Kategori

2019/02/01

Materi Puisi Kelas 10

MEMBACA PUISI KELAS X
Membaca puisi dengan memerhatikan lafal, tekanan, dan intonasi yang sesuai dengan isi puisi.
Menanggapi pembacaan puisi yang dilakukan oleh teman dalam segi lafal, tekanan, dan intonasi.


www.pixabay.com
PUISI  adalah Salah satu bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa yakni dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya.
Dalam membaca puisi perlu memerhatikan:
Interpretasi (penafsiran)
    Untuk memahami sebuah puisi kita harus dapat menangkap simbol-simbol atau lambang yang dipergunakan oleh penyair. Bila salah dalam menafsirkan makna simbol/lambang, kita dapat salah dalam memahami isinya.
Teknik vokal
    Untuk pengucapan yang komunikatif diperlukan   penguasaan intonasi, diksi, jeda, dan lafal      yang tepat.
Performance (penampilan)
Berani menatap penonton dan mengatur ekspresi yang tidak berlebihan.
Harmonisasi antara mimik dengan isi (maksud) puisi merupakan puncak keberhasilan dalam membaca puisi.
Lafal : cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa yang mengucapkan bunyi bahasa.
Tekanan: kekuatan yang lebih besar pada salah satu bagian ujaran yang membuatnya lebih menonjol daripada bagian ujaran yang lain.
  Contoh:
  tanda  / : jeda pengganti koma
  tanda  //  :  jeda pengganti titik
  tanda  -   :  tekanan keras
  tanda …  :  tekanan lembut
Intonasi  : pola perubahan nada yang dihasilkan pembicara pada saat mengucap kalimat atau bagian-bagiannya.
  Contoh:
  tanda           : intonasi naik
  tanda           : intonasi turun
  tanda   ----  : intonasi datar

Hakikat Puisi
Ada 4 unsur hakikat puisi:
a. Tema
Gagasan pokok yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Jika desakan yang kuat itu berupa hubungan antara penyair dengan Tuhan, maka puisinya bertema ketuhanan. Jika yang kuat adalah dorongan memprotes ketidakadilan,  maka tema puisinya kritik sosial. Jika desakan yang kuar rasa belas kasih atau kemanusiaan, maka puisi bertema kemanusiaan.
b. Perasaan dalam Puisi
Perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi mengungkapkan perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci, rindu, bahagia, setia kawan. Tema puisi yang sama yang dilukiskan dengan perasaan yang berbeda akan menghasilkan puisi yang berbeda pula.
c. Nada dan Suasana Puisi
Nada puisi: sikap batin penyair yang hendak diekspresikan penyair kepada pembaca. Ada nada menasehati, mencemooh, sinis, berontak, iri hati, gemas, dsb.
Suasana : suasana batin pembaca akibat membaca puisi.
d. Amanat Puisi
Maksud yang hendak disampaikan atau himbauan yang hendak disampaikan penyair. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak secara objektif, namun subjektif, artinya berdasarkan interpretasi pembaca.



Bacalah puisi di bawah ini!
SAJAK ORANG MISKIN
Oleh: Ws Rendra

Orang-orang miskin di jalan,
yang tinggal di dalam selokan,
yang kalah di dalam pergulatan,
yang diledek oleh impian,
janganlah mereka ditinggalkan.
Angin membawa bau baju mereka.
Rambut mereka melekat di bulan purnama.
Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala,
mengandung buah jalan raya.
Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa.
Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya.
Tak bisa kamu abaikan.
Bila kamu remehkan mereka,
di jalan kamu akan diburu bayangan.
Tidurmu akan penuh igauan,
dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.
Jangan kamu bilang negara ini kaya
karena orang-orang berkembang di kota dan di desa.
Jangan kamu bilang dirimu kaya
bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.
Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu.
Dan perlu diusulkan
agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda.
Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa.
Orang-orang miskin di jalan
masuk ke dalam tidur malammu.
Perempuan-perempuan bunga raya
menyuapi putra-putramu.
Tangan-tangan kotor dari jalanan
meraba-raba kaca jendelamu.
Mereka tak bisa kamu biarkan.
Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol.
Mereka akan menjadi pertanyaan
yang mencegat ideologimu.
Gigi mereka yang kuning
akan meringis di muka agamamu.
Kuman-kuman sipilis dan tbc dari gang-gang gelap
akan hinggap di gorden presidenan
dan buku programma gedung kesenian.
Orang-orang miskin berbaris sepanjang sejarah,
bagai udara panas yang
selalu ada,
bagai gerimis yang selalu membayang.
Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau
tertuju ke dada kita,
atau ke dada mereka sendiri.
O, kenangkanlah :
orang-orang miskin
juga berasal dari kemah Ibrahim..
Djogja, 4 Februari 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi

Baca juga:

puisi-kontemporer

perubahan-makna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar