Kategori

2018/04/12

Legenda Graha Raya

Legenda Graha Raya

sumber: pixabay.com

                “Jauh sebelum bangunan – bangunan yang penuh sesak dan tertata rapi, kendaraan yang terus masuk dan keluar membuat jalanan penuh sesak dan udara yang dapat membuat seseorang yang tidak mempunyai penyakit asma pun sesak nafas seakan tidak ada oksigen disekitarnya. Sekarang adalah tahun 2016, jaman sudah semakin berkembang saat ini sampai semua orang melupakan nama Graha Raya yang merupakan kerajaan terbesar yang terlupakan, tidak ada yang mengingat nama Graha Raya kecuali sebuah perumahan yang terbilang ‘cukup’ bagus untuk ditempati.
            “Mari sedikit kita putar waktu dimana Graha Raya masih dalam masa kejayaannya.

Sekitar tahun 1540
            Terdapat sebuah kerajaan yang sangat besar dan tertutup. Tidak ada yang mengetahui seperti apa yang ada didalam kerajaan tersebut. Kerajaan yang disebut oleh banyak orang merupakan Graha yang berarti buaya dalam bahasa kawi.
            Buaya sendiri merupakan lambang dari kerajaan besar tersebut, tidak ada yang tahu kenapa tetapi patung buaya emas biru yang besar berada pada gerbang pintu masuk kerajaan. Pintu tersebut tidak pernah terbuka, orang asli Indonesia pun tidak pernah melihat kedalam Graha, mereka hanya melihat gerabng megah dengan banyak para pria yang membawa tombak di punggungnya dan panah ditangan mereka.
            Ketika Indonesia akan dilanda dengan masalah besar karena kedatangan negara asing yang ingin menaklukkan Indonesia yang kaya akan berbagai sumber daya alam, semua orang di Indonesia menerima mereka dengan hangat. Lain dengan Kerajaan Graha yang menolak mentah – mentah orang asing tersebut. Orang awam mengatakan bahwa hanya orang gila yang mau menawarkan jasa kepada Kerajaan Graha karena kerajaan tersebut seakan memiliki segala apa yang mereka butuhkan seperti, tentara, makanan, minuman, dan semua yang dbutuhkan oleh orang – orang lain.
            Ketika penjajah mulai kelar dari topengnya dan menyusup dengan mudahnya ke dalam Indonesia, Graha merupakan Kerajaan yang tidak dapat mereka tandingi. Ketika para penjajah mendatangi Graha tiba – tiba saja pintu besar tersebut terbuka dan sekitar 80 tentara keluar menggunakan tameng dengan membentuk formasi persegi dengan berisi 40 orang tiap persegi.
            Kondisi sekitar Graha sangatlah tidak bagus berbeda dengan tembok – tembok penghalang Kerajaan Graha yang masih putih cermelang. Kondisi sekitar sudah penuh dengan orang – orang yang mengumpat, rumah – rumah yang sudah rubuh dan pohon – pohon yang sudah ditebang.
            Pria asing yang berasal dari negara lain itu maju. Dilihat dari gayanya berjalan dan gestur tubuhnya pria itu seakan mengatakan dalam diam bahwa dia adalah orang yang bertanggung jawab dari pada tentara bodoh lainnya yang sedang berdiri memegang senjata dan yang berada dalam tank besar.
            Whusp. Panah tertancap ditanah tepat didepan kaki pria asing tersebut.
            “JANGAN MENDEKAT!” kata salah satu pria diantara 80 tentara kerajaan Graha. “PERGILAH ATAU KALIAN AKAN MENYESAL” ingat pria tersebut.
            Kebodohan yang diambil oleh para tentara asing adalah mereka tertawa. Pria yang merupakan penanggung jawab tersebut tertawa paling pertama lalu dilanjuti oleh anak buahnya yang lain, sangat menunjukkan bahwa mereka takut kepada si penanggung jawab.
            “KALIAN KIRA KAMI TAKUT? MENYERAHLAH KALIAN! KAMI SUDAH MELULUHTATAHKAN NEGARA KALIAN” balas pria tersebut menggunakan logat asingnya yang sangat kental seakan seperti orang yang baru belajar bahasa Indonesia kemarin sore. Dengan satu kode dari si penanggung jawab, tentaranya maju dengan gerakan yang cepat.
            Kesalahan besar. Tentara – tentara orang asing tersebut tidak lebih dari 80 menyebabkan mereka kalah dengan mudah. Tentara Graha yang berada di atas pembatas tembok sudah menyiapkan panahnya dan bekerja 2 kali lipat cepat untuk menembaki musuh. 80 tentara yang berada di hadapan tentara asing membuka tamengnya dan ternyata tentara Graha menambah menjadi 2 kali lipat juga.
            Tidak memerlukan waktu yang lama tank hancur karena tombak besi yang tertancap di roda tank, para bawahan si penangung jawab sudah tergeletak di tanah dengan penuh darah. Si penanggung jawab melihat kejadian tersebut langsung takut dan berlari. Nasib si penanggung jawab tidak baik, mereka membawa orang asing tersebut kedalam Graha untuk ditanya dan dibunuh dengan pantas dan lama.
            Semua akan mengira bahwa Graha memiliki tentara terbaik dan sempurna, tetapi mereka telah membuat kekeliruan karena mereka tidak melihat ada sebuah anak lelaki masuk kedalam gerbang tersebut dan mencari keamanan untuk diirnya sendiri –“

            “Ibu! Ibu!” teriak seorang siswa
            “Ada apa Jose?” jawab orang yang dipanggil oleh siswa tersebut.
            “Saya kurang mengerti. Jadi sebenarnya Graha itu apa?” katanya dengan polos, Pertanyaan Jose membuat seluruh kelas mengeluarkan ejekan dan kemarahan.
            “WEI! Dengerin aja dulu ceritanya Ibu Cathie!” teriak salah satu siswa
            “Hadeh, gak usah dijelasin lah bu, lanjutin aja!” balas lagi salah satu siswi
            “Jadi, Graha itu merupakan salah satu kerajaan di Indonesia tetapi orang – orang yang tidak tahu akan fakta tersebut karena mereka tidak pernah melihat Graha kecuali gerbang depannya saja” Jelas salah stau siswa yaitu Leandro, sontak saja semua siswa dan siswi dikelas tertawa akan nada cara Leandro berbicara.
            “Sudah! Sudah! Biarkan ibu lanjutkan bercerita tentang Graha Raya” perintah Ibu Cathie. “Jadi,

            Lelaki yang merupakan penyusup itu cukup lihai dalam berlari. Dia merupakan lelaki yang telah diperbudak 1 tahun, makan dan minum yang lelaki tersebut dapat sangat tidak pantas disebut makanan dan minuman sehingga membuat tubuhnya kurus bukan main. Ketika lelaki tersebut melihat gerbang Graha terbuka lelaki itu beranggapan bahwa ini merupakan peluang emas, jika dia bisa masuk kedalam Graha mungkin hidupnya akan lebih baik tetapi jika dia tidak sengaja mati tertembak panah – itu tidak akan pernah terjadi karena pemanah tentara Graha sangat lihai – maka itu tidak menjadi masalah baginya karena menurutnya lebih baik dia mati dari pada diperbudak oleh sekumpulan orang asing tidak punya hati dan akal sehat yang benar.
            Ketika lelaki tersebut masuk kedalam gerbang, lelaki tersebut tidak langsung masuk kedalam Graha lebih jauh. Lelaki itu melihat pertempura sampai akhir, melihat darah dan pembunuhan sudah menjadi kesehariannya di tempat perbudakannya sehingga melihat pertempuran tersebut bukan lah sesuatu yang menjijikan baginya. Melihat pasukan Graha menang membuat lelaki tersebut senang bukan main. Lelaki melihat pria sombong yang selalu mencambuknya diseret kedalam Graha dengan kondisi yang sangat tidak baik. Si penanggung jawab tersebut mengalami memar parah dimuka dan kaki yang sengaja dipatahkan oleh salah satu tentara Graha.
            Para tentara masuk dengan saling melindungi satu sama lain, tameng yang dibuat 180 derajat dibuat untuk para prajurit tidak mengenai tembakan tiba – tiba dari tentara lain yang tidak diketahui. Ketika gerbang ditutup laki – laki itu menahan nafas karena para tentara berjalan ke arahnya. Kaki lelaki tersebut dengan gesitnya lari mencari persembunyian yang baik. Tentara tersebut berjalan kearah persembunyiannya dan lewat begitu saja didepan lelaki kecil tersebut yang sembunyi diantara semak – semak. Melihat para tentara tersebut menjauh, lelaki tersebut mengikuti dibelakang dengan hati – hati.
            Didalam perjalanannya di dalam Graha, dia melihat berbagai rumah – rumah kecil yang indah dan beberapa dari rumah tersebut keluarlah anak – anak yang lebih tua darinya bahkan ada ayng lebih muda darinya. Dia kaget melihat apa yang ada di dalam Graha. Kerajaan tersebut lebih tepat disebut sebuah desa yang indah, yang tidak ada pertengkaran seakan temat tinggal yang sama yang pernah ia tinggali sebelum para penjajah datang.
