam versi & kisah uniknya.
            Doni Koesoema Albertus lahir pada tahun 1973 di Klaten Jawa Tengah. Menjalani pendidikan menengah di SMA Seminari Santo Vincentius a Paulo, Garum, Blitar, Jawa Timur. Gelar Sarjana Filsafat diperoleh di Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Jakarta. Memperoleh gelar Baccalaureato di Teologia dari Universitas Kepausan Gregoriana, Roma, Italia. Memperoleh gelar Master of Education  (M. Ed) dengan spesialis Kurikulum dan Pengajaran di Boston Collage Lynch School of Education, Boston, MA, US.
            Penulis pernah menjadi wartawan majalah Hidup (1995-1998). Selepas dari majalah Hidup, ia menjadi koresponden untuk majalah hidup (1999-2005) dan situs resmi KWI Mirifica bermarkas di Roma (2002-2005). Ia pernah menjadi Wakil Pemimpin Redaksi Koran Harian Anak Berani (2009-2011) dan menjadi Editor in Chief Berani Online (2011-2012) sekarang menjadi Direktur Pendidikan Karakter Education Consulting (2008-sekarang).
            Penulis memperoleh beberapa penghargaan antara lain: Penghargaan dari Menteri Pendidikan Nasional dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2011 untuk apresiasi dan penilaian artikel bidang pendidikan yang dimuat pada media cetak dan penghargaan dari Menteri Pendidikan Nasional sebagai penulis artikel produktif tentang pendidikan di media cetak dalam rangka Apresiasi Penulis Artikel Peduli Pendidikan 2008-2009.

            Saya membaca buku ini karena saat kelas 9 SMP saya diharuskan membawa buku tentang kemanusiaan atau Humaniora maka dari itu saya membeli buku ini karena menurut saya buku ini sangat menarik karena menarik fakta-fakta terdalam tentang Veronika dan dapat menambah pengetahuan-pengetahuan penting dalam umat Kristiani. Walaupun kata-katanya sangat sulit dimengerti karena dia mengambil beberapa materi dari dokumen-dokumen Gereja yang menurut saya sangat asing. Namun buku ini sangat menarik perhatian karena terdapat fakta-fakta unik tentang Veronika yang membuat beberapa pembaca penasaran begitu juga saya. Bab yang menarik adalah bab 1 mengenai Veronika di Mata Umat Katolik karena bab tersebut benar-benar mengupas inti dari buku ini dan fakta-fakta Veronika baik secara umum maupun khusus.

Resensi Buku Kesuksesan

“Menjahit Keberuntungan”




Judul      : Menjahit Keberuntungan
Penerbit : Kompas Gramedia
Pengarang: Tim redaksi Kompas Gramedia
Tebal      : 204 halaman
Tahun Terbit: 2000

          Buku ini berisi kumpulan cerita-cerita inspiratif mengenai pengusaha-pengusaha Indonesia yang berhasil mencapai tempatnya saat itu yang begitu sukses dan ternama. Meski, awalnya mereka tak begitu terkenal dan malah mereka mendapat olokan dari sanak saudara bahkan tetangga-tetangganya. Mereka tak kenal lelah dan malu. Mereka tetap bekerja sesuai hatinya, dan mereka akhirnya membuahkan hasil yang begitu memuaskan. Setelah, hasil kerjanya yang sudah melewati jalan yang begitu panjang, bahkan hingga 10 tahun mereka baru mendapatkan sukses yang saat itu ia dapatkan. Cerita yang berada dalam buku ini begitu beragam. Ada yang memulai usaha karena dikeluarkan dari sekolah atau bahkan ada yang membuka usaha karena tuntutan ekonomi yang saat itu Indonesia sedang dilanda  krismon (krisis moneter). Tapi, semua itu mereka lakukan dengan tidak pernah berharap akan hasil, atau pun kesuksesan di masa yang akan datang. Mereka, membuka usaha atas alasan kebutuhan saja.
          Buku ini diterbitkan oleh Kompas Gramedia, dan ditulis oleh tim redaksi Kompas Gramedia.  Buku ini diterbitkan pada tahun 2000 dengan inspirasi cerita yang datang pada 1997 saat krisis moneter melanda indonesia. Buku ini sangat inspiratif bagi mereka yang mencari sebuah inovasi bagi anda-anda yang ingin membuka usaha. Cerita ini juga dapat mendorong anda agar anda tidak menyerah dalam menangani masalah-masalah yang ada dalam hidup seperti krisis keungan atau pun yang lain yang dapat membuat anda resah dan putus asa. Cerita ini juga menunjukan bahwa segala usaha dapat berhasil jika kita benar-benar menjalaninya dengan ulet dan tak kenal lelah. Semua tadi ditunjukan melalui kisah-kisah mereka yang awalnya tak berkemampuan dan tak memiliki apa-apa menjadi mereka yang memiliki segala dan baik hati mau menolong sesama. Tapi, mengapa anda harus membaca buku ini. Alasannya sederhana saja, buku dapat menginspirasi anda ketika anda berada dalam masalah, dan anda akan percaya bahwa Tuhan akan selalu menyertai kita. Meski, situasi kita sangat amat kritis.


Resensi The Art of Thinking Clearly

The Art of Thinking Clearly




Judul                : The Art of Thinking Clearly
Penulis             : Rolf Dobelli  
Penerbit          : Harper
Tebal               : xviii + 358

Buku  “ The Art of Thinking Clearly” mengandung contoh-contoh kesalahan mindset  sehari-hari yang sudah menjadi kebiasaandan juga cara-cara untuk menghindarinya. Buku ini juga dapat memberikan jalan atau alternatif agar para pembaca untuk menjadi lebih bahagia dan memiliki ide-ide baru, serta berpikir dari sudut pandang yang berbeda. Dan juga dapat mengubah cara para pembaca dalam pola berpikir dan membuat keputusan.
Manfaat dari buku ini adalah buku ini menyediakan cara-cara untuk berpikir jernih dan menghilangkan cara mengambil tindakan / keputusan dengan lebih baik. Buku ini memiliki berukuran kecil dan memiliki soft cover, sehingga nyaman untuk dipegang dan tidak berat, serta memudahkan untuk dibawa berpergian. Kertasnya yang berwarna coklat muda membiarkan mata para pembaca untuk lebih rileks. Penjilidan buku ini sendiri kurang memuaskan, karena terasa rapuh. Ukuran tulisan dalam buku kecil untuk meminimalisir pengunaan kertas. Walaupun buku ini ditulis dalam Bahasa Inggris, bahasa yang digunakan cukup mudah dimengerti bagi orang-orang awam.
Bab yang paling berkesan bagi saya adalah bab ke-71tentang pilihan alternatif. Bab itu menjelaskan bahwa ada berbagai macam pilihan dan tidak hanya untuk saat ini, tetapi juga untuk kedepannya. Dobelli juga memberikan contoh-contoh permasalahan yang sulit untuk dihadapi. Bab ini juga mengajarkan para pembaca untuk membuka pilihan kita dan berpikir kedepan.


Chiken Soup for The Kid's Soul (Makhluk Asing di Internet)

Mahluk Asing di Internet




Judul buku : Chicken Soup for the Kid’s Soul (Mahluk Asing di Internet)
Penulis        : Jack Canfield , Mark Victor Hansen, Patty Hansen, Irene Dunlap
Penerbit     : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan I    : 2007
Tebal          : 230 halaman

Pada saat kita masih anak-anak pasti kita susah di atur, belum mengetahui secara umum apa itu etika. Tetapi jangan membiarkan it uterus menerus terjadi, kita bisa mengubah sifat anak-anak itu menjadi baik dan beretika.
                  Salah satu buku anak-anak yang berkualitas  adalah buku Chicken Soup for the Kid’s Soul. Buku Chicken Soup ini adalah buku karangan Jack Canfield bersama teman-temannya, yang di dalamnya menceritakan tentang kisah persahabatan , cinta , social ,  motivasi, keberanian, harapan, dan kegembiraan yang dapat memberikan inspirasi kepada pembaca mudanya terutama anak-anak, dan bukan hanya untuk bermimpi, tapi juga untuk dengan sepenuh hati menciptakan kemungkinan baru.
Jack Canfield sangat memahami tetang anak-anak, maka ia menerbitkan sebuah buku ini untuk mencerahkan dan menginspirasi anak-anak supaya menjadi anak yang baik kepada orang tuanya terutama pada sikap dan karakter anak.
                Manfaat dari buku ini adalah dapat menginspirasi anak-anak dalam persahabatan, sosial, dan moral. Dalam persahabatan anak-anak di ajarkan untuk selalu bersahabat dengan siapapun dan tidak membeda-bedakan orang lain. Dalam Sosial mereka akan di ajarkan untuk selalu membatu sesama dan berbagi kebahagiaan dan kesedihan bersama serta menyadari bahwa mereka tidak sendirian dalam mengahadapi apa yang mereka rasakan. Dan moral mereka akan di ajarkan jujur dan bermoral dalam kehidupan sehari-hari terutama pada orang tua.
               Secara keseluruhan, buku Jack Canfield dapat menjadi paduan anak-anak yang mencerahkan masa depannya. Jika dibaca dengan seksama, banyak kata-kata inspirasi yang memiliki makna yang bagus dan menyisipkan haru dalam hati. Penyusunan konten cukup jelas dan sistematis. Yang paling bagus dari buku ini adalah anak-anak berbicara pada sesame anak-anak.
               Namun, ceritanya terlalu banyak untuk 230 halaman karena cerita di dalamnya terlalu pendek. Jika ceritanya lebih panjang, akan lebih bagus untuk di baca.

ah satunya pembaca dapat memahami peristiwa yang terjadi, tindakan politik, serta gaya kepemimpinan Soekarno selama ia menjabar sebagai Presiden RI. Buku ini juga dapat memberikan motivasi bagi kita karena di setiap bab disisipkan kata-kata yang dapat membangun/memotivasi dari Soekarno.



Resensi Soekarno Indonesia


Soekarno dan Indonesia





Judul               : Soekarno Paradoks Revolusi Indonesia
Penulis             : Farid Gaban, Arif Zulkifli, Karinaya Dharmasaputra, Irfan Budiman, Seno Joko Suyono, Bina Bektiati, dan Ignasius Haryanto.
Penerbit           : KPG ( Kepustakaan Populer Gramedia )
Cetakan           : Februari 2017
Tebal               : 152 halaman
ISBN               : 978-602-424-261-9

Buku ini menceritakan kisah hidup Soekarno yang begitu menarik. Penulis mengisi bab pertama dengan kehidupan politik serta tindakan politik yang diambil Soekarno selama masa kepemimpinannya menjadi presiden. Selanjutnya, menceritakan tentang kehidupan rumah tangga Soekarno bersama istri-istrinya. Penulis juga mencantumkan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi selama masa pemerintahan Soekarno besera tanggal terjadinya peristiwa tersebut.
Sampul buku ini sangat menarik karena dihiasi warna yang mencolok dilengkapi dengan karikatur wajah Soekarno. Sebagian besar buku ini diisi dengan tulisan namun dalam beberapa halaman terdapat gambar-gambar untuk memperjelas cerita, walaupun gambarnya tidak berwarna atau hitam putih sehingga terkesan kurang menarik. Bahasa yang digunakan dalam buku ini cukup sulit untuk dipahami karena menggunakan beberapa istilah dalam politik yang kurang dimengerti bagi orang awam. Kertas yang digunakan pada halaman buku ini adalah kertas biasa yang tidak berwarna dan tipis. Pada setiap bab disisipkan beberapa kata-kata yang dapat memotivasi dari Soekarno untuk para pembaca.
Buku ini sangat direkomendasikan untuk dibaca baik untuk kalangan remaja maupun dewasa khususnya bagi para penggemar Soekarno, karena dalam buku ini kita bisa mendapat banyak informasi yang disampaikan oleh sumber yang terpercaya. Isi buku ini cukup lengkap yaitu berisi tentang sang Paradoks Revolusi Indonesia.
Manfaat buku ini adalah dengan membaca buku ini, pembaca bisa mendapatkan informasi yang lebih spesifik mengenai Soekarno. Selain itu, buku ini juga dapat memberikan pengetahuan baru bagi para pembaca. Salah satunya pembaca dapat memahami peristiwa yang terjadi, tindakan politik, serta gaya kepemimpinan Soekarno selama ia menjabar sebagai Presiden RI. Buku ini juga dapat memberikan motivasi bagi kita karena di setiap bab disisipkan kata-kata yang dapat membangun/memotivasi dari Soekarno.

Baca juga:

resensi-soekarno-is-great-lover