www.pixabay.com |
Sistem Pemerintahan Kerajaan- Kerajaan Hindu
Pertama
Perkembangan Kerajaan-
kerajaan Hindu di Kepulauan Indonesia dan Malaysia tidak lepas dari proses
adaptasi selektif kebudayaan India yang disesuaikan dengan pola atau tradisi
lokal atau disebut sebgai local genius oleh para pemimpin Austronesia dengan
dukungan sistem perdagangan maritim yang kuat. Konsep kerajaan menurut tradisi
Hindu yaitu sebuah alam-semesta kecil yang berupa mandala yang dipimpin oleh
raja dan dikelilingi oleh kekuatan konsentris yang terdiri dari para pendeta,
pemerintah, bangsawan, tentara, dan rakyat jelata. Masing-masing mandala
mewakili area kekuasaan inti sang tuan tanah.
Konsep kerajaan tersebut
dapat juga berupa kerajaan-kerajaan yang dibawahi atau tunduk pada seorang tuan
tanah besar atau maharaja. Dan konsekuensi dari konsep diatas adalah bahwa
kerajaan-kerajaan bawahan harus membayar upeti kepada sang maharaja secara
berkala. Tetapi walaupun begitu penguasa kerajaan bawahan tersebut mempunyai
kekuasaan murni terhadap kerajaan yang diperintahnya. Menurut Coedes adalah
bahwa kerajaan- kerajaan Hindu memiliki kebudayaan yang terorganisasi
berdasarkan konsep agama Hindu dan menganut kepercayaan Hindu Budha, dan
bersamaan dengan mitologi puranas, ketaatan pada Dharmasastra dan penggunaan bahasa
sansekerta sebagai alat komunikasi bagi golongan penguasa.
Berdasarkan penjelasan
diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kerajaan- kerajaan pertama
tersebut menggunakan struktur pemerintahan yang dibentuk oleh Arthasastra
(pakta pemerintahan). Artasastra sendiri adalah pedoman bagi para pemimpin
dimana sebuah pemerintahan yang baik harus mengandung tujuh kaki dasar, unsur
tersebut diantaranya; Raja, Menteri, Kerajaan, Benteng, Perbendaharaan,
Tentara, dan sekutu. Arthasastra juga mengatur mengenai hubungan kerajaan
dengan kerajaan lain, penegakan hukum, dan penyelesaian perbedaan pendapat.
Ajaran ini juga menyebutkan mengenai seorang pendeta Brahmana yang fungsinya
sebagai penasihat raja dan pemuka keagamaan serta pendidik militer. Hal ini
tidak lepas dari pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki oleh para brahmana
tersebut diantaranya ilmu sosial, pengobatan, matematika, arsitektur, dan
persenjataan.
Raja dalam hal ini
haruslah memiliki sikap yang fleksibel terhadap posisi dan tanggung jawab para
pengikutnya. Raja sebgai sebuah jabatan yang sangat sulit untuk diemban, raja
harus mampu menjadi seorang penengah dan juru damai bagi orang-orang bertikai,
menghargai kesetiaan bawahan, dan selalu berusaha untuk menjaga kesatuan
negaranya. Karena tugas yang sangat berat inilah raja memerlukan brahmana untuk
membantu mengurusi pegawai pemerintah. Brahmana-brahmana yang datang ke dalam
istana tidak semata untuk memberikan siraman rohani, namun mereka diberi tugas
untuk mendidik pegawai pemerintah. Didikan terhadap pegawai pemerintah ini
diharapkan agar pegawai pemerintah dapat meningkatkan sisitem manajeman dan
kemakmuran di setiap bidangnya. Brahmana juga memiliki kemampuan yang
berbeda-beda, menurut kemempuannya, guna mendidik para pegawai pemerintah.
