Berita Palsu Merajalela di Sekitar Kita
www.pixabay.com |
Hoaks adalah berita berisi informasi yang tidak benar tapi dibuat
seolah-olah benar adanya. Hoaks merajalela di sekitar kita karena mayoritas
kita sebagai pembaca sulit untuk menyaring berita-berita dengan tepat. Di sisi
lain juga hoaks mudah sekali disebarkan melalui berbagai media seperti smartphone, laptop, koran, dan lainnya.
Hoaks sama dengan berita pada umumnya yang dapat mencakup berbagai konten
seperti agama, politik, kesehatan, bencana alam, dan sebagainya. Berita ini
juga disebarkan melalui narasi, foto, video, dan disebarkan ke media massa.
Terdapat empat mode dalam kegiatan penemuan informasi melalui internet,
diantaranya adalah :
1.
Undirected viewing : seseorang
mencari informasi tanpa tahu informasi tertentu dalam pikirannya dan
sebanyak-banyaknya yang kemudian disaring sesuai keinginannya.
2.
Conditioned viewing :
seseorang sudah mengetahui akan apa yang dicari dan pencarian informasi sudah
mulai terarah.
3.
Informal search : seseorang
telah mempunyai pengetahuan tentang topik yang akan dicari tetapi penelusuran
ini hanya bertujuan untuk menentukan adanya tindakan atau respon terhadap
kebutuhannya.
4.
Formal search : seseorang
mempersiapkan waktu dan usaha untuk menelusur informasi atau topik secara
khusus sesuai kebutuhannya. Penelusuran ini bertujuan untuk memperoleh
informasi secara detail guna memperoleh solusi atau keputusan dari sebuah
permasalahan yang dihadapi (Choo,Detlor, & Turnbull,1999).
Kemenkominfo membantu masyarakat
Indonesia agar dapat menyaring berita dengan tepat. Ketua Masyarakat Indonesia
Anti Hoax, Septiaji Eko Nugroho
menguraikan lima langkah sederhana
yang bisa membantu dalam mengidentifikasi mana berita asli dan mana yang
hoax. Langkah-langkahnya adalah berhati-hati dengan judul yang provokatif,
kemudian bacalah berita dai situs-situs resmi atau yang sudah terverifikasi,
lalu periksa darimana berita itu berasal. Langkah selanjutnya cek keaslian foto
dan yang terakhir ikut serta grup anti hoax di media sosial.
Pemerintah juga sudah menyikapi
merajalelanya berita hoax ini dengan mengeluarkan beberapa pasal yang akan
ditimpakan kepada penyebar hoax. Pasal-pasal tersebut diantaranya KUHP,
Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE), dan Undang-Undang No.40 Tahun 2008 tentanga Penghapusan Diskriminasi Ras
dan Etnis. Mabes Polri pun sudah menegaskan bahwa penyebar hoax bisa dihukum
penjara sampai dengan 6 tahun dan bahkan dengan denda sebesar Rp 1 Miliar
Rupiah.
www.pixabay.com |
Beberapa situs di internet juga
sudah menyiapkan fitur-fitur bagi para penggunanya. Misalnya saja Google yang
sudah menyediakan layanan feedback sehingga para pembaca yang membaca berita
hoax dari suatu situs tertentu dapat melaporkannya dan situs tersebut dapat
diblokir. Ada juga perusahaan lainnya seperti Facebook yang memiliki fitur bagi
penggunanya untuk melaporkan berita-berita hoax yang mereka dapat.
Disini saya akan memaparkan beberapa
contoh hoax yang pernah viral. Berita pertama datang dari prediksi Suku Maya
mengenai kiamat yang akan terjadi tepat pada tanggal 21 Desember 2012. Ini
sempat mengguncang dunia karena bahkan dikatakan bahwa bumi akan ditabrak oleh
sebuah planet bernama Nibiru. Ini semakin meyakinkan hingga akhirnya peneliti
NASA angkat bicara dan mengatakan bahwa kabar ini hanya untuk menakuti anak
kecil. Karena, NASA mengklarifikasi bahwa planet Nibiru tidak pernah ada dan
hanyalah hoax semata.
Berita lainnya datang dari Bali,
seorang pria bernama I Wayan Sumardana berumur 31 tahun mengatakan bahwa ia
berhasil menciptakan robot yang digerakkan melalui sensor otak dengan sistem
EEG (Electroencephalogy). Setelah diteliti oleh seorang ahli sistem saraf pada
otak bernama dr. Rizki menyatakan bahwa robot ini adalah hoax sepenuhnya.
“Sayang sekali, setelah melihat langsung “elektroda” yang ditempatkan di kepala
dan “tangan robot”, saya bisa pastikan keseluruhan hanyalah hoax semata.”
Dengan adanya hoax ini berdampak
buruk bagi para pembaca secara tidak langsung karena si pembaca juga akan
menyebarkan berita yang katanya “sesuai dengan fakta” padahal itu tidak benar.
Dengan berita ini juga dapat menyesatkan orang-orang disekitarnya dan pada
akhirnya berita ini akan viral seperti prediksi kiamat pada tahun 2012.
Dengan demikian, sebagai masyarakat
Indonesia berhati-hatilah dalam mencari berita-berita yang ada di media sosial.
Jangan sampai kalian tertipu oleh para penjahat-penjahat di internet tersebut.
Carilah berita yang sudah terverifikasi dan berasal dari sumber yang resmi atau
terpercaya.
dampak-media-sosial
belajar-vs-bosan
masa-depan-tanpa-narkoba
Tidak ada komentar:
Posting Komentar