www.google.com |
Judul
buku : Pengurus MOS Harus Mati
Penulis :
Lexie Xu
Penerbit :
PT Gramedia Pustaka Utama
Cover : Regina Feby
Cetakan :
Keenam, Februari 2015
Tebal buku :
304 halaman, 20 cm
ISBN :
978-602-03-1294-1
Novel
“Pengurus MOS Harus Mati” merupakan novel nonfiksi yang bergenre misteri dan thriller yang di
tulis oleh Lexie Xu. Novel ini adalah karya kedua dari serial JOHAN SERIES. Lexie
Xu adalah penulis kisah yang bergenre misteri dan thriller yang sebenarnya sangat penakut. Lexie sangat terobsesi
dengan angka 47 karena mengidolakan J.J Abrams. Lexie juga suka dengan novel
serial Sherlock Holmes. Lexie telah menuliskan banyak buku. Dia sudah
menerbitkan dua serial cerita yaitu JOHAN SERIES yang terdiri dari empat buku,
serta OMEN SERIES yang sudah terbit tujuh buku. Selain dua serial itu, Lexie
juga ikut menulis dalam kumpulan cerita bersama kolaborasi penulis lainnya.
Buku
yang diterbitkan pada tahun 2015 ini menggunakan kertas yang berwarna sedikit
kuning yang membuat buku ini terlihat kuno dan lebih menarik. Cover buku ini
memiliki 2 versi, yang lama dan yang baru. Cover buku yang terbaru memiliki
animasi yang lebih realistic dari versi yang sebelumnya. Cover buku ini di desain
oleh Regina Feby dengan corak khas merah dan bercak merah seperti darah. Bercak
ini cocok sekali karena sangat menonjolkan ciri khas buku bergenre thriller. Namun sayangnya, bahan kertas
yang digunakan sebagai covernya terlalu tipis, sehingga mudah tersobek jika
tidak disampul atau di rawat dengan baik.
Seri ini
menceritakan lanjutan tentang kehidupan Hanny Pelangi, setelah kejadian yang
terjadi pada dirinya di seri ‘Obsesi’, kehidupannya bagai dikejar kemalangan. Hanny
menjadi salah satu pengurus MOS karena pacarnya, Benji merupakan ketua OSIS.
Namun ekspektasi yang dia damba-dambakan harus hancur ketika bertemu dengan
Frankie, cowok yang terus meneror dan mengusili Hanny. Masalah lain pun semakin
jadi ketika Benji, mengusulkan untuk mengarang enam kisah horror bohongan
seputar sekolah hanya untuk menakut-nakuti anak-anak baru. Tak disangka,
karangan tersebut malah menjadi nyata. Satu demi satu, pengurus MOS mengalami
kecelakaan seperti kisah yang mereka karang. Kemudia Hanny bersama Frankie
menyelidiki apa dan siapa yang menyebabkan kecelakaan ini terjadi.
Novel
ini diceritakan melalui sudut pandang Hanny. Berbeda dengan novel sebelummnya
yang menggunakan dua sudut pandang yaitu Hanny dan Jenny. Dengan digunakan
hanya sudut pandang satu tokoh saja, cerita terkesan lebih terfokuskan pada
sudut pandang Hanny saja. Sehingga fakta, opini atau pandangan menurut tokoh
lain tidak ada dan ini membuat cerita kurang memiliki krisis dalam yang
menyentuh pembaca. Namun, alur cerita yang dipenuhi konflik sehabis konflik dan
cara tokoh utama mengendalikan situasi dalam cerita ini membuat saya terkesan.
Walaupun ada beberapa hal yang mungkin terdengar terlalu fiksi di dunia nyata
seperti tindakan MOS yang terlalu berlebihan hingga guru tidak ikut campur
untuk menghentikannya dapat dimaklumi dikarenakan ini hanyalah karya fiksi.
Bagian
yang menurut saya patut di apresiasi adalah bagaimana penulis dapat menarik plot twist yang benar-benar tak terduga
pada cerita ini. Berbeda dengan seri pertamanya ‘Obsesi’, alur dari cerita
tersebut masih dapat ditebak siapa pelaku dari kejadian tersebut. Namun pada
novel ini, pelaku tidak dapat saya tebak dan saya cukup kaget bahwa tokoh yang
tak saya duga adalah pelaku di balik semua kejadian ini. Selain dari plot twist yang ada di novel ini, satu
hal yang saya sukai adalah bagaimana Lexie Xu menekankan character development atau pengembangan pada penokohan tokoh utama
dalam cerita dengan sangat baik. Tokoh utama dalam buku ini, Hanny pada mulanya
memiliki karakter bagai orang yang manja, berfikir bahwa diri dia yang terbaik,
memikirkan dirinya sendiri, dramatis dan masih banyak lagi yang membuat saya
cukup jengkel dengan karakter seorang ‘Hanny’. Namun seiring berjalannya waktu
dalam cerita ini, Hanny mulai berubah menjadi seseorang yang lebih peduli
dengan orang lain dan tidak semanja sebelumnya.
Sayangnya
tidak terdapat gambar di dalam novel, sehingga beberapa kejadian yang sedikit
sulit untuk dideskripsikan bisa sedikit sulit untuk dibayangkan oleh pembaca.
Walaupun demikian, gaya bahasa tidak baku dan santai atau gaul yang digunakan
penulis membuat pembaca lebih menikmati membaca karena pemilihan kata tidak
terlalu sulit untuk di mengerti. Karena ini merupakan novel teenlit dan mengandung unsur sadism karena ada beberapa deskripsi
yang sedikit brutal sehingga lebih di sarankan untuk dibaca oleh remaja hingga
dewasa dan sangat tidak disarankan dibaca oleh anak-anak. Selebihnya, novel berserta serinya sangat
direkomendasikan bagi penggemar genre horror, misteri ataupun thriller.
*** Selamat Membaca ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar