Kategori

2019/02/06

Resensi Novel Kutukan Hantu Opera (Lexie Xu)


Malam Pementasan Berujung Kecelakaan


www.google.com

Judul                    : Kutukan Hantu Opera
Penulis                 : Lexie Xu
Penerbit               : PT Gramedia Pustaka Utama
Pencetak              : Percetakan PT Gramedia, Jakarta
Tahun Terbit        : Juni 2014
Design Cover      : Regina Feby
ISBN                    : 978 – 602 – 03 – 0558 – 5
Jumlah halaman   : 376 halaman

Lebar buku           : 20 cm 



            Lexie Xu adalah penulis kisah-kisah bergenre misteri dan thiller. Seorang Sherlockian, penggemar sutradara J.J. Abrams, dan fanatic dengan angka 47. Dewa inspirasinya adalah F4/ JVKV. Sangat suka dengan Big Bang dan Running Man. Saat ini Lexie tinggal di Bandung bersama anak laki-lakinya, Alexis Maxwell yang ia anggap sebagai sahabatnya sendiri. Karya-karya Lexie Xu yang sudah beredar adalah Johan Series yang terdiri dari 4 buku, serta Omen Series yang terdiri atas 7 buku, dan yang terakhir adalah Dark Series yang baru terbit 2 buku. Selain tiga serial ini, Lexie juga ikut menulis dalam kumpulan cerita Before the Last Day bersama rekan-rekan penulis.
            Buku ini bergenre misteri dan thiller. Dari segi fisik, buku ini memiliki cover yang cukup menarik. Menggambarkan suasana yang menyeramkan karena pemilihan warna untuk covernya didominasi oleh warna hitam dan merah. Bagi pembaca yang menyukai buku bergenre misteri dan thiller akan sangat menyukai cover ini karena sangat menarik perhatian. Kertas yang digunakan juga cocok karena nyaman dilihat namun, buku ini mudah robek. Jilid-an buku ini tidak terlalu bagus sehingga jika membuka buku lebih lebar walau sedikit saja, buku ini dapat rusak atau terlepas halamannya.
            Novel ini menceritakan tentang kasus penganiayaan anak-anak pelaku kejahatan SMA Harapan Nusantara pada malam pementasan Phantom of The Opera. Ceritanya sangat menarik karena mengandung unsur yang tak terduga dan konflik yang menarik perhatian pembaca. Pasalnya, setiap drama Phantom of The Opera dipentaskan aka nada banyak orang yang mati. Pada saat malam pementasan orang-orang yang pernah melakukan kejahatan di SMA itu ditemukan dalam keadaan kritis. Konflik yang unik ini membuat para pembaca merasa penasaran sehingga tidak bosan ketika membaca buku ini.
            Karakter tiap tokoh pada novel ini juga sangat menarik. Tiap tokoh memiliki karakter yang berbeda-beda dan unik. Karakter tiap tokoh tergambar sangat jelas, kuat, dan ditunjukan secara tidak langsung sehingga menambah nilai untuk novel ini. Contohnya Erika Guruh yang memiliki kemampuan fotografis atau dapat mengingat apapun yang dia lihat atau dengar namun, sikapnya yang seperti laki-laki membuatnya tidak disukai banyak orang. Sering bertengkar, sering bolos pelajaran, melawan guru, membuat masalah, dan masih banyak lagi. Tokoh ini adalah salah satu dari beberapa tokoh lain yang juga memiliki karakter unik yang lainnya. Karakter pada tiap tokoh ini menambah nilai buku ini dan membuatnya lebih menarik untuk dibaca.
            Alur cerita pada novel ini juga ditata dengan sangat baik walaupun menyampur dua jenis alur cerita, yaitu alur maju dan alur mundur tapi itu tidak membuat pembaca bingung dan kesulitan menyimak jalan ceritanya. Hanya saja, buku ini adalah buku series jadi ada beberapa bagian dalam alur mundur yang tidak dapat dimengerti pembaca jika tidak membaca buku pada series-series sebelumnya. Karena dikatakan bahwa yang terkena serangan saat pementasan adalah orang-orang yang pernah melakukan kejahatan di SMA Harapan Nusantara, kejahatan mereka semua tidak dapat diketahui dengan jelas karena kejahatan-kejahatan mereka diceritakan pada buku pada series sebelumnya. Jadi jika pembaca ingin mengetahui kejahatan para korban, pembaca harus membaca buku pada series sebelumnya.
            Buku ini tidak hanya menceritakan kisaran misteri pembunuhan tetapi juga diselingi kisah-kisah romansa yang terjadi antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lainnya. Kisah romansa yang diceritakan dapat membuat hati para pembaca melembut karena keromantisan antar tokoh contohnya keromantisan antara tokoh Damian dengan Putri Badai. Diceritakan bahwa Damian sering sekali memuja dan menjahili Putri Badai dengan cara-cara yang lucu dan romantic.
            Buku ini juga memercikkan sedikit lelucon didalamnya sehingga pembaca bisa terhibur dan tidak terlalu focus dan tegang pada konflik utama. Leluconnya dibuat dengan sangat menarik dan menghibur contohnya, saat Damian menciptakan lagu untuk Putri Badai dengan judul Cewe Jutek dari judulnya saja sudah aneh dan membuat pembaca tertawa, isi lagunya juga membuat pembaca terbahak-bahak. Reaksi Putri Badai juga membuat pembaca tertawa. Jadi pembaca tidak terlalu tegang dalam membaca novel ini tapi juga diselingi oleh tawa.
            Buku ini dapat membingungkan juga bagi para pembaca karena buku ini tidak menceritakan cerita dalam satu sudut padang melainkan banyak sudut pandang. Walaupun semua sudut padangnya adalah sudut padang orang pertama namun tiap bab menceritakan sudut pandang orang yang berbeda. Misalkan pada bab 1 menceritakan sudut pandang Valerie lalu pada bab 2 menceritakan sudut pandang Rima, dan seterusnya. Jika para pembaca tidak membaca judul bab terlebih dahulu atau baru pertama kali membaca buku Lexie Xu dan cara penulisannya maka pembaca akan bingung menafsirkan siapa kata “aku” dalam cerita tersebut.
            Untuk bahasa, novel ini lebih banyak menggunakan kata tidak baku atau yang biasa dikenal dengan bahasa gaul karena buku ini memang buku untuk para remaja. Dengan bahasa yang gaul atau tidak baku diharapkan para pembaca lebih mudah mengerti alur ceritanya namun, ini juga memberikan kekurangan pada cerita karena ada beberapa kata yang tidak efisien dan tidak dapat ditemukan pada umunya sehingga para pembaca bingung mengartikan kata tersebut.
            Bahasa dalam novel ini juga mengandung kata-kata kasar atau kata-kata yang tidak sopan dan tidak sepatutnya diucapkan oleh anak-anak remaja. Penggunaan kata kasar tidak hanya ditemukan satu-dua kali tetapi berkali-kali. Walaupun kata-kata itu tidak terlalu kasar tetapi tetap saja kata-kata itu tidak mendidik. Kata-kata kasar ini tidak hanya berasal dari bahasa Indonesia tetapi juga dari bahasa inggris. Ini menambah nilai negative pada buku ini.
            Latar tempat yang digunakan oleh cerita ini sangat unik. Seperti lingkungan sekolah yang memberikan hawa-hawa ngerti disertai beberapa tempat yang pernah menjadi tempat percobaan pembunuhan namun, keunikan latar tempat inilah yang memberikan efek kesulitan bagi para pembacanya untuk membayangkan tempat atau latar kejadian. Latar waktu pada novel ini juga tidak tergambar dengan baik. Sehingga pembaca menjadi bingung kapan kejadian tersebut terjadi.
            Latar suasana dalam cerita ini lebih banyak menunjukkan ketegangan terutama ketika para detektif muda melawan penjahat dibalik semua kejahatan selama malam pementasan Phantom of The Opera namun, tidak semua suasana menggambarkan ketegangan. Ada suasana mengharukan dimana Valerie bertemu kembali dengan ibunya yang ternyata masih hidup, suasana menyenangkan dimana Aya bercanda ria dengan teman barunya, dan masih banyak lagi. Sehingga tidak setiap kejadian yang terpampang dalam cerita tersebut memberikan efek ketegangan pada para pembaca.
            Buku ini sangat cocok untuk dibaca oleh anak-anak remaja atau 16 tahun keatas karena mengandung kata-kata yang tidak cocok untuk anak dibawah umur tersebut. Buku ini juga mengandung kejadian-kejadian sadis seperti cara penjahat mencoba membunuh lawan, adanya korban yang bersibak darah, dan unsur-unsur lainnya. Novel ini juga mengandung unsur romansa yang tidak cocok untuk anak dibawah umur 16 tahun seperti berciuman, dan lain-lain.

            Amanat yang bisa didapat dari novel ini sangat sulit dicari namun amanat yang bias saya dapat dari novel ini adalah kita tidak perlu takut untuk mengambil resiko, berjuang sekeras tenaga, tidak malu untuk melakukan hal-hal yang menurut oranglain aneh atau berbeda. Dan kita harus rela berkorban demi orang yang kita sayangi dan untuk orang yang berada disamping kita setiap kita membutuhkannya.


*** Selamat Membaca ***

www.pixabay.com
resensi-novel-pengurus-mos-harus-mati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar