Kategori

2015/04/24

Materi Notula

Menulis Notula

v  Istilah notula dulu disebut notulen berarti catatan singkat mengenai jalannya persidangan (rapat) serta hal yang diberitakan atau diputuskan.
v  Orang yang bertugas menulis notula disebut notulis.
v  Sistematika Notula
1.       Pelaksanaan
2.       Susunan acara
3.       Pimpinan rapat/seminar
4.       Peserta
5.       Agenda rapat dan keputusan rapat
6.       Tanya jawab
7.       Penutup


v  Contoh notula rapat OSIS


Notula Rapat OSIS SMA Tarakanita Gading Serpong

Pelaksanaan
Tanggal         : 20 Maret 2015
Tempat          : Ruang OSIS
Waktu           : pukul 13.00 s.d. 15.00


Susunan Acara
1.       Pembukaan
2.       Pengantar pimpinan rapat
3.       Penyusunan program kegiatan
4.       Tanya jawab
5.       Lain-lain
6.       Penutup


Pimpinan Rapat
Ketua OSIS


Peserta
1.       Pembina OSIS
2.       Pengurus OSIS


Pengantar pimpinan rapat
….


Penyusunan program kegiatan
….


Tanya jawab
1.       Rosalia 
Tanya: Bagaimana kalau acara hari Kartini diadakan lomba debat tentang emansipasi wanita?
Jawab: …
2.       Arianto
Tanya: Berapa rupiah anggaran untuk lomba yang disediakan oleh sekolah supaya kita bias mengalokasikan dengan baik?
Jawab: …


        Lain-lain
1.       Ketua OSIS mengharapkan kerja sama yang baik antarpengurus OSIS.
2.       Bila saran atau usulan agar disampaikan langsung kepada ketua.
3.       Usulan dari peserta rapat agar rancangan program kerja sudah dikumpulkan kepada sekretaris OSIS minimal sehari sebelum rapat.


        Penutup
        Doa penutup dipimpin oleh Paulina

       
                                                                           Tangerang, 20 Maret 2015
        Pemimpin Rapat,                                                Sekretaris,


        David Bimo                                                       Ayushanty
       

2015/04/19

Soal latihan Grafik, Tabel, Diagram


Materi  Membaca tabel, diagram dan grafik



Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
1. Apakah isi grafik di atas?
2. Garis vertikal menunjukkan jumlah siswa sedangkan garis horizontal menunjukkan jumlah benar. Jelaskan grafik batang di atas menjadi 10 pernyataan!
3. Buatlah kesimpulan isi grafik di atas!
4. Ubahlah grafik batang di atas ke dalam grafik yang lain atau tabel!


Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
5. Apakah isi grafik di atas?
6. Jelaskan grafik batang di atas menjadi 5 pernyataan!
7. Buatlah kesimpulan isi grafik di atas!
8. Ubahlah grafik garis di atas ke dalam grafik yang lain atau tabel!




Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
9. Apakah isi diagram di atas?
10. Jelaskan diagram di atas menjadi 10 pernyataan!
11. Buatlah kesimpulan isi digram di atas!
12. Ubahlah grafik batang di atas ke dalam grafik yang lain atau tabel!




2015/04/15

Materi Puisi Lama / Pantun / Gurindam

Puisi Lama


Puisi lama merupakan karya sastra berbentuk bait yang masih terpengaruh bahasa Melayu dan masih terikat aturan-aturan lama berupa jumlah baris, jumlah suku kata, sajak/permainan rima pada sampiran atau isi, dan mengandung tujuan tertentu.

a. Pantun kilat, karmina

contoh:

Burung Irian burung cenderawasih
cukup sekian terima kasih

b. Pantun

contoh:

kalau ada sumur di ladang
bolehlah kita menumpang mandi
kalau ada umur yang panjang
bolehlah kita berjumpa lagi

c. Gurindam

contoh:

kepada ibumu hendaklah hormat
agar selamat sampai akhirat

d. Syair

contoh:

dengar kawan sebuah cerita
cerita datang dari angkasa
seorang putri cantik jelita
pandai dan baik budi bahasa


Latihan!

