Kategori

2019/02/20

Resensi Assassin’s Creed: Renaissance

Adaptasi
www.google.com

Judul buku      : Assassin’s Creed: Renaissance
Pengarang       : Oliver Bowden
Penerbit           : Ufuk Press
Tahun terbit     : 2010
Cetakan           : Juni 2010
Tebal buku      : 592 halaman



Oliver Bowden, merupakan seorang penulis yang tidak banyak diketahui jati diri dan detail tentang kehidupan pribadinya. Walaupun beliau bukan merupakan seorang pengarang yang cukup terkenal, tetapi Oliver Bowden memiliki gaya yang sangat unik dalam menulis novel ini.
Novel Assassin’s Creed : Renaissance merupakan novel yang diadaptasi dari sebuah game terkenal dan laris yang dibuat oleh Ubisoft yaitu “Assassin’s Creed II” .Tema dari novel ini adalah fiksi-sejarah, yaitu penggabungan sebuah kisah fiksi dengan suatu sejarah. Sebagian besar dari cerita pada novel ini merupakan fiksi sedangkan sebagian lainnya benar-benar terjadi, hal inilah yang menjadi salah satu keunikan dari novel Assassin’s Creed : Renaissance.
Salah satu hal yang menjadi kekuatan dalam novel ini adalah tempat terjadinya cerita dalam novel ini pada dunia asli. Memang benar, kalau kita memainkan game “Assassins’Creed II”  kita dapat melihat secara langsung Kota Florence, yang merupakan kota dan tempat kelahiran dari pemeran utama dalam novel ini, Ezio Auditore. Tetapi, Oliver Bowden sebagai pengarang juga pandai dalam mengubah suasana Kota Florence tersebut menjadi serangkaian kata - kata, bahkan beliau dapat memasukkan perasaan Ezio terhadap kota kelahirannya yang tidak dapat disampaikan melalui game. Oliver Bowden tidak hanya berhasil menyajikan seperti apa kota-kota tersebut, tetapi juga apa yang terjadi di sana pada masa itu.
Keunggulan-keunggulan yang sangat terlihat didalam novel ini adalah bagaimana Oliver Bowden menggunakan tokoh – tokoh sejarah seperti Leonardo da Vinci dan Nicccolo Machiavelli yang membuat para pembaca tidak yakin bahwa cerita yang mereka baca merupakan cerita fiksi. Cara Bowden dalam memperkenalkan tokoh – tokohnya juga tidaklah membosankan dan membuat pembaca semakin tertarik akan tokoh yang diperkenalkan “ Federico Auditore, beberapa tahun lebih tua dari Ezio dan yang tertua dari Auditore bersaudara, ia seorang pria besar dengan nafsu yang juga besar untuk minuman,cinta, dan perkelahian. “
Salah satu kelemahan dari novel ini adalah terkadang terdapat beberapa kata dalam dialog antar tokoh yang masih menggunakan kata – kata asing dan membuat pembaca sulit mengerti apa maksud dari kata tersebut “Hei, Fratellino, kau ini sedang apa? “. Fratellino bukanlah nama panggilan untuk seseorang tetapi merupakan bahasa Italia yang artinya saudara, dialog ini muncul pada saat Ezio Auditore disapa oleh saudaranya Federico Auditore  (hal 11) .

Alur cerita dalam novel ini berjalan maju seiring dengan keinginan Ezio Auditore untuk membalaskan dendamnya kepada organisasi Ksatria Templar yang sudah membunuh ayah dan saudaranya. Buku ini membuat para pembaca semakin tertarik untuk mengetahui perkembangan karakter dari seorang Ezio Auditore melalui sudut pandang ketiga, sehingga seluruh alur cerita dalam novel ini dapat dipahami dengan mudah.



*** Selamat Membaca ***

www.pixabay.com

Baca juga:


resensi-paper-towns-john-green

resensi-divergent-karya-veronica-roth

Tidak ada komentar:

Posting Komentar