Kategori

2019/05/16

Analisis Puisi Catatan Tahun 1946 (2)

Catetan Tahun 1946
Karya :Chairil Anwar

Ada tanganku, sekali akan jemu terkulai,
Mainan cahaya di air hilang bentuk dalam kabut,
Dan suara yang kucintai ‘kan berhenti membelai
Kupahat batu nisan sendiri dan kupagut

Kita -anjing diburu- hanya melihat sebagian dari sandiwara sekarang
Tidak tahu Romeo & Juliet berpeluk di kubur atau atau di ranjang
Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu
Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat

Dan kita nanti tiada sawan lagi diburu
Jika bedil sudah disimpan, Cuma kenangan berdebu
Kita memburu arti atau diserahkan kepada anak lahir sempat
Karena itu jangan mengerdip, tatap dan penamu asah

Tulis karena kertas gersang, tenggorokan kering sedikit mau basah !

1.     Gaya Bahasa
Dalam puisi ini, banyak digunakan kata-kata kiasan untuk mewakili perasaan dari penulisnya dan membuat puisi tersebut menjadi lebih indah. Pada bait pertama, majas sinekdoke part pro toto ditampilan dengan penggunaan kata tangan.Tangan digunakan untuk mewakili kesuluruhan bagian tubuh. Majas sinekdoke part pro toto lain terdapat pada /dan suara yang kucintai/. Suara di sini mewakili orang yang memiliki suara itu secara utuh, baik itu istri, anak, atau orang yang dicintai lainnya.Baris puisi yang berbunyi /dan suara yang kucintai ‘kan berhenti membelai/ juga terdapat majas personifikasi.Suara di sini seolah-olah dapat bersikap layaknya seorang manusia, seperti dapat membelai.Majas ketiga yang dapat ditemukan dalam puisi ini adalah majas hiperbola.Pada bait ketiga, Majas hiperbola ditemukan pada kalimat /jangan mengerdip/. Berkedip adalah kegiatan manusia yang dilakukan tiap beberapa detik sekali dan dalam puisi ini kalimat jangan berkedip bisa berarti perhatian pada sesuatu secara terus menerus tanpa henti dengan penuh konsentrasi. Jadi, itu sangat berlebihan jika mata diumpamakan tidak berkedip sama sekali. Majas hiperbola yang kedua adalah /tenggelam beratus ribu/. Tidak mungkin sesuatu hal dapat tenggelam beratus ribu kali ataupun beratus ribu lamanya.Kalimat /Romeo & Juliet berpeluk di kubur/ juga termasuk dalam majas hiperbola.Ini dapat dikatakan sesuatu yang berlebihan karena tidaklah mungkin dalam kubur dapat berpelukan.Majas selanjutnya dalam puisi tersebut adalah majas metafora. /Jika bedil sudah disimpan/ termasuk majas metafora karena merupakan kiasan dari masa setelah peperangan. Pada bait ketiga ditemukan kembali majas metafora dalam kalimat /kenangan berdebu/ yang berarti kenangan yang sudah lampau atau kenangan yang sudah terlupakan dan tak pernah diingat lagi.Majas metafora yang ketiga terdapat dalam kalimat /tulis karena kertas gersang/. Tulis karena kertas gersang bermakna mengisi kehidupan yang masih kosong dan belum memberikan arti. Dengan menjalani kehidupan ini, sedikit demi sedikit hidup kita akan mulai dihiasi berbagai hal, baik itu cerita bahagia maupun cerita sedih. Kertas gersang hanyalah sebuah kiasan, dimana perlu tulisan dari pena untuk mengisinya.


2.     Citraan
Citraan berhubungan dengan kesan yang dapat ditangkap dari kalimat-kalimat dalam puisi dan itu berhubungan dengan indera manusia. Pada puisi “Catetan Tahun 1946” karya Chairil Anwar dapat ditemukan beberapa jenis citraan, antara lain :
  • a.     Citraan penglihatan, contohnya : mainan cahaya di air hilang bentuk dalam kabut, kita -anjing diburu- hanya melihat sebagian dari sandiwara sekarang, Karena itu jangan mengerdip,  dan tatap dan penamu asah.
  • b.     Citraan pendengaran, contohnya : dan suara yang kucintai.
  • c.      Citraan perabaan, contohnya : ‘kan berhenti membelai, berpeluk dikubur atau diranjang serta kupahat batu nisan sendiri dan kupagut.
  • d.     Citraan gerak, contohnya : sekali akan jemu terkulai, kupahat batu nisan sendiri dan kupagut, keduanya harus dicatet, Kita memburu arti, karena itu jangan mengerdip, serta tulis karena kertas gersang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar