Kategori

2019/01/30

Resensi Novel Sin “God hates the sin, not the sinner”

Melawan Dosa

www.google.com

Judul Buku                  : Sin “God hates the sin, not the sinner”
Pengarang                   : Faradita
Penerbit                       : Kubus Media
Editor                          : Priska Ghania
Desain Sampul            : A. A Effendhy
Layouter                      : Frama MN
Latar Cover                 : Diperoleh legal dari
Halaman                      : vi + 444 halaman

ISBN                           : 978-602-6731-04-3


Faradita, gadis manis sekaligus pemilik pipi tembam ini mengaku bahwa dirinya hanyalah seorang penulis “amatir”. Ia jatuh cinta pada makanan bulat yang bernama bakso. Tidak diberitahu banyak mengenai penulis ini, bahkan informasinya pun sangatlah sedikit. Gadis yang memiliki pelafalan cadel ini memiliki kebiasaan yang suka melamun tiba-tiba. Novel Sin merupakan karyanya yang pertama dicetak yang telah mencapai 9,6 pembaca di wattpad.
            Novel ini memiliki ukuran 14x20 cm dan dicetak dengan jenis soft cover. Desain sampul buku ini sangatlah menarik, karena menggambarkan seorang gadis yang tengah tertidur pulas. Judul novel ini juga sangatlah menarik perhatian para pembaca karena tidak diberitahukan dengan jelas apa maksud dari judul novel tersebut yang membuat orang-orang segera ingin membacanya.
            Tema yang diangkat novel ini adalah fiksi remaja, dimana novel ini menceritakan seorang gadis SMA bernama Ametta Rinjani, yang jatuh cinta pada seorang yang bernama Raga Angkasa. Metta berani mendekatkan diri ke Raga karena hanyalah laki-laki itu yang tidak menganggap keberadaan Metta. Pasalnya, Metta merupakan gadis yang sangat dipuja-puja oleh lelaki di sekolahnya, dan ia tidak terima jika ada laki-laki yang tidak mau bertekuk lutut padanya. Perjuangan Metta untuk membuat Raga jatuh cinta padanya sangatlah sulit, belum lagi lontaran-lontaran “pedas” dari Raga. Namun, ketika mereka sudah saling jatuh cinta, suatu ungkapan dan fakta dari masa lalu menghancurkan segalanya, yang bahkan sudah mutlak tidak bisa ditentang siapapun.
            Novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu, terlihat jelas pada kutipan berikut ini “Kadang-kadang, Metta punya masalah dengan mengatur emosinya. Ia bisa jadi senang karena suatu hal pada detik pertama, dan bisa jadi begitu marah pada detik berikutnya. Raga hanya bisa menghela napas. Cowok itu tampak tidak enak kepada Lasi yang berdiri dihadapannya.”.
Penokohan pada novel inipun digambarkan dengan sangat jelas oleh si penulis, membuat para pembaca akan dengan mudah memahami watak dan karakter dari tiap-tiap tokoh, seperti pada kutipan berikut “’Enak aja..’ Sonya menurunkan kaca mobil lebih lebar. ’Sejak kapan kursi depan jadi punya kakak? Ini udah jadi wilayah kekuasaanku. Cuma aku yang boleh duduk di samping Bang Raga’”. Dari kutipan tersebut, terlihat jelas bahwa tokoh Sonya merupakan seorang adik yang cemburuan.
            Alur yang digunakan pada novel ini adalah alur maju. Tidak ada penggalan kisah masa lalu yang dipaparkan pada novel ini. Meski begitu, kisah masa lalu tetap diceritakan hanya saja lewat dialog orang yang sedang bercerita, bukan penggalan kisah, seperti kutipan berikut “’Sekitar sebulan setelah itu, Ibu nemuin Non Metta di semak-semak di depan panti. Masih merah, palingan umur beberapa jam. Mungkin karena belum rela anaknya meninggal, Ibu jadi anggap Metta anaknya sendiri’ Ucap Mbok Mirna.”
            Penggunaan gaya bahasa pada novel ini menggunakan gaya bahasa sehari-hari, atau lebih tepatnya non-formal. Penulis lebih menekankan gaya bahasa yang sering digunakan oleh anak SMA jaman sekarang sehingga para pembaca akan dengan mudah menangkap maksud dari cerita tersebut. “Loe itu cuma bingung sama keadaan. Loe gak tau apa semua ini benar atau enggak. Please, La...”. Dari kutipan tersebut terlihat jelas bahwa penggunaan Loe-gue sangat mendominasi cerita ini.
            Novel ini sangat cocok dibaca oleh para remaja SMA, apalagi yang sedang kasmaran, karena tiap alur yang diceritakan membuat pembaca akan selalu tersenyum tiap detiknya. Tetapi novel ini hanya boleh dibaca mulai dari umur 16 tahun keatas saja, karena banyak adegan kekerasan yang dipaparkan, serta penggunaan bahasa kasar dan vulgar pada novel ini juga tidaklah sedikit, yang mungkin membuat anak dibawah umur tidak nyaman dibuatnya.
            Meski temanya hanyalah fiksi remaja, tetapi konflik utama dari cerita ini sangatlah tidak terduga. Beberapa pembaca mungkin mengira bahwa novel ini hanya menceritakan kisah SMA yang klise, tetapi tidak. Konflik utama dari cerita ini sangat berhubungan erat dengan judul dari novel ini, sehingga pembaca sangat direkomendasikan untuk membaca novel ini. Berbeda dengan beberapa novel karya Wulan Fadila, yang memiliki akhir cerita yang mudah ditebak dan terkesan menggantung, seperti novel A, dan Raja & Ratu. Novel ini terus menambah-nambahkan “bumbu” emosi pada tiap bagiannya yang membuat perasaan para pembaca dicampur-aduk.
            Novel Sin sangatlah cocok untuk menemani hari-hari yang kosong, karena ceritanya sangatlah tidak membosankan, bahkan prolog cerita ini dipaparkan dengan sempurna dan sangat menarik, sehingga pembaca semakin dibuatnya penasaran yang membuat ingin terus membaca lagi, lagi, dan lagi, termasuk saya yang sempat kecanduan novel ini.
            Alasan saya memilih buku ini, karena sudah sejak awal saya menyukai novel ini, bahkan ketika novel ini masih dipublikasikan pada aplikasi Wattpad. Cerita ini menciptakan konflik yang sangat berbeda dibandingkan cerita lain, yang bahkan saya sendiri juga kaget ketika membacanya. Unik dan berbeda, dua kata yang sangat tepat untuk mendeskripsikan novel ini.
            Ada kutipan dari novel ini yang saya suka sekaligus memberikan amanat kepada para pembaca sekalian :
”Tidak ada yang bisa membaca hari esok, bahkan satu detik dari sekarang. Itulah mengapa kita dikenal bukan saja sebagai pemimpin, tapi juga pendosa. Kita semua terancam akan melakukan kekeliruan. Tapi, hal baiknya adalah kita masih diberikan kesempatan. Diberikan waktu untuk mencoba lagi. Sebuah kesempatan bukanlah untuk menyakiti kembali, tapi untuk menyadarkan kita agar memperbaiki diri. Jika kesalahan adalah pekerjaan tertunda yang patut diselesaikan. Pada akhirnya, kesempatan kedua akan selalu ada, bahkan bagi mereka yang berdosa”.

Selamat membaca novel Sin, dan rasakan getaran emosinya ketika anda membaca novel ini J


www.pixabay.com


4 komentar:

  1. Bikin sedih nih orang orang yang lg baca

    BalasHapus
    Balasan
    1. bagus banget ceritanya. alurnya jg ga biasa. gak nyesel deh kalo baca

      Hapus
  2. Iya ceritanya bagus alurnya mudah dimengerti, serta ada pembelajaran di dalamnya

    BalasHapus