Perekonomian
kerajaan-kerajaan hindu awal umumnya bertumpu pada perdagangan internasional,
sehingga fungsi terpenting dari pemerintahan mereka berkaitan dengan bandar-
bandar, armada yang dimiliki, pajak, keadilan, dan pertanahan mereka. Selain
berbasis pada perdagangan, perekonomian, terutama di Jawa bertumpu pada
pertanian. Hal ini tidak lepas dari perkembangan sistem feodalisme yang masih
melekat pada jiwa masyarakat Hindu-Budha pada masa itu. Karena faktor itulah
banyak para penguasa-penguasa kerajaan tersebut memberikan perintah untuk
membuat kanal- kanal saluran irigasi seperti disebutkan dalam prasasti Tugu.
Dengan bertambahnya populasi penduduk dan
peningkatan standar pendidikanyang dipegang oleh kaum Brahmana, secar berlahan
muncullah sistem birokrasi, yang tersusunn atas: hierarki abdi kerajaan,
bangsawan adan tuan tanah, struktur lokal pada tingakt desa.
Abdi kerajaan ini sebagai
penasihat raja, dan mediator antara orang jelata dengan para bangsawan atau
pejabat istana.
Para tuan tanah disamping
memperoleh pendapatan dari desa yang tanahnya merupakan daerah kekuasaanya juga
memiliki kewajiban untuk menajalankan setiap peraturan kerajaan dan mengamankan
hasil bumi, pajak, dan upeti yang sangat penting untuk mendukung kerajaan dan
pemerintahan didalamnya.
Dewan lokal ini diangkat
oleh para tetua desa yang biasanya mengikuti aturan yang ditetapkan oleh
tradisi lokal yang disebut sebagai adat. Saran dan nasehat mereka
dipertangungjawabkan didepan para bangsawan pada komunitas desa itu.
Keamanan kerajaan tersebut
dipercayakan kepada pasukan non-permanen yang profesional yang biasanya
merupakan tentara bayaran yang biasanya direkrut dari para pengikut bangsawan
dan raja.
Kesimpulan Munculnya Kerajaan Awal
Kerajaan mulai muncul di Asia Tenggara sekitar
abad ke-1 M. Ketika kerajaan Romawi melakukan hubungan perdagangan dengan
Cina.Jalur yang sering sebagai jalur perdagangan disebut sebagai jalur sutera,
namunjalur itu akan diubah melalui jalur laut, karena adanya ketidakamanan bila
melalui jalur sutera. Selain berdagang dengan Cian, Asia Tenggara juga
telahberdagang dengan India antra abad ke-1 hingga abad ke-3 M. Perdagangan
melalui jalur laut inilah lebih sering dilakukan denagn India daripada denagn
Cina. Sehingga pengaruh India diadopsi oleh orang-orang di Asia Tenggara, tanpa
meninggalkan kebudayaan yang telah ada.
Contohnya Fuann yang telah banyak mengambil
manfaat dari jalur perdagangan antara Cina dan India. Antara abad ke-3 hingga
abad ke-5 M terjalin hubungan yang harmonis antara Cina denagn negara-negara di
Asia Tenggara. Funan telah berkembang denganjalinankerjasa itu, terutama
pelabuhan dagang Funan yang terletak diantara pelabuhan Cina dan pelabuhan di
semenjung Malay.
Antara abad ke-5 hingga abad ke-6 M, merupakan
zaman keemasan perdaganagnmelalui jalur laut. Laut Cian Selatan dan daerah
semenjung Malay menjadi urat nadi perdagangan. Adanya kontak perekonomian
antara Cina dan Asia Tenggara, masuknya produk Asia Tenggara ke pasar Cina
terutama. Namun hal itu tidak dapat dilakukan ketika Funan mengalami
keruntuhan, akibat seranagn dari Khmer. Perdagangan ini akan kembali lancar
ketika Cian diperintah oleh dinasty Sui.
Pada abad ke-7 hingga ke-8, ketika terajdinya
kekacauan di Khmer, perdagangn dapat dilakuakn oleh bangsa Cina setiap bangsa
manapun. Menyebabkan perdagangan menjadi lebih maju, terutama di bagian Asia
Tenggara kepulauan.
Baca juga:
kebudayaan-neolitikum-di-kalimantan_56
kebudayaan-neolitikum-di-kalimantan
kebudayaan-neolitikum-di-kalimantan_12
kebudayaan-neolitikum-di-kalimantan_63
Tidak ada komentar:
Posting Komentar