Kategori

Tampilkan postingan dengan label Materi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Materi. Tampilkan semua postingan

2019/05/09

Materi Teks Anekdot

Materi Teks Anekdot

1.    Anekdot merupakan jenis teks yang bersifat menghibur karena berisi cerita lucu yang dikemas dalam bentuk narasi atau percakapan. Di balik cerita lucu tersebut, anekdot menyimpan pesan-pesan tertentu sebagai bahan introspeksi maupun inspirasi.

2.   Anekdot memiliki cirri-ciri, yaitu:
a.   Mengandung tokoh, alur, dan latar;
b.   Dapat melibatkan tokoh-tokoh yang dikenal masyarakat umum;
c.    Mengangkat topic sosial yang bersifat factual;
d.   Berisi kritik atau sindiran; serta
e.    Mengemas cerita dalam bentuk lelucon segar yang tidak menjatuhkan.

3.   Untuk memahami anekdot, pembaca harus mencermati topic dan rangkaian peristiwa, serta kalimat yang diucapkan tokoh dalam cerita.

4.   Anekdot berisi makna tersirat yang mengandung pesan tertentu. Makna tersebut dapat dikonstruksikan dengan memahami topic, sasaran, dan unsure kelucuan.

5.   Mengonstruksi makna tersirat dilakukan dengan memahami isi anekdot, kemudian menghubungkan makna dengan fakta nilai-nilai kehidupan. Mengonstruksi makna tersirat bertujuan member pemahaman tentang masalah yang dikritik dalam anekdot.

6.   Anekdot tersusun atas struktur berikut.
a.   Abstrak, yaitu pembuka teks yang berisi penjelasan umum.
Alkisah, seorang wanita tinggal berdua bersama anaknya. Ia sudah tidak bersuami sejak anaknya belum genap berusia satu tahun. Suaminya telah meninggal dunia.

b.   Orientasi, yaitu pernyataan berisi latar belakang peristiwa.
Kini, anaknya telah berusia enam tahun. Ia selalu bertanya, “Ayah di mana?”, “Ke mana Ayah pergi?”, atau “Kapan Ayah pulang?”. Ibu pun kebingungan menjelaskan hal yang menimpa ayahnya. Sekali waktu, Ibu menjawab, “Ayah pergi ke surga. Ia sedang membangun istana yang megah untuk kita. Nanti kita juga akan menyusul ke sana dan bertemu lagi dengan Ayah. Jadi, kamu harus menjadi anak yang baik dan selalu doakan doakan Ayahmu di sana ya, Nak.”

Saat bermain, sang anak melihat teman-temannya bersepeda. Ia juga menginginkan sepeda. Ia pun meminta sepeda ke pada ibunya, tetapi tidak segera dibelikan. Akhirnya, sang anak menulis surat yang ditujukan kepada ayahnya di surga. Dalam surat tersebut, sang anak meminta uang 1 juta rupiah untuk membeli sepeda. Surat itu dikirimkannya melalui pos. 

c.    Krisis, yaitu pemunculan masalah, biasanya berisi unsur kelucuan
Saat tukang pos menyortir surat dalam kotak pos, ia menemukan surat sang anak. Karena tertulis ‘Kepada Ayah Di Surga’, ia menjadi bingung harus dikemanakan surat itu. Akhirnya, ia memutuskan menyerahkannya kepada polisi. Polisi membuka dan membaca surat itu. Para polisi yang membacanya terenyuh, kemudian memutuskan untuk mengumpulkan uang agar dapat dikirimkan kepasa sang anak. Uang yang terkumpul 900 ribu rupiah. “Ya sudah, tidak apa-apa meskipun kurang 100 ribu rupiah. Uang 900 ribu rupiah itu sudah cukup untuk membeli sepeda baru,” kata salah seorang polisi.


d.   Reaksi, yaitu cara penulis menyelesaikan masalah.

Uang tersebut diantarkan ke rumah sang anak oleh salah seorang polisi. Saat itu, sang anak sedang sendirian di rumah. Polisi itu menanyakan kabar sang anak dan ibunya, kemudian memeberikan amplop berisi uang itu. Sang anak senang sekali menerimanya. Setelah polisi pergi, sang anak membuka amplop dan menghitung jumlah uangnya. Karena tidak genap 1 juta rupiah, ia menulis surat lagi kepada ayahnya dan mengirimkannya lewat pos.

Tukang pos menemukan surat dengan alamat dan tujuan yang sama seperti waktu itu langsung melaporkannya kepada polisi. Polisi pun segera membuka dan membacanya. “Kepada Ayah di surga. Yah, terima kasih sudah memberiku uang untuk membeli sepeda. Tapi, lain kali, Ayah ingin memberiku uang, jangan lewat polisi karena akan dipotong 100 ribu rupiah. Uang yang aku terima hanya 900 ribu rupiah.” 

e.    Koda, yaitu penutup cerita.

Polisi yang membacanya hanya geleng-geleng kepala dan berkata, “Bahkan, saat kita menolong orang dengan tulus pun, tidak percaya.”

7.   Anekdot pada umumnya menggunakan kalimat atau bahasa tidak baku yang mengacu pada bahasa lisan, mengandung unsure kedaerahan, bahkan bahasa asing. Dalam setiap struktur teks anekdot mengandung aspek kebahasaan tertentu. Hal ini bergantung pada alur cerita yang dibawakan oleh penulis.

8.   Seseorang dapat menciptakan teks anekdot berdasarkan pengalaman atau peristiwa yang terjadi di sekitar. Selain itu, anekdot juga dapat ditulis dengan cara mengonstruksi cerita lucu (anekdot) orang lain dengan bentuk yang berbeda karena pada umumnya anekdot bersifat anonym.


2019/04/30

Teks Resensi Fiksi

Teks Resensi Fiksi

1.      Resensi merupakan teks berisi ulasan atau penilaian mengenai buku, baik fiksi maupun nonfiksi. Resensi juga dapat dilakukan pada jenis karya lain, seperti film, lagu, tari, dan sebagainya.

2.      Meresensi buku harus memahami isi buku terlebih dahulu. Membuat ringkasan buku merupakan bagian dari menulis resensi.

3.      Penilaian terhadap buku dilakukan dengan mengidentifikasi keunggulan dan kelebihan buku melalui penganalisisan unsure-unsur buku. Jika berupa buku fiksi, analisis dilakukan terhadap unsure intrinsic dan ekstrinsik buku. Jika berupa buku nonfiksi, analisis dilakukan terhadap kefaktualan dan keakuratan bukti atau pernyataan yang berkaitan dengan topic buku.

4.      Penilaian terhadap buku tidak hanya berhubungan dengan isi buku, tetapi juga desain dan hal-hal yang berkaitan dengan perwujudan buku.

5.      Untuk membuat resensi, resentator harus memahami struktur resensi yang meliputi lima hal berikut:
a.      Judul resensi, yaitu kepala karangan yang diberikan pada hasil resensi, biasanya berbeda dengan judul buku, tetapi masih berhubungan dengan isi buku dengan tujuan menarik perhatian calon pembaca.
Contoh:
Menggali Makna Hidup Detik demi Detik

b.      Identitas buku, yaitu informasi mengenai judul, nama penulis, penerbit, tahun terbit, jumlah halaman, dan jika perlu harga buku.
Contoh:
Judul                     : 3600 Detik
Penulis                 : Charon
Kategori                : Romance
Penerbit                : PT Gramedia Pustaka Utama
Alamat Penerbit : Kompas Gramedia Building Blok 1 lantai 5
                                 Jl. Palmerah Barat 29-37, Jakarta 10270
Tahun Terbit        :     cetakan kelima     : Januari 2011
                                 cetakan keenam    : Juli 2011
                                 cetakan ketujuh     : November 2011
                                 cetakan kedelapan : Maret 2012
Desain & ilustrasi Sampul : Yustisea Satyalim
Tebal Buku          : 208 halaman
Ukuran                  : 13,5 cm x 20 cm
Harga                    : Rp 30.000,00
ISBN                     : 978-979-22-3728-3

c.       Ringkasan isi buku, yaitu penjelasan singkat mengenai isi buku untuk memberikan gambaran umum kepada pembaca.
Contoh:
Sandra adalah seseorang yang hidupnya sangat berantakan akibat perceraian kedua orang tuanya. Sandra menjadi dendam kepada ibunya yang seakan akan ingin menjauhkan Sandra dari ayahnya. Hal itu membuat Sandra melampiaskan kemarahannya dengan bersikap bandel di sekolahnya. Berulang kali ia harus pindah sekolah. Hingga Sandra bertemu Leon yang dapat mengubah hidup Sandra menjadi lebih baik. Sandra mencintai Leon, begitu sebaliknya. Namun Leon mengidap penyakit yang membuat umurnya tak lama lagi. Leon berkeinginan menjadi manusia normal dengan pergi ke taman. Sandra mengabulkannya lalu mereka pergi ke taman selama 3600 detik. Setelah itu, kondisi Leon makin kritis dan akhirnya meninggal. Kepergian Leon membuat Sandra sedih namun ia tetap dapat bangkit dari kesedihannya, melanjutkan hidupnya dan meraih cita citanya sebagai dokter.
Novel 3600 detik ini memiliki cover yang terang dipadu gambar yang menarik sehingga menarik untuk dibaca dan sudah menggambarkan cerita secara keseluruhan dalam gambar cover tersebut yaitu dua orang yang berhadapan dan saling tersenyum yakni Sandra dan Leon.

d.      Penilaian, yaitu penjelasan mengenai keunggulan dan kelemahan buku yang ditulis seobjektif mungkin sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh calon pembaca.
Alur cerita maju dan penyusunannya sudah teratur sehingga dapat dipahami pembaca secara masuk akal. Pada novel, konflik lengkap dijelaskan sebab, akibat yang dipadu dengan  watak dari tokoh yang diulas diberi keterangan pula penyebab seorang tokoh memiliki karakteristik/sifat sedemikian rupa.
Dibandingkan dengan buku lainnya, novel 3600 detik ini sungguh menyentuh hati pembaca dengan cara yang modern di kalangan remaja serta dapat digambarkan dengan berbagai tema seperti tema percintaan. Tema kasih sayang dan kekeluargaan juga dibawakan di novel ini seperti kutipan “Mama menyayangimu, Sandra.” “Papa menyentuh pundak Sandra. Sandra menatap papa nya dan memeluk nya.”
Latar tempat dan waktu juga telah tergambar dengan jelas. Latar suasana masih membingungkan antara kesedihan dan kegembiraan. Bahkan, terdapat beberapa adegan yang memiliki suasana sedih, menegangkan dan gembira secara hampir bersamaan waktunya seperti pada kutipan “Sepanjang perjalanan ke rumah sakit, mereka tertawa riang.Leon tertawa mendengar lelucon Sandra. Lalu tiba-tiba dia merasa sesak napas.” Secara keseluruhan, Cerita ini menggunakan sudut pandang orang ketiga yakni penulis bercerita tentang semua tokoh yang memajukan cerita. Seolah olah narator berada di langit menyaksikan semua kejadian yang mengikuti para tokoh. seperti pada kutipan “Baru pertama kali ada orang yang iri pada nya hanya karena ia bermain voli. Sesaat Sandra merasa kasihan pada pemuda ini.”  Novel ini mengandung banyak nilai moral. Pertama, menjadi diri sendiri akan lebih baik dan tidak menjadikan kita menjadi orang yang berkelakuan buruk. Kedua, Semua teman itu sama, jangan menjauhi teman karena dia nakal, yang harus di lakukan adalah membuatnya baik. Ketiga, Ampunilah kesalahan orang lain sebesar apapun kesalahannya pada diri kita, karena menaruh dendam pada orang lain hanyalah menambah penderitaan pada diri kita.

e.      Rekomendasi, yaitu bagian penutup resensi yang berisi simpulan dan saran kepada pembaca untuk memutuskan akan membaca/membeli buku tersebut.
Sekilas saat dibaca judulnya saja, Novel 3600 detik memancing keingintahuan pembaca untuk mengetahui ada apa dibalik 3600 detik. Ternyata penulis sangat pandai mengatur susunan cerita dengan menaruh misteri 3600 detik justru di akhir cerita membuat pembaca bertambah penasaran dan membacanya hingga akhir barulah mendapatkan jawaban atas misteri 3600 detik.
Buku ini dikhususkan penulis untuk menyentuh hati seseorang yang membaca. Dalam buku ini bermanfaat sebab mengandung banyak pesan moral, amanat yang dituangkan penulis untuk pembacanya. Buku ini membahas tentang lika-liku kehidupan seorang remaja yang harus dihadapi dengan tantangan yang berat. Isi buku ini sangat menarik untuk dibaca karena ceritanya yang bagus dan sangat fleksibel dipadu dengan bahasa yang mudah dipahami menjadikan cerita ini sangat cocok dibaca oleh setiap kalangan.  

6.      Selain struktur resensi, resentator perlu memperhatikan aspek kebahasaan yang digunakan untuk menjelaskan ulasannya. Penggunaan kata berupa konjungsi penjelas dan penyebaban, serta susunan kalimat yang efektif dapat membantu calon pembaca untuk memahami resensi.

7.      Penulisan resensi pertama-tama dilakukan dengan menentukan jenis buku (fiksi atau nonfiksi) yang akan diresensi, kemudian dilanjutkan dengan membaca menggunakan metode SQ3R sekaligus membuat ringkasan buku. Isi buku dianalisis untuk menentukan penilaian, kemudian resensi disusun berdasarkan struktur yang tepat dan memperhatikan aspek kebahasaan.


2019/04/29

Teks Biografi

Teks Biografi

1.      Biografi merupakan karya nonfiksi yang berisi kisah nyata seorang tokoh dan ditulis oleh orang lain. Pada umumnya, tokoh merupakan orang yang memiliki keistimewaan, prestasi, dan berperan besar dalam kehidupan, baik masih maupun sudah meninggal dunia.

2.      Teks biografi terdiri atas tiga unsure penting, yaitu tokoh, latar, dan alur.
a.      Tokoh merupakan orang yang diceritakan dengan penggambaran karakter dan sifatnya.
b.    Latar merupakan keterangan tempat, waktu, dan suasana yang dialami tokoh dalam menjalani kehidupan.
c.       Alur merupakan rangkaian peristiwa yang dilalui tokoh.

3.      Keteladanan tokoh dalam teks biografi dapat diperoleh dengan cara membaca teks, mencatat informasi penting, bertanya jawab, dan membuat simpulan. Jika dilengkapi dengan bukti tertulis dalam teks, Anda akan dapat mengungkapkan kembali keteladanan tokoh dengan jelas dan mudah.

4.      Menentukan keteladanan tokoh dapat mempertimbangkan interaksi atau hubungan tokoh secara fisik ataupun mental dengan lingkungan sekitarnya.

5.      Secara fisik, teks biografi terbangun atas struktur yang khas, yaitu orientasi, rangkaian peristiwa, dan orientasi.
a.      Orientasi berisi pengenalan tokoh yang mencakup identitas, latar belakang keluarga, pendidikan, dan awal terjadinya suatu peristiwa.
Contoh:
Pada tanggal 14 Maret 1879 di Kota Ulm, Wurttemberg, Jerman, lahirlah Albert Einstein dari pasangan Hermann Eistein dan Pauline Koch. Lelaki Ulm ini merupakan ilmuwan di bidang sains, tepatnya fisika teoretis yang mengembangkan teori relativitas dan membuatnya menjadi sangat tersohor. Dari hasil penelitiannya, Albert Einstein menghasilkan rumus paling terkenal di dunia, yaitu E = mc2. Berkat jasa dan kontribusinya terhadap ilmu fisika teoretis dan penemuan dalam bidang hukum photoelectric effect, Albert Einstein mendapatkan hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1921.

b.      Rangkaian peristiwa berisi berisi perjalanan hidup tokoh berupa pencapaian cita-cita, mengukir prestasi, hingga kegagalan dan kebangkitan tokoh yang disampaikan secara kronologis.
Contoh:
Pada tahun pertama kuliah di Singapura, Merry Riana merasakan susahnya hidup di negeri orang hingga harus meminjam dana beasiswa dari bank pemerintahan Singapura yang harus dikembalikannya setelah lulus dan bekerja. Namun, jumlah pinjaman tersebut dirasa sangat minim sehingga Merry harus berhemat habis-habisan setiap hari.
Keadaan tersebut mendorongnya untuk mencari penghasilan, mulai dari membagikan pamphlet, menjaga toko bunga, hingga menjadi pelayan hotel. Pada ulang tahunnya yang ke-20 tahun, ia membuat resolusi untuk memiliki kebebasan financial sebelum usia 30 tahun. Ia menyatakan bahwa posisi terendah di hidupnya akan selalu membuatnya ingin mewujudkan impian tersebut.

c.       Reorientasi berisi penilaian atau penyimpulan penulis terhadap perjalanan hidup tokoh. Bagian ini bersifat opsional.
Contoh:
Sebelum konstituante, Wakil Presiden Mohammad Hatta menyatakan bahwa dirinya akan mengundurkan diri jika memang sudah terbentuk. Ia berpendapat bahwa Negara yang mempunyai cabinet parlementer sudah cukup membantu peran presiden sehingga kedudukan kepala Negara hanya dijadikan symbol saja. Maka dari itu, menurut Hatta, jabatan wakil presiden sudah tidak diperlukan lagi sehingga ia berniat mengundurkan diri tetapi. Tetapi niat untuk mengundurkan diri tersebut sempat dicegah oleh Presiden Soekarno, Hatta tetap pada pendiriannya.

6.      Teks biografi juga memiliki aspek kebahasaan yang khas, yaitu menggunakan pronominal jamak ataupun tunggal, verba tindakan, verba mental, kopula, verba pasif, adjektiva, konjungsi, dan preposisi untuk menjelaskan dan mendeskripsikan perjalanan hidup tokoh secara terperinci.

7.      Teks biografi dapat disampaikan kembali secara lisan maupun tertulis dengan memperhatikan kelengkapan informasi sesuai sumber dan keruntutan peristiwa yang dialami tokoh.

8.      Penyampaian secara tertulis harus memperhatikan kepaduan kalimat dan paragraph, serta penggunaan dan penulisan ejaan bahasa Indonesia yang benar agar tidak terkesan bertele-tele.


9.      Penyampaian secara lisan harus memperhatikan pelafalan dan intonasi dengan memperhatikan keruntutan peristiwa. Penyampaian sebaiknya dilakukan dengan cara menghafal untuk melatih ingatan.

2019/04/11

Paragraf Kohesi dan Koheren

Paragraf Kohesi dan Koheren

Seperti halnya kalimat, sebuah paragraf juga harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Berikut ini adalah syarat-syarat paragraf yang baik.
1.       Kesatuan
Sebuha paragraf dikatakan memiliki kesatuan yang baik apabila semua kalimat yang membangunnya hanya menyatakan satu pikiran/gagasan pokok. Jadi, semua kalimat dalam paragraf harus membicarakan gagasan pokok atau temanya.

2.       Koherensi
Pengertian koherensi adalah kepaduan atau kekompakan hubungan antar kalimat yang satu dengan yang lain dalam sebuah paragraf. Jadi, pada dasarnya paragraf yang baik bukanlah merupakan kumpulan atau tumpukan kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau tidak saling berhubungan.
Kepaduan suatu paragraf dapat dipelihara dengan menggunakan penanda hubungan, baik secara eksplisit maupun implicit.
Penanda koherensi secara eksplisit dapat dinyatakan dengan pengulangan kata-frasa kunci, kata ganti, dan kata-kata,frasa transisi.
a.       Pengulangan kata/frasa kunci
Pengulangan kata/frasa kunci bisa terwujud:
1)      Kata/frasa utuh, misalnya manusia dengan manusia, kesadaran moral dengan kesadaran moral;
2)      Sinonim kata/frasa, misalnya menyepakati dengan menyetujui, diberi kesempatan dengan mendapat kesempatan;
3)      Antonym kata/frasa, misalnya mempertahankan dengan mengubah, tidak pernah melanggar dengan selalu menaati;
4)      Eksposisi yang berbeda tetapi bermaksud sama, misalnya hormat-menghormati dengan saling menghormati, bukannya tidak tahu dengan tahu;
5)      Pengulangan bentuk dasar yang sama, tetapi dalam bentuk kata yang berbeda, misalnya memelihara dengan pemeliharaan, mengembangkan dengan pengembangan.

b.      Kata ganti
Kata ganti dapat bertugas menunjukkan kepaduan suatu paragraf. Yang bisa dipakai sebagai penanda hubungan dalam paragraf ialah:
1)      Kata ganti orang: ia/dia, kalian, mereka, -nya;
2)      Kata ganti milik: -nya, beliau, mereka;
3)      Kata ganti penunjuk: ini dan itu.

c.       Kata atau frasa transisi
Kata atau frasa transisi menunjukkan berbagai macam hubungan. Untuk itu, gunakanlah kata atau frasa transisi yang sesuai dengan fungsi atau maknanya. Kata/frasa yang bisa digunakan untuk menjaga koherensi sebuah wacana adalah sebagai berikut:
1)      Hubungan penambahan: tambahan lagi, lagi, lagipula, juga, seperti halnya, demikian pula, bahkan, malahan, di samping itu, dan sebagainya.
2)      Hubungan perbandingan: lain halnya, seperti, laksana, bagaikan, dalam hal yang sama, sebagaimana, dalam hal yang demikian, ibarat, dan sebagainya.
3)      Hubungan pertentangan dengan sesuatu yang telah disebut sebelumnya: tapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, meskipun, padahal, dan sebagainya.
4)      Hubungan akibat atau hasil: akibatnya, jadi, oleh karena itu, sebab itu, dalam pada itu, maka, dengan demikian, dan sebagainya.
5)      Hubungan yang menyatakan waktu: sementara itu, segera, beberapa saat kemudian, setelah itu, kemudian, baru-baru ini, dan sebagainya.
6)      Hubungan tujuan: untuk itu, untuk maksud, tujuan tersebut, supaya, dan sebagainya.
7)      Hubungan contoh: misalnya, contohnya, dengan kata lain, dan sebagainya.
8)      Hubungan simpulan: singkatnya, pendeknya, memang, itulah, begitulah, kesimpulannya, jadi, dan dengan demikian.
9)      Hubungan urutan: pertama, kedua, akhirnya, yang terakhir, dan sebagainya.
10)   Hubungan tempat: di sini, di sana, dekat, berdekatan, berdampingan, dan sebagainya.
11)   Hubungan kelanjutan: selanjutnya, berikutnya, lalu, kedua, ketiga, dan akhirnya.

Selain dinyatakan dengan penanda hubungan (secara eksplisit), koherensi dapat pula dinyatakan dengan situasi pembicaraan. Berdasarkan situasi daapt dipahami bahwa kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf bersifat padu. Paragraf yang demikian dapat kita lihat dalam paragraf deskriptif.

3.       Pengembangan
Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelasan yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topic atau kalimat utama. Sebaliknya, suatu paragraf dikatakan tidak lengkap jika tidak dikembangkan atau hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan. Di samping itu, dalam mengembangkan paragraf, urutan antara pikiran utama dengan penjelas-penjelasannya pun harus baik, tidak membingungkan pembaca.
Agar keterangan mengenai ketiga syarat di atas lebih jelas, perhatikanlah paragraf di bawah ini!

a)      (1) Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di muka bumi. (2) Dikatakan demikian sebab dia diizinkan oleh Tuhan memanfaatkan semua isi ala mini untuk keperluan hidupnya. (3) Akan tetapi tidak diizinkan menyakiti, menyiksa, atau menyia-nyiakannya.
Paragraf di atas memperlihatkan adanya kesatuan yang baik. Kalimat 1, 2, dan 3 secara bersama-sama menyatakan satu pikiran pokok, yaitu manusia ciptaan Tuhan yang paling berkuasa (kalimat 1). Di samping itu, paragraf di atas juga menunjukkan adanya kepaduan (koherensi) sebab hubungan antarkalimatnya menunjukkan keterkaitan. Hal ini ditandai dengan penanda koherensi dikatakan demikian dan akan tetapi.
Tambahan pula, kalimat-kalimat penjelas pada paragraf di atas mendukung kalimat utama yang pengembangannya dilakukan secara berurutan.
Bandingkanlah dengan contoh paragraf di atas dengan paragraf berikut ini!
b)      Keindahan merupakan salah satu dari kehidupan rakyat Indonesia. Tahun ini pemerintah menetapkan sebagai tahun lingkungan hidup. Disarankan agar setiap warga wajib memelihara keindahan serta kebersihan lignkungan. Di sini nyata sekai tanaman memegang peranan penting. Kita sebagai generasi muda harus memelihara dan melestarikan lingkungan. Dengan demikian suasana yang sejuk, nyaman, dan tenteram akan dapat terlaksana. Apalagi kota besar seperti Jakarta ini, jelas perlu penghijauan untuk mengatasi polusi. Selain dapat berfungsi sebagai penghias kota, juga sebagai penghisap polusi.
Paragraf di atas tidak didukung oleh kesatuan. Pikiran pokok paragraf di atas tidak jelas. Di samping itu, urutan pengembangan paragraf di atas tidak teratur.
c)       Iqbal siswa SMA 325 Jakarta. Sekarang Iqbal dudduk di kelas sebelas. Tiap hari Iqbal berangkat ke sekolah bersama teman-teman Iqbal. Iqbal dan teman-teman Iqbal tiba di sekolah paling awal.
Bandingkan dengan paragraf di bawah ini!
d)      Iqbal siswa SMA 325 Jakarta. Sekarang ia duduk di kelas sebelas. Setiap hari ia berangkat ke sekolah bersama teman-temannya. Mereka tiba di sekolah paling awal.
Jika paragraf (c) dibandingkan dengan paragraf (d), terasa berbeda meskipun isinya sama. Paragraf (c) terasa sangat membosankan karena pengulangan kata tertentu, sedangkan paragraf (d) terasa lebih variatif. Dari kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa penggunaan kata ganti juga turut menentukan keindahan sebuah paragraf.


Baca juga:

latihan-paragraf




2019/03/19

Materi Karya Ilmiah


Materi Karya Ilmiah

1.       Karya ilmiah adalah tulisan yang disusun dengan metode ilmiah, yakni metode yang berdasarkan cara berpikir yang sistematis dan logis. Karya ilmiah menyajikan masalah-masalah yang objektif dan factual.

2.       Karya ilmiah mengutamakan aspek rasionalitas dalam pembahasannya. Objektivitas dan kelengkapan data merupakan sesuatu yang sangat penting. Guna membuktikan bahwa pembahasan itu merupakan sesuatu yang rasional, maka penulis perlu data yang lengkap dengan tingkat kebenaran yang tidak terbantahkan.


3.       Ragam bahasa yang digunakan karya ilmiah haruslah lugas. Makna yang terkadung dalam kata-katanya harus diungkapkan secara eksplisit guna mencegah timbulnya pemberian makna yang lain.

4.       Struktur Karya ilmiah secara umum terdiri atas pendahuluan, bagian isi, dan penutup.
a.       Pernyataan umum berupa pengenalan masalah ataupun gagasan pokok (tesis) yang dianggap penting untuk dibahas atau dicarikan penyelesaiannya. Di dalam karya ilmiah yang lebih formal, seperti laporan penelitian dan sejenisnya, bagian pendahuluannya tersaji secara lebih rinci. Penyajiannya meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitianatau kegunaan penelitian. Selain itu, dapat pula dilengkapi dengan definisi operasional dan sistematika penulisannya.
b.      Rangkaian argumentasi berupa pembahasan terkait dengan rumusan masalah atau sebagai penjelasan terperinci atas gagasan pokok yang dikemukakan sebelumnya. Bagian ini ditunjang dengan sejumlah teori dan data. Adapun data yang dimaksud diperoleh melalui hasil pengamatan, wawancara, dan sebagainya itu dibahas dengan berbagai sudut pandang; diperkuat oleh teori-teori yang telah dikemukakan sebelumnya. Dalam karya ilmiah yang berupa laporan penelitian, bagian ini diawali dengan pemaparan landasan teori dan metodologi penelitian.
c.       Penegasan kembali atas pembahasan sebelumnya. Penutup dalam karya ilmiah sering kali disebut sebagai simpulan, yakni pemaknaan kembali atau sebagai sintesis dari keseluruhan unsur penulisan karya ilmiah, yang meliputi masalah (pendahuluan), kerangka teori, metodologi penelitian, dan pembahasan atau penemuan-penemuan penelitian. Pada bagian ini sering pula dilengkapi dengan rekomendasi atau saran-saran.

Selain bagian-bagian pokok tersebut, karya ilmiah sering dilengkapi pula dengan kata pengantar dan abstrak sebelum bagian pendahuluan. Adapun pada bagian akhir, setelah penutup, dilengkapi dengan daftar pustaka.

5.       Kaidah bahasa dalam penulisan Karya ilmiah haruslah menggunakan pemilihan kata yang tepat, seperti kata baku, kata bermakna lugas, dan menggunakan istilah yang tepat. Pemilihan kata merupakan syarat lain yang harus diperhatikan dalam menulis karya ilmiah. Struktur dan makna kata yang digunakan dalam karya ilmiah berbeda dengan yang digunakan dalam karya -karya sastra. Begitu pula dengan penggunaan kata yang berbeda dengan yang biasa digunakan dalam karya sastra atau pun kata-kata sehari-hari.

6.       Bagian pendahuluan Karya ilmiah mencakup latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat dan kegunaan penelitian, dan sering pula disertakan pencantuman definisi operasional dan sitematika penulisannya.


7.       Kerangka teoretis disebut juga kajian pustaka atau teori landasan yang mencakup kerangka pemikiran dan hipotesis.

8.       Metodologi adalah pengetahuan tentang metode-metode ataupun uraian tentang suatu metode.


9.       Simpulan penelitian meliputi masalah, kerangka teoretis yang tercakup di dalamnya adalah hipotesis, metodologi penelitian, dan penemuan penelitian. Simpulan merupakan kajian terpadu dengan meletakkan berbagai unsur penelitian dalam perspektif yang menyeluruh.

10.   Langkah-langkah menulis karya ilmiah: (a) menentukan topic / masalah, (b) menyusun kerangka, (c) pengumpulan teori dan data, (d) pengembangan kerangka berdasarkan teori / data yang telah diperoleh dengan memperhatikan kaidah-kaidah kebahasaan sebagaimana yang berlaku di dalam Karya ilmiah.


2019/03/18

Sudut Pandang Pengarang


A.   Sudut Pandang Pengarang
Sesuai sebutannya, sudut pandang dalam cerita pendek adalah  posisi pengarang dalam cerita. Dalam cerpen sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga (dia-an, nama tokoh) atau orang pertama (aku-an). Dengan sudut pandang orang pertama, pengarang akan menyebut dirinya sebagai “aku”. Sementara itu, dengan sudut pandang orang ketiga, pengarang akan berada di luar tokoh-tokoh dengan menggunakan kata ganti “dia”.

Perhatikan perbandingan berikut ini!

·        Sudut pandang orang pertama pelaku utama:

Aku menghela napas panjang, bersandar di bawah pohon, menatap dedaunan di senja yang sepiitu. Tiba-tiba, aku teringat kenangan saat menjadi siswa SMP dulu. Rasanya begitu menyenangkan. Aku tersenyum kecil dan memejamkan mata. Meresapi kenangan itu lebih dalam, diiringi sepoi angin yang menenangkan.

·        Sudut pandang orang pertama pelaku sampingan:
Di dunia ini ada beberapa orang yang sangat aku kasihi, salah satunya adalah teman baikku yaitu Nita. Nita sosok yang biasa saja. Dia tidak terlalu menonjol di antara yang lain baik fisik maupun kecerdasan tapi entah mengapa aku begitu cocok apabila bermain dan berbicara semua isi hatiku. Dia selalu sabar mendengarkanku dan tak jarang ia selalu memberikan solusi apabila aku merasa pusing menghadapi masalahku.

·        Sudut pandang orang ketiga:

“Kalau hasil kita banyak terus, enak, ya?” tegur Salim kepada Kardi.
“Ya, hidup kita bisa sedikit senang. Tapi sekarang panen ikan baru seminggu saja sudah habis, dan hasil kita tidak selalu banyak. Dulu, sebelum ada pukat harimau panen ikan dapat kita nikmati sampai kira-kira tiga bulan. Waktu itu hasil tangkapan kita dapat untuk membeli apa-apa, sedangkan sekarang dapat kau lihat sendiri. Kita semakin melarat saja. Untuk membeli perlengkapan perahu saja sangat sulit,” keluh Kardi.
Mereka terus mengobrol sampai senja berganti petang.

·        Sudut pandang orang ketiga serba tahu:

Satrio tidak percaya ia dapat dikalahkan oleh anak SMP! Mana mungkin dirinya yang hebat itu bisa tunduk oleh anak kecil semacam itu? Siapa anak itu sebenarnya? Satrio benar-benar tidak habis pikir. Kacau hatinya gara-gara peristiwa ini. Semua terasa salah di matanya. Ia berkeinginan meluapkan marahnya kepada siapa saja.


B.   Latihan menentukan sudut pandang cerita.

Tentukan sudut pandang dari cuplikan-cuplikan cerpen berikut!

1.      Udara seperti membeku di Edelweiss Room, sebuah kamar rawat inap, di RS Fatmawati, Jakarta Selatan. Dan, di tempat tidur yang serba putih, Novia terbaring beku dalam waktu yang juga membeku. Ia tidak berani menghitung lagi berapa kali jarum jam di ruangan itu melewati angka dua belas, makin mendekati ajal yang bakal menjemputnya.

2.      Kalau benar begitu, apalagi yang sekarang mereka sakitkan hati? Aku telah lama mengubah sikapku. Tiap ada derma, aku sumbang. Tiap kesusahan, aku tolong. Tidak seorang pun dari mereka yang tidak kuundang dalam pesta tadi malam. Kau lihat, kan? Tiga teratak itu penuh mereka banjiri. Aku yakin mereka telah menerimaku, memaafkanku.

3.      Kalau tidak, tentu telah berkurang satu lowongan kerja untuk tukang kebun keliling seperti dia. Dua hari yang lalu itu kukemas pakaian-pakaian bekas anak-anak yang sudah tidak muat lagi mereka kenakan. Aku yang menyisihkan pakaian-pakaian tua milikku, begitu juga milik istriku. Pakaian-pakaian bekas itu kebrikan kepadanya, di samping upah yang dia terima. Kami sebenarnya bukanlah orang yang mampu. Tapi kebiasaan seperti itu telah ditanamkan orang tuaku sejak aku kecil.

4.      “Pak, pohon pepaya di pekaranganku telah dirobohkan dengan tak semena-mena, tidaklah sepatutnya hal itu kulaporkan?”
“Itu benar, tapi jangan melebih-lebihkan. Ingat, yang harus diutamakan adalah kerukunan kampong. Soal kecil yang dibesar-besarkan bias mengakibatkan kericuhan dalam kampong. Setiap soal mesti diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Tidak boleh main seruduk. Masih ingatkah kau pada peristiwa Dullah dan Bidin tempo hari? Hanya karena soal dua kilo beras, seorang kehilangan nyawa dan yang lain meringkuk di penjara.