www.google.com |
Judul : Inferno
Penerbit : Penerbit Bentang
Penulis : Dan Brown
Jumlah halaman : 644 halaman
Tahun terbit : 2013
ISBN : 978-602-7888-55-5
Penerbit : Penerbit Bentang
Penulis : Dan Brown
Jumlah halaman : 644 halaman
Tahun terbit : 2013
ISBN : 978-602-7888-55-5
Overpopulasi memang
menjadi salah satu masalah utama yang dihadapi manusia pada masa ini. Jumlah
manusia yang terus bertambah menjadi ancaman serius bagi ketahanan hidup
manusia di masa yang akan datang. Sampai saat ini masalah overpopulasi belum
dapat terselesaikan dengan baik. Pertanyaanya adalah apakah hal itu dikarenakan
tidak adanya solusi yang efektif atau karena solusi terbaik adalah solusi yang
dianggap terlalu ekstrim?
Topik inilah yang
menjadi intisari dari novel keempat dari penulis terkemuka Dan Brown. Inferno merupakan karya terbaru Brown
yang didahului oleh sejumlah novel-novel yang meraih sukses secara komersial
maupun kritikal. Novel-novel tersebut adalah Digital Fortress (1997), Angels
and Demons (2000), Deception Point (2001), The Da Vinci Code (2003), dan The Lost Symbol (2009) dengan The Da Vinci Code sebagai novelnya yang
paling dikenal dan juga telah diangkat ke layar kaca.
Rasa yang didapat dari novel ini tidak jauh dari novel-novel Dan Brown
sebelumnya. Sekali lagi Brown menyuguhkan sebuah kisah tentang Robert Langdon
yang kembali terlibat dalam suatu petualangan yang mendorongnya untuk
memecahkan berbagai kode-kode rahasia yang terikat dengan sejarah dan seni.
Salah satu ciri khas dari novel-novel Dan Brown adalah kemampuannya untuk
mengajak pembaca terjun ke dalam petualangan yang menegangkan sembari
menelusuri sejarah seni di benua Eropa. Latar tempat yang dipilih oleh Brown
dalam novel ini sungguh menonjolkan unsur sejarah dari ceritanya, seperti
Florence, Italia dan Istanbul, Turki beserta bangunan-bangunan bersejarahnya. Inferno karya Dante Alighieri menjadi
objek bersejarah utama yang digunakan Dan Brown sebagai penggerak cerita in.
Brown melakukan pekerjaan yang sangat baik dalam mengenalkan pembaca tentang
sejarah dan latar belakang dari karya Dante Alighieri beserta karya-karya yang
terinspirasi darinya.
Gaya bahasa yang digunakan Brown cocok dengan karakter maupun latar dalam
cerita ini, tidak ada kata-kata yang terasa janggal ketika membaca novel ini. Dialog
yang ditulis oleh Brown juga patut mendapatkan apresiasi karena betapa
realistik dan informatifnya dialog- dialog tersebut. Baik diantara Langdon dan
Sienna, maupun diantara tokoh-tokoh pembantu seperti ketua WHO dan Zorbrist.
Kritik yang dapat diberikan pada novel ini adalah kemiripan plot ceritanya dengan
karya-karya Dan Brown sebelumnya. Meskipun begitu, Brown mengemas cerita ini
dengan alur yang yang menarik dan bergerak cepat sehingga walaupun ada sedikit
kemiripan, kemiripan tersebut tidak terlalu jelas. Ditambah lagi dengan
kejutan-kejutan yang terungkap selagi berjalannya cerita. Bahkan pembaca yang
sudah sering membaca karya Brown pun dapat terkejut dengan konklusi dari cerita
ini.
Sosok antagonis dari novel ini adalah Zorbrist, seorang ahli rekayasa
genetika yang terobsesi dengan karya Dante Alighieri dan juga misinya untuk
menyelesaikan masalah pertumbuhan penduduk yang mengancam masa depan manusia.
Ketika Zorbrist mengungkapkan ide ini, organisasi kesehatan dunia WHO
menganggap idenya terlalu ekstrim dan berbahaya. Solusinya yang berupa suatu ciptaan
genetis, ia letakkan di suatu tempat yang hanya bisa diketahui jika teka-teki
yang ia selipkan dalam karya-karya seni yang berhubungan dengan Dante Alighieri
diselesaikan. Robert Langdon bangun di rumah sakit di Florence, Italia dan
kehilangan sebagian memori jangka pendeknya. Pada saat itulah ia bertemu
seorang dokter muda yang misterius bernama Sienna Brooks. Setelah Robert
menyadari bahwa ia memiliki sepotong dari teka-teki Zobrist, ia bergegas untuk
memecahkan teka-teki tersebut dan mencegah rencana yang berpotensi untuk
mengancam kelangsungan seluruh umat manusia.
Novel ini merupakan novel yang sangat informatif, terutama bagi pembaca
yang memang tertarik dengan bidang sejarah, seni, dan sastra. Sayangnya, bagi
pembaca yang kurang tertarik dalam bidang-bidang tersebut, novel ini dapat
terkesan membosankan dan terlalu penuh dengan dialog serta informasi tidak
penting diantara aksi-aksi seru yang sedang berlangsung. Dengan menulis novel
ini, Brown mengingatkan pembacanya untuk lebih peduli terhadap masa depan dunia
ini. Novel ini membangun suatu kesadaran akan masalah overpopulasi yang hingga
kini belum dapat diselesaikan dengan baik oleh ilmuwan-ilmuwan kita. Hal ini
membuat pembaca berpikir lagi tentang ide Zobrist yang memang ekstrim, tetapi
jelas menawarkan suatu solusi yang efektif.
Inferno merupakan sebuah novel yang sangat menghibur, unik,
dan juga menarik. Ada banyak pengetahuan-pengetahuan baru yang bisa didapat
dari novel ini, terutama dalam bidang sejarah dan seni. Meskipun jalan
ceritanya terkesan familiar pada awalnya, kejutan-kejutan dan konflik moral
yang dapat diambil dari Inferno membuat
novel ini sangat layak untuk dibaca.
*** Selamat Membaca ***
Baca juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar