Kategori

2019/02/06

Resensi Novel Pengurus MOS Harus Mati (Lexie Xu)

           APA YANG AKAN TERJADI JIKA KISAH YANG HANYALAH SEBUAH CANDAAN MENJADI NYATA?                                
www.google.com


                                Judul buku    : Pengurus MOS Harus Mati
Penulis          : Lexie Xu
Penerbit         : PT Gramedia Pustaka Utama
Cover             : Regina Feby
Cetakan         : Keenam, Februari 2015
Tebal buku    : 304 halaman, 20 cm
ISBN               : 978-602-03-1294-1



            Novel “Pengurus MOS Harus Mati” merupakan novel nonfiksi yang bergenre misteri dan thriller yang di tulis oleh Lexie Xu. Novel ini adalah karya kedua dari serial JOHAN SERIES.  Lexie Xu adalah penulis kisah yang bergenre misteri dan thriller yang sebenarnya sangat penakut. Lexie sangat terobsesi dengan angka 47 karena mengidolakan J.J Abrams. Lexie juga suka dengan novel serial Sherlock Holmes. Lexie telah menuliskan banyak buku. Dia sudah menerbitkan dua serial cerita yaitu JOHAN SERIES yang terdiri dari empat buku, serta OMEN SERIES yang sudah terbit tujuh buku. Selain dua serial itu, Lexie juga ikut menulis dalam kumpulan cerita bersama kolaborasi penulis lainnya.
            Buku yang diterbitkan pada tahun 2015 ini menggunakan kertas yang berwarna sedikit kuning yang membuat buku ini terlihat kuno dan lebih menarik. Cover buku ini memiliki 2 versi, yang lama dan yang baru. Cover buku yang terbaru memiliki animasi yang lebih realistic dari versi yang sebelumnya. Cover buku ini di desain oleh Regina Feby dengan corak khas merah dan bercak merah seperti darah. Bercak ini cocok sekali karena sangat menonjolkan ciri khas buku bergenre thriller. Namun sayangnya, bahan kertas yang digunakan sebagai covernya terlalu tipis, sehingga mudah tersobek jika tidak disampul atau di rawat dengan baik.        
            Seri ini menceritakan lanjutan tentang kehidupan Hanny Pelangi, setelah kejadian yang terjadi pada dirinya di seri ‘Obsesi’, kehidupannya bagai dikejar kemalangan. Hanny menjadi salah satu pengurus MOS karena pacarnya, Benji merupakan ketua OSIS. Namun ekspektasi yang dia damba-dambakan harus hancur ketika bertemu dengan Frankie, cowok yang terus meneror dan mengusili Hanny. Masalah lain pun semakin jadi ketika Benji, mengusulkan untuk mengarang enam kisah horror bohongan seputar sekolah hanya untuk menakut-nakuti anak-anak baru. Tak disangka, karangan tersebut malah menjadi nyata. Satu demi satu, pengurus MOS mengalami kecelakaan seperti kisah yang mereka karang. Kemudia Hanny bersama Frankie menyelidiki apa dan siapa yang menyebabkan kecelakaan ini terjadi.
            Novel ini diceritakan melalui sudut pandang Hanny. Berbeda dengan novel sebelummnya yang menggunakan dua sudut pandang yaitu Hanny dan Jenny. Dengan digunakan hanya sudut pandang satu tokoh saja, cerita terkesan lebih terfokuskan pada sudut pandang Hanny saja. Sehingga fakta, opini atau pandangan menurut tokoh lain tidak ada dan ini membuat cerita kurang memiliki krisis dalam yang menyentuh pembaca. Namun, alur cerita yang dipenuhi konflik sehabis konflik dan cara tokoh utama mengendalikan situasi dalam cerita ini membuat saya terkesan. Walaupun ada beberapa hal yang mungkin terdengar terlalu fiksi di dunia nyata seperti tindakan MOS yang terlalu berlebihan hingga guru tidak ikut campur untuk menghentikannya dapat dimaklumi dikarenakan ini hanyalah karya fiksi.
            Bagian yang menurut saya patut di apresiasi adalah bagaimana penulis dapat menarik plot twist yang benar-benar tak terduga pada cerita ini. Berbeda dengan seri pertamanya ‘Obsesi’, alur dari cerita tersebut masih dapat ditebak siapa pelaku dari kejadian tersebut. Namun pada novel ini, pelaku tidak dapat saya tebak dan saya cukup kaget bahwa tokoh yang tak saya duga adalah pelaku di balik semua kejadian ini. Selain dari plot twist yang ada di novel ini, satu hal yang saya sukai adalah bagaimana Lexie Xu menekankan character development atau pengembangan pada penokohan tokoh utama dalam cerita dengan sangat baik. Tokoh utama dalam buku ini, Hanny pada mulanya memiliki karakter bagai orang yang manja, berfikir bahwa diri dia yang terbaik, memikirkan dirinya sendiri, dramatis dan masih banyak lagi yang membuat saya cukup jengkel dengan karakter seorang ‘Hanny’. Namun seiring berjalannya waktu dalam cerita ini, Hanny mulai berubah menjadi seseorang yang lebih peduli dengan orang lain dan tidak semanja sebelumnya.

            Sayangnya tidak terdapat gambar di dalam novel, sehingga beberapa kejadian yang sedikit sulit untuk dideskripsikan bisa sedikit sulit untuk dibayangkan oleh pembaca. Walaupun demikian, gaya bahasa tidak baku dan santai atau gaul yang digunakan penulis membuat pembaca lebih menikmati membaca karena pemilihan kata tidak terlalu sulit untuk di mengerti. Karena ini merupakan novel teenlit dan mengandung unsur sadism karena ada beberapa deskripsi yang sedikit brutal sehingga lebih di sarankan untuk dibaca oleh remaja hingga dewasa dan sangat tidak disarankan dibaca oleh anak-anak.  Selebihnya, novel berserta serinya sangat direkomendasikan bagi penggemar genre horror, misteri ataupun thriller. 

*** Selamat Membaca ***
www.pixabay.com


Baca juga:




Tidak ada komentar:

Posting Komentar