A. Buatlah tabel perbedaan dan persamaan puisi-puisi lama di atas berdasarkan:

1. jumlah baris
2. jumlah kata /suku kata
3. tujuan
4. sajak
5. ... (lain-lain)

B. Berdasarkan tujuannya, sebutkan tujuan pantun yang ada di bawah ini tiap baitnya!

Pakai payung dikala hujan
Kena baju pastilah basah
Kalau ingin lulus ujian
rajin belajar pantang menyerah

  Coba-coba menanam mumbang,
   moga-moga tumbuh kelapa.
   Coba-coba bertanam sayang,
   moga-moga menjadi cinta.

untung signal kuat disini
adalah kawan samsung ku ini
dari pada sepi sendiri
jalan jalan sambil bernyanyi

Dari hulu menuju kanal
Jangan lagi bali ke hulu
Maunya sih kepengin kenal
Apalah daya hatiku malu

Pergi kepasar membeli ikan
ikan ditawar dibawah harga
barang sudah dibungkuskan
kembali 100 pun dia minta

Hari sabtu duduk dirumah
nyiram bunga lidah buaya
maksud hati bermain mata
rupanya nampak oleh bapaknya

Terendak bentan lalu dibeli
Untuk pakaian saya turun kesawah
Kalaulah tuan bijak bestari
Apa binatang kepala di bawah?

Dari johor pergi ke Malaka
singgah melihat di batu pahat
tidak terasa seminggu sudah
lepas rindu semua sahabat


Baca juga:

rating-film-dan-masa-perkembangan

soal-bahasa-indonesia-sma

soal-konjungsi

2015/04/14

Materi Frasa

FRASA


Frasa adalah kesatuan yang terdiri atas dua kata atau lebih yang masing-masing mempertahankan makna dasarnya dan tidak melebihi batas fungsi.
Sebuah frasa mempunyai suatu unsur inti atau pusat, sedangkan unsur lain disebut penjelas.

Contoh:

taman bunga, sedang makan, cantik sekali

unsur inti        : taman, makan, cantik
unsur penjelas: bunga, sedang, sekali

Penggolongan frasa:

1. Berdasarkan kelompok kata

a. Frasa endosentris
- Frasa endosentris atributif, terdiri atas inti dan penjelas

Contoh:

Tersangka pembunuhan    telah ditangkap    kemarin.
S (subjek) P (predikat)           K (keterangan)

Kalimat di atas mempunyai 2 frasa:
Tersangka     pembunuhan     dan      telah        ditangkap
    Inti                penjelas                   penjelas          inti

Frasa yang penjelasnya merupakan kata berimbuhan disebut juga frasa atributif berimbuhan, misalnya tersangka pembunuhan.

- Frasa endosentris koordinatif, unsur pembentuknya merupakan kata yang sederajat kedudukannya.

Contoh:

Ayah dan ibu     akan pergi     besok.
            S P              K

Kalimat di atas mempunyai 2 frasa:
        Ayah dan ibu                         dan                   akan pergi
 Frasa endosentris koordinatif                  Frasa endosentris atributif

- Frasa endosentris apositif, bersifat keterangan yang ditambahkan atau diselipkan

Contoh:

Ibu Shinta, kepala sekolah kami    sedang memberikan   seminar pendidikan.
                         S                                          P                          O

Kalimat di atas mempunyai 3 atau 4 frasa:
Ibu Shinta : frasa endosentris atributif
Kepala sekolah kami : frasa endosetris apositif
Sedang memberikan : frasa endosentris atributif
Seminar pendidikan   : frasa endosentris atributif berimbuhan

Frasa kepala sekolah kami merupakan frasa endosentris apositif karena merupakan keterangan tambahan dari frasa Ibu Shinta.

Kakakku yang berdiri di sana      sangat cantik.
S                                 P

Kalimat di atas terdiri dari 2 frasa:
Yang berdiri di sana : frasa endosentris apositif
Sangat cantik                 : frasa endosentris atributif

b. Frasa eksosentris

Bila gabungan kata tersebut berlainan kelasnya dari unsur yang membentuknya. Kedua gabungan kata tersebut tidak dapat dipisahkan karena merupakan satu kesatuan.
Contoh:

Saya     pergi     ke Surabaya.
   S          P               K
Ayahku  bekerja   sebagai guru.
     S            P K

Kalimat di atas terdiri dari 1 frasa:
Ke Surabaya : frasa eksosentris
Sebagai guru : frasa eksosentris


2. Berdasarkan kelas kata

Selain klasifikasi berdasarkan inti dan pusat, frasa juga dapat dibedakan berdasarkan kelas kata yang menjadi inti frasa tersebut.

a. Frasa nominal, inti frasanya adalah kata benda
Contoh:

Tommy    mengendarai    motor besar.
       S                  P                     O

Kalimat di atas terdiri dari 1 frasa:

Motor besar : frasa nominal karena intinya adalah kata motor yang merupakan kata benda

b. Frasa verbal, inti frasanya adalah kata kerja.
Contoh:


Tommy   sedang mengendarai    motor.
     S P                        O

Kalimat di atas terdiri dari 1 frasa:

Sedang mengendarai : frasa verbal karena intinya adalah kata mengendarai yang merupakan kata kerja.

c. Frasa adjectival, inti frasanya adalah kata sifat.
Contoh:

Kakakku    sangat cantik.
     S                   P

Kalimat di atas terdiri dari 1 frasa:

Sangat cantik : frasa adjectival karena intinya adalah kata cantik yang merupakan kata sifat.

d. Frasa preposisional, inti frasanya adalah kata depan
Contoh:

Saya     pergi     ke Surabaya.
   S          P              K

Kalimat di atas terdiri dari 1 frasa:

Ke Surabaya : frasa preposisional karena dalam frasa tersebut terdapat kata depan yaitu ke.

e. Frasa numeral, inti frasanya adalah kata bilangan.
Contoh:

Dia    berteriak   dua kali.
  S          P                 K

Kalimat di atas terdiri dari 1 frasa:

Dua kali : frasa numeral karena dalam frasa tersebut terdapat kata bilangan yaitu dua.

f. Frasa adverbial, inti frasanya adalah kata keterangan
Contoh:

Ayah   datang   kemarin sore.
   S          P              K

Kalimat di atas terdiri dari 1 frasa:

Kemarin sore : frasa adverbial karena dalam frasa tersebut terdapat kata keterangan waktu yaitu kemarin.

2015/04/07

Materi Catatan Kaki

CATATAN KAKI

Catatan kaki atau footnote adalah keterangan-keterangan atas teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan.

Syarat penulisan catatan kaki:
1.    Pengarang
a.       nama pengarang dicantumkan sesuai urutan biasa, pada penunjukkan yang kedua dan selanjutnya cukup dipergunakan nama singkat.
b.      bila terdiri dari dua atau tiga pengarang, semuanya dicantumkan, sedangkan lebih dari 3 orang cukup nama pertama yang dicantumkan. Nama yang lain digantikan dengan singkatan dkk.
c.       penunjukan kepada sebuah kumpulan sama dengan no (a) dan (b) ditambah singkatan ed. (editor) di belakang nama penyunting dan dipisahkan dengan tanda koma.
d.      jika tidak ada pengarang/editor, langsung dimulai dengan judul.

2.    Judul
a.       semua judul mengikuti peraturan yang sama dengan daftar pustaka.
b.      sesudah catatan kaki pertama, penyebutan sumber yang sama digantikan dengan Ibid., Op.cit., Loc.cit..
c.       sesudah penunjukan pertama sebuah artikel dalam majalah atau harian, maka selanjutnya cukup dipergunakan judul majalah atau harian tanpa judul artikel.

3.    Data publikasi
a.       tempat dan tahun penerbitan dicantumkan pada referensi pertama dan ditempatkan dalam tanda kurung dan dipisahkan dengan tanda koma, misalnya (Jakarta, 2005).
b.      majalah harus dicantumkan nomor jilid dan nomor halaman, tanggal, bulan dan tahun. Semua keterangan dapat ditempatkan dalam kurung.
c.       data publikasi sebuah harian terdiri dari hari, tanggal, bulan, tahun, dan nomor halaman. Penanggalan tidak ditempatkan dalam kurung.

Contoh:

………………………………………………….1) ……………
……………………………………………………………. 2) ..
……………………………………..3).......................................………………………………………………………………..4)……………………….

1) Chairil Anwar, Aku Ini Binatang Jalang (Jakarta, 1986), hal.90

2)    Ibid., hal. 112

3)  Pramudianto, “Penderitaan dan Pemulihan Nias”, Kompas, 2 April 2005, hal.46

4)    Loc. Cit., hal. 151


Materi Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka atau bibliografi adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku, artikel, dan bahan-bahan penerbitan lain yang mempunyai pertalian dengan karangan yang telah disusun. Daftar pustaka berfungsi sebagai sumber informasi bagi seseorang peneliti/penulis agar hasil tulisannya dapat dipertanggungjawabkan.

Syarat umum penulisan daftar pustaka:
1.       Daftar pustaka diletakkan pada bagian akhir tulisan.
2.       Daftar pustaka tidak diberi nomor urut.
3.       Nama penulis diurutkan menurut abjad setelah nama pengarang dibalik.
4.       Tiap sumber bacaan diketik dengan jarak satu spasi.
5.       Jarak antar sumber bacaan yang satu dengan yang lainnya dua spasi.

Syarat khusus penulisan daftar pustaka:
1.       Nama pengarang
a.       Penulisan nama pengarang dari buku dengan 1 orang pengarang.
-          Nama keluarga ditulis sebelum nama kecil atau inisial. (untuk memudahkan penyusunan secara alfabetis)
Anwar, Chairil. 1986. Aku Ini Binatang Jalang. Jakarta: PT Gramedia.
-          Jika buku disusun oleh sebuah komisi/lembaga, nama komisi/lembaga dipakai untuk menggantikan nama pengarang.
Departemen Pendidikan dan Kebudayan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
-          Jika tidak ada nama pengarang, urutan dimulai dari judul buku.

b.      Penulisan nama pengarang dari buku dengan dua atau tiga pengarang
-          Nama pengarang kedua dan ketiga tidak dibalik. Ketentuan lain sama dengan bagian a.
-          Urutan nama pengarang harus sesuai dengan yang tercantum dalam halaman judul buku dan tidak boleh ada perubahan urutan.
Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
c.       Penulisan nama pengarang dari buku dengan banyak pengarang.
-          Hanya nama pertama yang dicantumkan dengan susunan terbalik.
-          Nama-nama pengarang yang lainnya dituliskan dengan singkatan dkk.
Dawud, dkk. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.

2.       Tahun terbit
Tahun terbit ditulis sesudah nama pengarang dipisahkan dengan tanda titik (.).

3.       Judul buku
Judul buku digarisbawahi atau dicetak miring. Setiap huruf awal kata dalam judul diketik dengan huruf capital, kecuali kata depan dan konjungsi.

Contoh judul buku:

Bahasa dan Sastra Indonesia untuk Kelas 2.

4.       Tempat terbit
Tempat terbit ditulis sesudah judul buku, dipisahkan dengan tanda titik dua (:).

5.       Penerbit
Nama penerbit ditulis sesudah tempat terbit dipisahkan dengan tanda titik dua (:) dan diakhiri dengan titik.

6.       Penulisan daftar pustaka dari buku yang terdiri atas dua jilid atau lebih.
a.       Angka jilid ditempatkan sesudah judul dipisahkan dengan sebuah titik.
b.      Tulisan jilid disingkat Jil. Atau Jld..
Contoh:
Soekmono, R. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jil. 2. Yogyakarta: Kanisius.

7.       Penulisan data pustaka dari sebuah buku terjemahan
a.       Nama pengarang asli diurutkan dalam daftar urutan alfabetis.
b.      Keterangan penerjemah ditempatkan sesudah judul buku dipisahkan dengan tanda koma.
Contoh:
Multatuli. 1972. Max Havelar, atau Lelang Kopi Persekutuan Dagang Belanda, terj. H.B. Jassin. Jakarta: Jambatan
8.       Data pustaka dari srtikel majalah
a.       Judul artikel dan judul majalah diapit oleh tanda petik.
b.      Tidak ada tempat publikasi dan penerbit, tapi dicantumkan nomor, tanggal, dan halaman.
Contoh:
Solihin, Burhan, dkk. “Selamat Datang di Surga Nirkabel”. Tempo. Edisi 4-10 April 2005, hal 90-91.

9.       Artikel dari Harian
Tanda titik dipakai sesudah nama pengarang/penulis, selanjutnya menggunakan tanda koma sebagai pemisah.
Contoh:

Pramudianto. “Penderita dan Pemulihan Nias”. Dalam Kompas, 2 April 2005, hal 46.

2015/04/06

Materi Kutipan

KUTIPAN

Kutipan dibagi menjadi:
Kutipan langsung (menggunakan tanda petik “…”)
Contoh: 
“Hikayat adalah jenis prosa, cerita Melayu lama yang mengisahkan kebesaran dan kepahlawanan orang-orang ternama, para raja atau para orang suci disekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan, dan mirip cerita sejarah atau membentuk riwayat hidup.” (Dick Hartoko dan B. Rahmanto, 1985:59)

Kutipan tidak langsung
Contoh:
Dick Hartoko dan B. Rahmanto (1985:59) mengatakan bahwa Hikayat adalah jenis prosa, cerita Melayu lama yang mengisahkan kebesaran dan kepahlawanan orang-orang ternama, para raja atau para orang suci disekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan, dan mirip cerita sejarah atau membentuk riwayat hidup.


Syarat menulis kutipan:

1. Kutipan harus sama persis dengan aslinya, baik ejaan, susunan kalimat, dan tanda baca.

2. Kutipan yang panjangnya kurang dari 5 baris diintegrasikan dengan teks, spasi dua, dan dibubuhi tanda kutip.

Contoh:


Ditilik dari sejarahnya, sastra tak bias lepas dari keberadaan sastra Melayu. 

Perkembangan sastra di Indonesia berawal dari sastra Melayu. Pada bab 

ini Anda akan membahas tentang salah satu bentuk sastra Melayu, yaitu 

hikayat. “Hikayat adalah jenis prosa, cerita Melayu lama yang mengisahkan 

kebesaran dan kepahlawanan orang-orang ternama, para raja atau para orang 

suci disekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan, dan mirip cerita 

sejarah atau membentuk riwayat hidup” (Dick Hartoko dan B. Rahmanto, 

1985:59). Selain hikayat, ada bentuk lain seperti cerita panji, cerita 

berbingkai, tambo, epos, dan dongeng (fable, legenda, mite, sage, dan parabel).



3. Kutipan yang panjangnya 5 baris atau lebih tidak harus diberi tanda kutip, dipisahkan dari teks utama dengan jarak 2,5 spasi, jarak antarbaris satu spasi, serta seluruh kutipan diketik ke dalam 5-7 ketikan.

Contoh:


Ditilik dari sejarahnya, sastra tak bias lepas dari keberadaan sastra Melayu. 

Perkembangan sastra di Indonesia berawal dari sastra Melayu. Pada bab 

ini Anda akan membahas tentang salah satu bentuk sastra Melayu, yaitu hikayat.


