www.google.com |
Judul :
GOLDEN BIRD : ALPHA
Pengarang : Luna Torashyngu
Penerbit :
PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2012
Tebal Buku : 272 Halaman
Seorang
anak kecil yang berbaju kumuh berlari menelusuri sebuah rel kereta api, sampai
akhirnya Ia sampai di sebuah gang. Ia memasuki gang tersebut dan berjalan ke
sebuah rumah yang lusuh, kemudian masuk ke dalam, itulah rumah dari anak
tersebut, yang bernama Prayudha Wirawan. Ia tinggal sendiri bersama Ibunya,
ayahny, ayahnya sudah meninggal. Dengan kegigihannya Ia berhasil lulus di
universitas terkenal MIT di Amerika dan direkrut sebagai guru di sebuah sekolah
elite di Jakarta, SMA Veritas yang dimiliki oleh perusahan terkaya di Indonesia
yaitu Trisona Group. Di keseharian mengajarnya Ia bertemu dengan Dian dan
Fiona, Dian adalah anak yang cemerlang di bidang IT, sedangkan Fiona adalah
anak dari direktur Trisona Group, keduanya adalah murid Yudha. Kehidupan Yudha
awalnya tenang-tenang saja, sampai mulai terjadi permasalahan yang mulai
menumpuk, dari hubungan romansanya dengan Fiona, sampai kenyataan pahit tentang
ayahnya. Pada puncaknya, Ia harus berhadapan dengan virus komputer Kiss of
Death yang membahayakan seluruh aset Trisona Group dan kasus balas dendam yang
belum terselesaikan.
Tema dari novel ini sering dipakai,
yaitu kehidupan masa SMA, yang menarik adalah cerita ini melibatkan beberapa
istilah komputer, yang jarang kita temui di kehidupan sehari-hari. Alur yang
dipakai adalah alur maju mundur, ada beberapa kilas-balik yang disajikan. Pada
beberapa bab pertama, alur cerita dari novel ini mudah ditebak, sehingga tidak
terlalu menarik, namun di pertengahan sampai akhir, jalan cerita mulai sulit
ditebak. Masalah berikutnya adalah ending
dari novel ini bisa terbilang cliche,
sudah sangat sering dipakai sehingga dampaknya tidak terlalu besar, namun di bagian
penutup, pembaca akan disajikan sebuah plot
twist yang menarik. Bahasa yang digunakan oleh pengarang tidak baku, mudah
dipahami, dan tidak berbelit-belit. Watak para tokoh di novel ini diperkenalkan
dengan baik, namun demikian jumlah tokoh agak banyak sehingga agak sulit untuk
mengingat semuanya sambil mengikuti jalan cerita. Novel ini memiliki beberapa
amanat, salah satunya adalah kita tidak boleh berperasangka buruk terhadap
orang lain tanpa tahu kebenarannya.
Manfaat
yang bisa saya petik dari novel ini adalah balas dendam tidak pernah berujung
baik. Winar yang selama ini menyimpan dendam terhadap Heru pada akhirnya
tertangkap polisi karena melakukan banyak kejahatan, termasuk korupsi, hanya
untuk menyelesaikan dendam keluarganya. Hal kedua yang bisa saya petik adalah
kita tidak boleh langsung berasumsi yang buruk. Fiona hampir saja menghancurkan
masa depan Dian karena Fiona salah paham berfikir bahwa Dian hendak merebut
Yudha darinya. Hal ketiga yang bisa saya bawa ke kehidupan sehari-hari adalah
bahwa tidak semua orang itu baik, dan tidak semua yang berperilaku baik itu
sebenarnya benar-benar baik di hati. Tidak ada tempat yang luput dari orang
jahat, dan tidak sedikir orang yang akan berusaha untuk memanfaatkan kita untuk
kepentingan orang itu. Tidak ada jaminan juga, bahwa orang yang sudah mengaku
salah, tidak akan berbuat kesalahan itu lagi. Winar yang tidak pernah melupakan
dendamnya mengajari saya hal ini.
Secara
keseluruhan, novel ini bagus, cocok untuk semua umur, namun direkomendasikan
untuk remaja. Kelebihan dari novel ini adalah bahasanya yang mudah dimengerti,
dapat memperluas pengetahuan kita tentang komputer, dan memiliki banyak amanat
yang bisa diambil. Kelemahan dari novel ini adalah alurnya yang mudah ditebak,
ending yang cliche, dan ada beberapa
bagian yang tidak jelas.
Baca juga:
resensi-lolipop-titi-setyoningsih
resensi-autumn-in-paris
resensi-novel-bali-to-remember
*** Selamat Membaca ***
Baca juga:
resensi-lolipop-titi-setyoningsih
resensi-autumn-in-paris
resensi-novel-bali-to-remember
Tidak ada komentar:
Posting Komentar