            Tidak lama, lelaki itu tiba di sebuah gerbang yanglebih megah dari gerbang yang biasanya ia liati. Gerbang tersebut terbuka dan sebaik mungkin lelaki itu masuk dengan sukses. Lelaki itu terus melanjuti perjalnaannya mengikuti para tentara sampai akhirnya tibalah dia disebuah lapangan besar yang beralas tanah bersih dan putih.
            Semua prajurit melihat kearah 3 bangku yang berjajar dengan rapi dan dipenuh dengan berbagai hiasan buaya emas dan biru yang sangat indah. Tidak berselang lama, keluarlah 2 pria dan satu perempuan. Pria yang terlihat tua duduk di tengah, pri ayang lebih muda duduk di sebelah kiri dan perempuan duduk dikanan.
            “RAJA GRAHA, KAMI PERSILAHKAN ANDA MENGHAKIMI ORANG ASING INI” teriak salah stau prajurit
            “Jelaskan semuanya tentang tentara kalian” perintah raja tersebut dengan tenang.
            Semua orang melihat ke arah si prajurit. Walaupun muka si prajurit asing tersebut sudah bengkak dan berdarah, semua orang bisa melihat muka kesalnya dengan jelas. Cuih. Prajurit asing tersebut meludah didepan sang Raja – tanda ketidak sopanan.
            “Hanya prajurit bodoh yang menghianati sekutunya” katanya dengan logat aneh.
            “Pemanah!” panggil Raja, 10 pemanah keluar dari tempatnya. “Bunuh dia” perintah Raja tersebut.
            Satu – satu panah tertancap di tubuhnya dengan cepat. Dalam panah ke 10 yang terkena tepat ke kepala membuat prajurit tersebut jatuh dan mati. 4 prajurit langsung bergegas membawa jasadnya ke tempat lain.
            Lelaki yang merupakan penyusup mau tidak mau terkesiap. Dia tidak tahu bahwa kerajaa Graha ada kerajaan yang sangat kejam.
            “KELUARLAH HAI KAU ORANG ASING” teriak seorang pria yang duduk disebelah kanan sang Raja.
            Lelaki tersebut kaget dengan perkataan lelaki tersebut. Dia tidak ingin mati tetapi dia tetap berjalan di kedepan, semua prajurit melihatnya dengan tatapan penuh dengan kebencian seakan dia adalah seorang mata – mata. Lelaki tersebut memberanikan hatinya untuk berjalan, dan membungkuk dihadapan 3 orang besar tersebut.
            “Siapa kamu?” tanya sang Raja
            “Sa.. saya adalah Teguh. Saya merupakan pemukim dari pembatas Graha ini tuan” katanya dengan terbata – bata.
            “Apa yang kau lakukan disini?”
            “Saya ingin bebas dari penjajah ini, saya tidak kuat menahan cambukan mereka” Teguh memperlihatkan bekas cambukan yang ada di kaki dan tangannya.
            “Penyusup pantas mati. Pemanah! Bunuh dia” perintah Raja
            “Tunggu! Ayahanda, tidak kah kita sebaiknya melindungi dia? Lihat betapa kurusnya dia, tidak mungkin lelaki ini merupakan mata 0 mat adari prajurit asing itu.” Protes pria yang duduk disebelah kanan Raja.
            “Apa maumu nak?” tanya Raja
            “Karena para prajurit tidak mengetahui bahwa lelaki ini menyusup bukankah berarti lelaki ini sangat lihai menggunakan kakinya, kita bisa memanfaatkannya sebagai penambahan tentara. Bagaimana?” tanya anaknya
            “Ah betul! Bukan kah membunuh satu orang sudah cukup untuk hari ini sayangku?” tanya perempuan yang selama in iterdiam melihat kejadian tadi, sekaan sudah sering melihatnya.
            Raja itu terdiam dan mengamati Teguh dengan cermat dan Raja mengangguk, melihat potensi apa yang dimiliki Teguh.
            “Bawa dia dan latih dia” perintah sang Raja dan pergilah Raja itu dari tempat duduknya disusul oleh Ratu dan anaknya.

            Teguh dilatih oleh pasukan khusus dari Graha. Teguh melihat apa yang sudah selaa satu tahun tidak dilihatnya yaitu keluarga. Teguh mempelajari tentang Graha yang ternyata merupakan kerajaan yang terbesar tetapi tertutup karena kerjaan ini sebenarnya adalah sebuah rumah seorang yang kaya raya, tetapi lama – lama menjadi sebuah kerajaan.
            Lambang buaya yang melambangkan bahwa Graha merupakan pemangsa yang tidak takut akan lawan yang harus dibuh, Warna emas yang melambangkan kekayaan dan Warna Biru yang melambangkan air yang mengalir – karena air sangat dibutuhkan dan dapat mematikan. Teguh belajar membunuh, menggunakan pedang, tameng dan masih banyak lagi.
            Perlu 5 tahun untuk Teguh menjadi hebat dan menjadi teman bagi Putra Raya yang merupakan nama anak sang Raja. Teguh menjadi teman curhat dari Sang Putra Mahkota, mereka selalu membicarakan tentang membuka gerbang Graha dan membiarkan semua tentara membasmi para penjajah dari Negara Indonesia.
            Selama Teguh berlatih, penjajah semakin semena – mena dalam memperlakukan orang awam Indonesia. Tidak ada hari tanpa minum bagi orang yang tidak bekerja lebih dari 54 jam. Teguh mengetahui semuanya karena dia mengirim mata – mata terbaik Graha untuk mengawasi para prajurit asing.
            Kian tahun semakin memburuk, Putra Mahkota yaitu raya pun memutuskan untuk turun tangan dan meminta ayahnya untuk membuka gerbang dan mengirim pasukan untuk membasmi para penjajah, sayang ide itu ditolak.
            Seorang Raja tahu seberapa kuat bala tentaranya melwaan pasukan dan menurut sang Raja, tentara Graha masih belum cukup kuat untuk membasmi para penjajah. 2. 3. 4. 5 tahun berlalu lagi dan Putra Raya sudah cukup besar untuk menjadi Raja tetapi dia tidak ingin mengambil mahkota tersebut dan menyuruh ayahnya untuk memberi mahkota tersebut kepada istri nya yang lain yang memiliki putra.
            Putra Raya yang sudah berlatih memegang pedang dari kecil sangat lah hebat. Dia dan Teguh selalu bersama dan menjadikan diri mereka tidak terkalahkan dalam sesi latihan. Tiap tahun, Indonesia semakin parah tetapi Graha tetap sama. Graha tetap berdiri kokoh, bersih dan tenang. Tidak tahan dengan membiarkan para penjajah membunuh 10 lebih orang dalam satu hari, hati nurani Putra Raya tergerak dengan ganas.
            Putra Raya dan Teguh mengumpulkan pasukan yang ingin membantu mereka dan ternyata hampir semua prajurit ikut kedalam gerang dan pergi untuk membunuh para penjajah. Putra Raya dan Teguh mendapat banyak caci maki pedas akan tindakan bodohnya saat berjalan ke gerbang perbatasan.
            “MEREKA PERLU BEBAS! AKU AKAN MEMBUKA GRAHA DAN MENJADIKANNYA TEMPAT PENAMUNGAN SEMENTARA SAMPAI INDONESIA MENJADI NEGARA YANG KEMBALI LAYAK DI TINGGALI!” teriak Putra Raya.

            Melewati gerbang dengan sulit karena beberapa prajurit menghalangi sehingga membuat Putra Raya dan Teguh harus bisa memukul mereka tanpa membunuh mereka. Awalnya semua berjalan dengan baik sampai saat mereka tiba di kerajaan prajurit asing yang sangat tidak bermodal tetapi memiliki kekuatan militer yang patut di ancungi 100 jempol.
            Putra Raya dan Teguh meninggal dalam pertempuran. Raja yang mengetahui langsung bersedih dan terus berlarut – larut sampai akhirnya jatuh sakit dan menghembuskan nafas akhirnya. Sebelum meninggal perintah raja terakhir adalah
            “Bukakan gerbang Graha dan masukkan sebanyak apapun yang bisa kalian selamatkan para prajurit berani. Buatlah perjuangan anakku dan teguh tidak sia – sia.”
           
            Sejak saat itu gerbang dibuka dan mereka menyelamatkan banyak jiwa tetapi sayang para prajurit bergegas datang ke Graha dan menembaki mereka smeua. Tidak ada yang selamat dari Graha, semuanya meninggal. Masa kejayaan Graha sudah tidak ada. Prajurit asing masuk kedalam Graha dan melihat banyaknya rumah seakan Graha merupakan desa tertutup. Prajurit menjelajahi Graha dengan secara perlahan karena Graha ternyata sangat luas dan memiliki banyak rahasia. Didalam Kerajaan, banyak sekali emas – emas dan barang berharga lainnya didalam satu ruangan penuh.
            Prajurit asing menamai tempat itu dengan sebutan Graha Raya, tanpa alasan jelas mengapa orang menyebutnya Graha Raya. Ad ayang mengatakan bahwa prajurit asing tahu akan Putra Mahkota Raya dan menghargainya. Begitulah cerita dari legenda Graha Raya”

            “Terus sekarang kenapa Graha Raya jadi perumahan bu?” tanya seorang siswi
            “Awalnya tempat tersebut di karantina oleh para penjajah, lalu ketika bapak presiden kita yang pertama yaitu Pak Seokarno, beliau memerintahkan bawahannya untuk memakai kerajaan Graha untuk memulai pembangunan. Masih ada banyak sisa – sisah harta disana dan mereka juga menggunakan Graha sebagai tempat sementara tinggal” jelas Ibu Cathie
            “Oh! Terus mereka semua akhirnya berpencar mencari tempat tinggal dan ada sebagian yang tetap tinggal di Graha dan membangun Graha seperti yang sekarang gitu bu?”
            “Iya, benar sekali”
            “Ibu! Ibu! Kok Ibu bisa tau cerita ini darimana?”
            “Karena ... cerita tersebut sudah diturunkan turun – menurun dikeluarga ibu” senyum Ibu Cathie
            Kkringg.. Kringg..
            “Ah! Bel sudah berbunyi” Ibu Cathie membereskan barang bawaannya dan bersiap ke kelas lain dengan berbagai pertanyaan di kepala para siswa dan siswi.
            Jadi apakah Ibu Cathie keturunan dari Putra Mahkota, teguh atau Bapak Soekarno sendiri? Dan kenapa tidak ada yang mengingat  Graha yang merupakan Kerajaan terbaik saat itu? Malu atau karena tidak ada yang benar – benar mengetahui tentang Graha?

sumber: pixabay.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar