Malam Pementasan Berujung Kecelakaan
www.google.com |
Judul : Kutukan Hantu Opera
Penulis :
Lexie Xu
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Pencetak : Percetakan PT Gramedia, Jakarta
Tahun
Terbit : Juni 2014
Design
Cover : Regina Feby
ISBN : 978 – 602 – 03 – 0558 –
5
Jumlah
halaman : 376 halaman
Lebar
buku : 20 cm
Lexie Xu adalah penulis kisah-kisah
bergenre misteri dan thiller. Seorang
Sherlockian, penggemar sutradara J.J. Abrams, dan fanatic dengan angka 47. Dewa
inspirasinya adalah F4/ JVKV. Sangat suka dengan Big Bang dan Running Man. Saat
ini Lexie tinggal di Bandung bersama anak laki-lakinya, Alexis Maxwell yang ia
anggap sebagai sahabatnya sendiri. Karya-karya Lexie Xu yang sudah beredar
adalah Johan Series yang terdiri dari 4 buku, serta Omen Series yang terdiri
atas 7 buku, dan yang terakhir adalah Dark Series yang baru terbit 2 buku.
Selain tiga serial ini, Lexie juga ikut menulis dalam kumpulan cerita Before the Last Day bersama rekan-rekan
penulis.
Buku ini bergenre misteri dan thiller. Dari segi fisik, buku ini
memiliki cover yang cukup menarik. Menggambarkan suasana yang menyeramkan
karena pemilihan warna untuk covernya didominasi oleh warna hitam dan merah. Bagi
pembaca yang menyukai buku bergenre misteri dan thiller akan sangat menyukai cover ini karena sangat menarik
perhatian. Kertas yang digunakan juga cocok karena nyaman dilihat namun, buku
ini mudah robek. Jilid-an buku ini tidak terlalu bagus sehingga jika membuka
buku lebih lebar walau sedikit saja, buku ini dapat rusak atau terlepas
halamannya.
Novel ini menceritakan tentang kasus
penganiayaan anak-anak pelaku kejahatan SMA Harapan Nusantara pada malam
pementasan Phantom of The Opera. Ceritanya
sangat menarik karena mengandung unsur yang tak terduga dan konflik yang
menarik perhatian pembaca. Pasalnya, setiap drama Phantom of The Opera dipentaskan aka nada banyak orang yang mati.
Pada saat malam pementasan orang-orang yang pernah melakukan kejahatan di SMA
itu ditemukan dalam keadaan kritis. Konflik yang unik ini membuat para pembaca
merasa penasaran sehingga tidak bosan ketika membaca buku ini.
Karakter tiap tokoh pada novel ini
juga sangat menarik. Tiap tokoh memiliki karakter yang berbeda-beda dan unik.
Karakter tiap tokoh tergambar sangat jelas, kuat, dan ditunjukan secara tidak
langsung sehingga menambah nilai untuk novel ini. Contohnya Erika Guruh yang
memiliki kemampuan fotografis atau dapat mengingat apapun yang dia lihat atau
dengar namun, sikapnya yang seperti laki-laki membuatnya tidak disukai banyak
orang. Sering bertengkar, sering bolos pelajaran, melawan guru, membuat
masalah, dan masih banyak lagi. Tokoh ini adalah salah satu dari beberapa tokoh
lain yang juga memiliki karakter unik yang lainnya. Karakter pada tiap tokoh
ini menambah nilai buku ini dan membuatnya lebih menarik untuk dibaca.
Alur cerita pada novel ini juga
ditata dengan sangat baik walaupun menyampur dua jenis alur cerita, yaitu alur
maju dan alur mundur tapi itu tidak membuat pembaca bingung dan kesulitan
menyimak jalan ceritanya. Hanya saja, buku ini adalah buku series jadi ada
beberapa bagian dalam alur mundur yang tidak dapat dimengerti pembaca jika
tidak membaca buku pada series-series sebelumnya. Karena dikatakan bahwa yang
terkena serangan saat pementasan adalah orang-orang yang pernah melakukan
kejahatan di SMA Harapan Nusantara, kejahatan mereka semua tidak dapat
diketahui dengan jelas karena kejahatan-kejahatan mereka diceritakan pada buku
pada series sebelumnya. Jadi jika pembaca ingin mengetahui kejahatan para
korban, pembaca harus membaca buku pada series sebelumnya.
Buku ini tidak hanya menceritakan
kisaran misteri pembunuhan tetapi juga diselingi kisah-kisah romansa yang
terjadi antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lainnya. Kisah romansa yang
diceritakan dapat membuat hati para pembaca melembut karena keromantisan antar
tokoh contohnya keromantisan antara tokoh Damian dengan Putri Badai.
Diceritakan bahwa Damian sering sekali memuja dan menjahili Putri Badai dengan
cara-cara yang lucu dan romantic.
Buku ini juga memercikkan sedikit
lelucon didalamnya sehingga pembaca bisa terhibur dan tidak terlalu focus dan
tegang pada konflik utama. Leluconnya dibuat dengan sangat menarik dan
menghibur contohnya, saat Damian menciptakan lagu untuk Putri Badai dengan
judul Cewe Jutek dari judulnya saja
sudah aneh dan membuat pembaca tertawa, isi lagunya juga membuat pembaca
terbahak-bahak. Reaksi Putri Badai juga membuat pembaca tertawa. Jadi pembaca
tidak terlalu tegang dalam membaca novel ini tapi juga diselingi oleh tawa.
Buku ini dapat
membingungkan juga bagi para pembaca karena buku ini tidak menceritakan cerita
dalam satu sudut padang melainkan banyak sudut pandang. Walaupun semua sudut
padangnya adalah sudut padang orang pertama namun tiap bab menceritakan sudut
pandang orang yang berbeda. Misalkan pada bab 1 menceritakan sudut pandang
Valerie lalu pada bab 2 menceritakan sudut pandang Rima, dan seterusnya. Jika
para pembaca tidak membaca judul bab terlebih dahulu atau baru pertama kali
membaca buku Lexie Xu dan cara penulisannya maka pembaca akan bingung
menafsirkan siapa kata “aku” dalam cerita tersebut.
Untuk bahasa, novel ini lebih banyak menggunakan kata
tidak baku atau yang biasa dikenal dengan bahasa gaul karena buku ini memang buku untuk para remaja. Dengan bahasa
yang gaul atau tidak baku diharapkan para pembaca lebih mudah mengerti alur
ceritanya namun, ini juga memberikan kekurangan pada cerita karena ada beberapa
kata yang tidak efisien dan tidak dapat ditemukan pada umunya sehingga para
pembaca bingung mengartikan kata tersebut.
Bahasa dalam novel ini juga mengandung kata-kata kasar
atau kata-kata yang tidak sopan dan tidak sepatutnya diucapkan oleh anak-anak
remaja. Penggunaan kata kasar tidak hanya ditemukan satu-dua kali tetapi
berkali-kali. Walaupun kata-kata itu tidak terlalu kasar tetapi tetap saja
kata-kata itu tidak mendidik. Kata-kata kasar ini tidak hanya berasal dari
bahasa Indonesia tetapi juga dari bahasa inggris. Ini menambah nilai negative
pada buku ini.
Latar tempat yang digunakan oleh cerita ini sangat unik.
Seperti lingkungan sekolah yang memberikan hawa-hawa ngerti disertai beberapa
tempat yang pernah menjadi tempat percobaan pembunuhan namun, keunikan latar
tempat inilah yang memberikan efek kesulitan bagi para pembacanya untuk
membayangkan tempat atau latar kejadian. Latar waktu pada novel ini juga tidak
tergambar dengan baik. Sehingga pembaca menjadi bingung kapan kejadian tersebut
terjadi.
Latar suasana dalam cerita ini lebih banyak menunjukkan
ketegangan terutama ketika para detektif muda melawan penjahat dibalik semua
kejahatan selama malam pementasan Phantom
of The Opera namun, tidak semua suasana menggambarkan ketegangan. Ada
suasana mengharukan dimana Valerie bertemu kembali dengan ibunya yang ternyata
masih hidup, suasana menyenangkan dimana Aya bercanda ria dengan teman barunya,
dan masih banyak lagi. Sehingga tidak setiap kejadian yang terpampang dalam
cerita tersebut memberikan efek ketegangan pada para pembaca.
Buku ini sangat cocok untuk dibaca oleh anak-anak remaja
atau 16 tahun keatas karena mengandung kata-kata yang tidak cocok untuk anak
dibawah umur tersebut. Buku ini juga mengandung kejadian-kejadian sadis seperti
cara penjahat mencoba membunuh lawan, adanya korban yang bersibak darah, dan
unsur-unsur lainnya. Novel ini juga mengandung unsur romansa yang tidak cocok
untuk anak dibawah umur 16 tahun seperti berciuman, dan lain-lain.
Amanat yang bisa didapat dari novel ini sangat sulit
dicari namun amanat yang bias saya dapat dari novel ini adalah kita tidak perlu takut
untuk mengambil resiko, berjuang sekeras tenaga, tidak malu untuk melakukan
hal-hal yang menurut oranglain aneh atau berbeda. Dan kita harus rela berkorban
demi orang yang kita sayangi dan untuk orang yang berada disamping kita setiap
kita membutuhkannya.
*** Selamat Membaca ***
www.pixabay.com |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar