Catatan
Tahun 1946
Karya
:Chairil Anwar
Ada tanganku, sekali akan jemu terkulai,
Mainan cahaya di air hilang bentuk dalam kabut,
Dan suara yang kucintai ‘kan berhenti membelai
Kupahat batu nisan sendiri dan kupagut
Kita -anjing diburu- hanya melihat sebagian dari
sandiwara sekarang
Tidak tahu Romeo & Juliet berpeluk di kubur atau
atau di ranjang
Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu
Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat
Dan kita nanti tiada sawan lagi diburu
Jika bedil sudah disimpan, Cuma kenangan berdebu
Kita memburu arti atau diserahkan kepada anak lahir
sempat
Karena itu jangan mengerdip, tatap dan penamu asah
Tulis karena kertas gersang, tenggorokan kering
sedikit mau basah !
1.
Lambang
Setiap puisi selalu
dihiasi dengan untaian kata-kata yang melambangkan maksud tertentu.
Lambang-lambang yang digunakan dalam puisi di atas adalah :
- a. Pena melambangkan karya atau peristiwa yang akan diukir dalam kehidupan,
- b. Kertas melambangkan kehidupan yang akan dihiasi dengan karya-karya kita. Dalam kehidupan, kitalah yang akan menentukan karya apa saja yang akan kita goreskan di atasnya.
- c. Bedil melambangkan masa peperangan. Hal ini didasarkan pada makna bedil itu sendiri yang berarti alat untuk mempertahankan diri atau senjata dalam perang.
- d. Batu nisan melambangkan kematian.
2.
Nada
Dalam puisi tersebut
penulis menggunakan nada-nada yang syahdu di bait puisi yang terkesan sedih. Dalam
bait pertama, si aku dalam puisi tersebut terkesan hidup sendiri dan tak ada
yang memperhatikannya. Tokoh aku tak dianggap ada oleh orang lain.Namun, dalam
kesedihan yang amat dalam itu si aku tetap berusaha untuk tegar dan tidak
sentimental.
3.
Suasana
Suasana
yang dapat dirasakan dari puisi tersebut adalah suasana yang muram.Ini tergambar
dari adanya perasaan ketakutan dan kesedihan yang mendalam.Hal ini sesuai
dengan pilihan katanya yang mengandung makna kesedihan, seperti dalam baris
puisi /dan suara yang kucintai ‘kan berhenti membelai/ serta baris puisi
/kupahat batu nisan sendiri dan kupagut/. Dalam baris puisi tersebut, tidak ada
satu pun kata “sedih” diucapkan.Namun, penulis mampu menunjukkan kesedihan itu
melalui kata kiasan yang ditulisnya.Sedangkan perasaan ketakutan tergambar
dalam kata-kata /kita -anjing diburu-/.
Amanat dalam puisi
“Catetan Tahun 1946” karya Chairil Anwar yang dapat saya simpulkan adalah
sebagai berikut :
- a. Hidup ini tidaklah mudah, tetapi jangan pernah takut menghadapinya. Teruslah bekerja keras dan jangan mudah menyerah karena keberhasilan tidak akan tercipta tanpa melalui perjuangan.
- b. Isilah kehidupan ini dengan hal-hal yang positif dan karya-karya nyata agar semangat kita akan hidup selama-lamanya.
5.
Tipografi
Puisi “Catetan Tahun 1946”
karya Chairil Anwar terdiri dari 3 bait dan mempunyai 15 baris dengan pola 4,4, dan 5. Bait pertama
dan kedua terdapat empat baris. Sedangkan baris ketiga terdapat 5 baris.
Komentar
:
Menikmati
musikalisasi puisi tidak hanya sekedarmendengarkan alunan musik, tetapi juga
memahami syair-syair yang dibawakan.Puisi yang dipilih seharusnya menggunakan
puisi yang lebih sederhana.Sedangkan puisi “Catetan Tahun 1946” karya Chairil Anwar
banyak menggunakan kata-kata yang sulit dimengerti, sehingga untuk memahami
makna dan maksud dari puisi tersebut perlu dicermati dengan lebih seksama.Penggunaan
puisi dengan pilihan kata yang tidak mudah, membuat orang sulit untuk memahami
makna puisi sekaligus menikmati penampilan mereka secara bersamaan.
Selain
itu, Bait-bait puisi yang penuh makna itu akan lebih indah jika tidak hanya
diringi oleh musik yang berasal dari tape
recorder.Namun, sesekali perlu juga diimbangi dengan alunan musik yang
berasal dari alat musik asli.Alat musik yang digunakan pun tidak perlu yang
rumit dan lengkap. Alat musik yang sedehana, seperti harmonika, seruling, gitar bahkan tepukan
tangan juga dapat membuat penampilan musikalisasi puisi itu menjadi lebih
menarik dan tidak monoton.
Gerakan
yang ditampilkan telah sesuai dengan lagu yang dipilih.Gerakannya tidak
berlebihan dan sudah sesuai dengan tempo lagu.