Kategori

2019/02/20

Resensi GOLDEN BIRD : ALPHA (Luna Torashyngu)


Serigala Berbulu Domba

www.google.com

Judul               : GOLDEN BIRD : ALPHA
Pengarang       : Luna Torashyngu
Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit    : 2012
Tebal Buku      : 272 Halaman


Seorang anak kecil yang berbaju kumuh berlari menelusuri sebuah rel kereta api, sampai akhirnya Ia sampai di sebuah gang. Ia memasuki gang tersebut dan berjalan ke sebuah rumah yang lusuh, kemudian masuk ke dalam, itulah rumah dari anak tersebut, yang bernama Prayudha Wirawan. Ia tinggal sendiri bersama Ibunya, ayahny, ayahnya sudah meninggal. Dengan kegigihannya Ia berhasil lulus di universitas terkenal MIT di Amerika dan direkrut sebagai guru di sebuah sekolah elite di Jakarta, SMA Veritas yang dimiliki oleh perusahan terkaya di Indonesia yaitu Trisona Group. Di keseharian mengajarnya Ia bertemu dengan Dian dan Fiona, Dian adalah anak yang cemerlang di bidang IT, sedangkan Fiona adalah anak dari direktur Trisona Group, keduanya adalah murid Yudha. Kehidupan Yudha awalnya tenang-tenang saja, sampai mulai terjadi permasalahan yang mulai menumpuk, dari hubungan romansanya dengan Fiona, sampai kenyataan pahit tentang ayahnya. Pada puncaknya, Ia harus berhadapan dengan virus komputer Kiss of Death yang membahayakan seluruh aset Trisona Group dan kasus balas dendam yang belum terselesaikan.

            Tema dari novel ini sering dipakai, yaitu kehidupan masa SMA, yang menarik adalah cerita ini melibatkan beberapa istilah komputer, yang jarang kita temui di kehidupan sehari-hari. Alur yang dipakai adalah alur maju mundur, ada beberapa kilas-balik yang disajikan. Pada beberapa bab pertama, alur cerita dari novel ini mudah ditebak, sehingga tidak terlalu menarik, namun di pertengahan sampai akhir, jalan cerita mulai sulit ditebak. Masalah berikutnya adalah ending dari novel ini bisa terbilang cliche, sudah sangat sering dipakai sehingga dampaknya tidak terlalu besar, namun di bagian penutup, pembaca akan disajikan sebuah plot twist yang menarik. Bahasa yang digunakan oleh pengarang tidak baku, mudah dipahami, dan tidak berbelit-belit. Watak para tokoh di novel ini diperkenalkan dengan baik, namun demikian jumlah tokoh agak banyak sehingga agak sulit untuk mengingat semuanya sambil mengikuti jalan cerita. Novel ini memiliki beberapa amanat, salah satunya adalah kita tidak boleh berperasangka buruk terhadap orang lain tanpa tahu kebenarannya.
  
Manfaat yang bisa saya petik dari novel ini adalah balas dendam tidak pernah berujung baik. Winar yang selama ini menyimpan dendam terhadap Heru pada akhirnya tertangkap polisi karena melakukan banyak kejahatan, termasuk korupsi, hanya untuk menyelesaikan dendam keluarganya. Hal kedua yang bisa saya petik adalah kita tidak boleh langsung berasumsi yang buruk. Fiona hampir saja menghancurkan masa depan Dian karena Fiona salah paham berfikir bahwa Dian hendak merebut Yudha darinya. Hal ketiga yang bisa saya bawa ke kehidupan sehari-hari adalah bahwa tidak semua orang itu baik, dan tidak semua yang berperilaku baik itu sebenarnya benar-benar baik di hati. Tidak ada tempat yang luput dari orang jahat, dan tidak sedikir orang yang akan berusaha untuk memanfaatkan kita untuk kepentingan orang itu. Tidak ada jaminan juga, bahwa orang yang sudah mengaku salah, tidak akan berbuat kesalahan itu lagi. Winar yang tidak pernah melupakan dendamnya mengajari saya hal ini.


Secara keseluruhan, novel ini bagus, cocok untuk semua umur, namun direkomendasikan untuk remaja. Kelebihan dari novel ini adalah bahasanya yang mudah dimengerti, dapat memperluas pengetahuan kita tentang komputer, dan memiliki banyak amanat yang bisa diambil. Kelemahan dari novel ini adalah alurnya yang mudah ditebak, ending yang cliche, dan ada beberapa bagian yang tidak jelas.


*** Selamat Membaca ***

www.pixabay.com

Baca juga:


resensi-lolipop-titi-setyoningsih

resensi-autumn-in-paris

resensi-novel-bali-to-remember


Tidak ada komentar:

Posting Komentar