Adaptasi
www.google.com |
Judul
buku : Assassin’s Creed: Renaissance
Pengarang :
Oliver Bowden
Penerbit : Ufuk Press
Tahun terbit :
2010
Cetakan :
Juni 2010
Tebal
buku : 592 halaman
Oliver Bowden, merupakan
seorang penulis yang tidak banyak diketahui jati diri dan detail tentang
kehidupan pribadinya. Walaupun beliau bukan merupakan seorang pengarang yang
cukup terkenal, tetapi Oliver Bowden memiliki gaya yang sangat unik dalam
menulis novel ini.
Novel Assassin’s Creed
: Renaissance merupakan novel yang diadaptasi dari sebuah game terkenal dan
laris yang dibuat oleh Ubisoft yaitu “Assassin’s Creed II” .Tema dari novel ini
adalah fiksi-sejarah, yaitu penggabungan sebuah kisah fiksi dengan suatu sejarah.
Sebagian besar dari cerita pada novel ini merupakan fiksi sedangkan sebagian
lainnya benar-benar terjadi, hal inilah yang menjadi salah satu keunikan dari
novel Assassin’s Creed : Renaissance.
Salah satu hal yang
menjadi kekuatan dalam novel ini adalah tempat terjadinya cerita dalam novel
ini pada dunia asli. Memang benar, kalau kita memainkan game “Assassins’Creed
II” kita dapat melihat secara langsung
Kota Florence, yang merupakan kota dan tempat kelahiran dari pemeran utama
dalam novel ini, Ezio Auditore. Tetapi, Oliver Bowden sebagai pengarang juga
pandai dalam mengubah suasana Kota Florence tersebut menjadi serangkaian kata -
kata, bahkan beliau dapat memasukkan perasaan Ezio terhadap kota kelahirannya
yang tidak dapat disampaikan melalui game. Oliver Bowden tidak hanya berhasil
menyajikan seperti apa kota-kota tersebut, tetapi juga apa yang terjadi di sana
pada masa itu.
Keunggulan-keunggulan
yang sangat terlihat didalam novel ini adalah bagaimana Oliver Bowden
menggunakan tokoh – tokoh sejarah seperti Leonardo da Vinci dan Nicccolo
Machiavelli yang membuat para pembaca tidak yakin bahwa cerita yang mereka baca
merupakan cerita fiksi. Cara Bowden dalam memperkenalkan tokoh – tokohnya juga
tidaklah membosankan dan membuat pembaca semakin tertarik akan tokoh yang
diperkenalkan “ Federico Auditore, beberapa tahun lebih tua dari Ezio dan yang
tertua dari Auditore bersaudara, ia seorang pria besar dengan nafsu yang juga
besar untuk minuman,cinta, dan perkelahian. “
Salah satu kelemahan
dari novel ini adalah terkadang terdapat beberapa kata dalam dialog antar tokoh
yang masih menggunakan kata – kata asing dan membuat pembaca sulit mengerti apa
maksud dari kata tersebut “Hei, Fratellino,
kau ini sedang apa? “. Fratellino bukanlah
nama panggilan untuk seseorang tetapi merupakan bahasa Italia yang artinya
saudara, dialog ini muncul pada saat Ezio Auditore disapa oleh saudaranya
Federico Auditore (hal 11) .
Alur cerita dalam novel ini berjalan maju
seiring dengan keinginan Ezio Auditore untuk membalaskan dendamnya kepada
organisasi Ksatria Templar yang sudah membunuh ayah dan saudaranya. Buku ini
membuat para pembaca semakin tertarik untuk mengetahui perkembangan karakter
dari seorang Ezio Auditore melalui sudut pandang ketiga, sehingga seluruh alur
cerita dalam novel ini dapat dipahami dengan mudah.
Baca juga:
resensi-paper-towns-john-green
resensi-divergent-karya-veronica-roth
*** Selamat Membaca ***
Baca juga:
resensi-paper-towns-john-green
resensi-divergent-karya-veronica-roth
Tidak ada komentar:
Posting Komentar