     Hikayat adalah jenis prosa, cerita Melayu lama yang mengisahkan kebesaran
    dan kepahlawanan orang-orang ternama, para raja atau para orang suci di 
    sekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan, dan mirip cerita sejarah 
    atau membentuk riwayat hidup. Contoh: hikayat Indera Bangsawan, hikayat
    Iskandar Zulkarnaen, hikayat Hang Tuah, dan hikayat Bayan Budiman.” 
    (Dick Hartoko dan B. Rahmanto, 1985:59)


Selain hikayat, ada bentuk lain seperti cerita panji, cerita berbingkai, tambo, 

epos, dan dongeng (fable, legenda, mite, sage, dan parabel).


4. Bila ada bagian yang dihapus, bagian ini diberi tanda titik-titik tiga buah (elipsis).
Contoh:

Ditilik dari sejarahnya, sastra tak bias lepas dari keberadaan sastra Melayu. 

Perkembangan sastra di Indonesia berawal dari sastra Melayu. Pada bab 

ini Anda akan membahas tentang salah satu bentuk sastra Melayu, yaitu

 hikayat. “Hikayat adalah jenis prosa, … mirip cerita sejarah atau 

membentuk riwayat hidup” (Dick Hartoko dan B. Rahmanto, 1985:59).

 Selain hikayat, ada bentuk lain seperti cerita panji, cerita berbingkai

, tambo, epos, dan dongeng (fable, legenda, mite, sage, dan parabel).


5. Tiap kutipan diberi nomor pada akhir kutipan dan penulisannya setengah spasi ke atas.

2015/04/01

Membaca Indeks

Membaca Indeks

Daftar Indeks adalah daftar yang memuat informasi tentang istilah-istilah, nama orang, nama tempat, dan sebagainya disertai lokasi halaman yang menunjukkan letak informasi itu pada buku.

Indeks

A
Alisjahbana, Sutan Takdir, 1-16
Artikel, membaca memindai, 61-62

B
Berpikir, 36,39
Berpikir analitis 37,41
Berpikir kreatif, 39, 46, 61
Berpikir kritis, 40, 50, 52, 56
Bekerja, 60, 61

C
Cara membaca cepat,61
Catatan, 76

Indeks dibedakan menjadi dua yaitu indeks subjek dan indeks pengarang.
1. Indeks subjek memuat daftar istilah
2. Indeks pengarang memuat daftar nama pengarang

Karakteristik daftar indeks:
1. Halaman indeks ini umumnya terdapat pada buku-buku nonfiksi.
2. Disusun berdasarkan urutan abjad baik secara vertical maupun horizontal.
3. Jika indeks tersebut merupakan indeks pengarang, penulisan nama dibalik (misalnya Sutan Takdir Slisjahbana dibalik menjadi Alisjahbana, Sutan Takdir). Antara nama belakang dan nama depan dipisahkan dengan tanda koma (,).
4. Jika istilah diperinci menjadi istilah yang lebih khusus, istilah khusus itu diletakkan di bawah istilah yang umum dengan ktikan menjorok ke kanan.
5. Nomor halaman diletakkan di belakang istilah yang dimaksud, didahului tanda koma (,). Jika istilah tersebut masih diperinci, nomor halaman diletakkan di belakang kata turunannya.

Latihan!

Susunlah istilah-istilah berikut menjadi daftar indeks!
Jelaskalah maksud daftar indeks yang telah Anda susun.

Hikayat, 70
Adegan, 109
Fragmen, 100
Babak, 97
Gagasan penjelas, 105
Kalimat aktif, 29,49,115
Akhiran, 5
Drama, 16
Idiom, 76
Kalimat larangan, 20
Gagasan, 100
Imbuhan, 67,75,92
Kalimat, 15, 29, 56
Gagasan utama, 105
Kalimat perintah, 107
Cakapan, 51, 53, 56
Aliterasi, 29
Kalimat pasif, 29, 49, 115
Citraan, 9
Denotasi,118
Kalimat tanya, 56, 63, 87


Baca juga:

soal-bahasa-indonesia

materi-kalimat

materi-peribahasa