The Fault in Our Stars
Judul : The Fault in Our Stars
Penulis : John Green
Kategori : Novel Remaja, Fiksi Realistis, Romansa
Penerjemah : Ingrid Dwijani Nimpoeno
Penerbit : Qanita
Tebal Buku : 424 Halaman
ISBN : 978-602-1637-39-5
The Fault in Our Stars adalah novel keenam yang dikarang oleh penulis yang bernama John Green. Ia berasal dari Amerika
Serikat. Ia merupakan seorang penulis
dan YouTube video blogger, yang
bertempat tinggal di Indiapolis, Amerika Serikat. Ia tinggal bersama dengan
istri dan anak laki-lakinya.
John
Green telah banyak memenangkan penghargaan, antara lain : Printz Medal, Printz Honor, Edgar Award dan telah menjadi finalis LA Times Book Prize. Novel ini merupakan novel fiksi terlaris yang telah terjual jutaan copy di seluruh dunia.
Novel The Fault In Our Star
mengisahkan tentang seorang
gadis berusia enam belas tahun bernama Hazel Grace Lancaster, yang menderita kanker
tiroid yang sudah menyebar hingga ke paru-paru sehingga ia butuh alat
pernapasan dan tangki oksigen kemana pun ia pergi. Meski
keajaiban medis mampu mengecilkan tumornya dan membuat Hazel bertahan hidup
beberapa tahun lagi, Hazel Grace tetap putus asa. Hazel merasa tak ada gunanya
lagi hidup di dunia.
Hazel
hanya ingin menikmati sisa hidupnya dengan biasa-biasa saja, di antaranya
dengan membaca dan menonton realityshow. Dia dipaksa oleh ibunya untuk
menghadiri Grup Pendukung Anak-anak Penderita Kanker untuk menghilangkan depresi
yang dialami oleh Hazel.
Pada mulanya, Hazel bermalas-malasan
menghadiri kelompok ini, yang anggotanya tidak tetap; sebagian besarnya akan
menghilang setiap pertemuannya karena keadaan mereka semakin parah, atau
meninggal. Di sini, mereka saling mengenalkan diri dan juga menceritakan
tentang penderitaan mereka mengenai penyakit yang dialami oleh masing-masing anggotanya. Dan
setelah bergabung dengan Grup Pendukung Anak-Anak Penderita
Kanker tersebut, apa yang Hazel lihat dan rasakan ternyata jauh seperti apa yang Hazel bayangkan sebelumnya.
Singkat cerita, di kelompok ini
dia bertemu dengan seorang pria bernama Augustus Waters yang juga tengah
mengisi sisa-sisa hidupnya, sebagaimana Hazel.
Pribadi Hazel yang cendurung sinis dan
pesimis berubah menjadi ceria dan berpikir positif, sejak berkenalan dengan Augustus Waters. Augustus Waters merupakan seorang cowok keren yang berusia tujuh
belas tahun. Ia seorang mantan pemain basket yang menderita penyakit osteosarkoma dan mengakibatkan satu kakinya harus diamputasi. Augustus datang di grup pendukung
anak-anak penderita kanker atas permintaan temannya yang bernama Issac. Ia merupakan teman Augustus dan anggota grup pendukung
anak-anak penderita kanker, Issac menderita penyakit tumor di salah satu
matanya yang harus dioperasi beberapa minggu lagi sehingga akan membuat Issac
kehilangan penglihatan.
Sejak pertemuan di grup pendukung anak-anak penderita kanker,
tumbuhlah perasaan suka di antara Augustus
dan Hazel. Augustus
melakukan pendekatan dengan Hazel dan mengatakan bahwa dia tampak seperti
Natalie Portman di film V for Vandetta. Hazel dan Agustus setuju untuk saling
membaca novel favorit satu sama lain. Augustus meminjamkan Hazel novel
berjudul The Price of Dawn (Ganjaran Fajar), dan Hazel
merekomendasikan novel berjudul An Imperial Affliction (Kemalangan
Luar Biasa).
Augustus tertarik dengan buku yang
dipinjamkan Hazel, ia tahu Hazel sangat penasaran dengan akhir cerita novel
Kemalangan Luar Biasa yang menurutnya ambigu. Membuat Hazel ingin bertemu dengan
sang penulis novel. Seminggu setelah itu, Augustus berhasil melacak keberadaan
asisten Van Houten, Lidewij. Dari Lidewij, Augustus berhasil mengirim email.
Dia memberitahu isi email Van Houten kepada Hazel dan Hazel membuat suatu
daftar pertanyaan untuk dikirimkan kepada Van Houten, berharap dapat
menjernihkan akhir cerita yang ambigu dalam novel Kemalangan Luar Biasa. Van
Houten akhirnya menjawab email, tetapi dia mengatakan tidak bisa menjawab
pertanyaan Hazel secara pribadi di email. Jika Hazel pergi ke Amsterdam, dia
mengundangnya untuk mampir di rumah Van Houten, tetapi dia tidak bisa karena
ibunya tidak punya cukup banyak uang untuk pergi ke Amsterdam.
Hazel menceritakan tentang isi balasan
email itu pada Augustus. Agustus pun membantu Hazel dengan menggunakan
permintaan miliknya untuk mewujudkan keinginan Hazel melalui organisasi bernama
Yayasan Peri yang kerjanya mewujudkan satu keinginan anak sakit. Di tengah
perjuangannya atas apa yang harus dilakukannya tentang Augustus, Hazel
tiba-tiba mendapat kasus serius di mana paru-parunya dipenuhi cairan dan dia
terpaksa dibawa ke ICU. Semenjak itu beberapa dokter Hazel tidak menyarankan
dia untuk pergi ke Amsterdam, bagaimanapun juga Hazel tidak terlalu sehat untuk
melakukan perjalanan itu. Tapi disisi lain Dr. Maria mengijikan Hazel untuk
pergi ke Amsterdam karena menurutnya Hazel perlu bersenang-senang.
Perjalanan mereka cukup lancar untuk
pergi ke Amsterdam. Tapi ketika Hazel dan Augustus bertemu Van Houten mereka
baru mengetahui bahwa, Van Houten bukan seorang penulis produktif yang jenius,
melainkan seorang pemabuk yang kejam dan mengaku tidak bisa menjawab pertanyaan
yang diajukan Hazel. Keduanya sangat kecewa, terutama Hazel yang sudah memakai
permintaan Augustus. Tapi perjalanan mereka cukup menakjubkan. Setelah keluar
dari rumah Van Houten, Lidewij mengajak mereka untuk berkunjung ke rumah Anne
Frank. Awalnya Hazel tidak mau, karena dia ingin pergi bersama Van Houten, tapi
ternyata Van Houten tidak diundang, dan mereka pergi ke rumah Anne Frank.
Sayang sekali di sana sama sekali tidak ada lift, hanya ada tangga. Tapi Hazel
bersikeras akan melanjutkannya sampai ke atas. Dan mereka berhasil, meskipun
Hazel sedikit lelah.
Sebulan setelah perjalanan ke
Amsterdam, Hazel dibangunkan oleh ponselnya dengan lagunya The Hectic
Glow. Artinya Augustus meneleponnya atau seseorang menelpon dari ponselnya.
Dan ternyata Augustus yang menelponnya. Dia menyuruh Hazel untuk ke jalur cepat
di Eighty-sixth and Ditch, dan memintanya untuk membetulkan selang-G-nya yang
keliru. Hazel akhirnya menelpon 911 untuk membawanya ke rumah sakit.
Augustus pulang dari rumah sakit
beberapa hari kemudian. Augustus menyuruh Hazel untuk segera ke Jantung
Harifiah Yesus. Untuk mendatangi pra-pemakanan dan membacakan pidato untuk
Augustus. Augustus Waters meninggal delapan hari setelah pra-pemakanannya,
ketika kankernya yang merupakan bagian dari dirinya, akhirnya menghentikan
jantungnya.
Penilian dari
Saya sebagai seorang pembaca novel ini adalah :
Kelebihan dari novel The Fault
in Our Stars adalah alur cerita mudah dipahami meski alur maju mundur,
dan alur tersebutlah yang membuat kita menjadi semakin penasaran. Perwatakan
tokoh yang mudah dipahami. Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari novel ini;
ketegaran, pantang menyerah, kasih sayang orang tua, pengorbanan dan cinta
sejati. Novel ini membawa pembaca
ke dunia para karakternya, yang sanggup menghadapi kesulitan dengan humor-humor
dan kecerdasan.