Kategori

2019/04/11

Paragraf Kohesi dan Koheren

Paragraf Kohesi dan Koheren

Seperti halnya kalimat, sebuah paragraf juga harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Berikut ini adalah syarat-syarat paragraf yang baik.
1.       Kesatuan
Sebuha paragraf dikatakan memiliki kesatuan yang baik apabila semua kalimat yang membangunnya hanya menyatakan satu pikiran/gagasan pokok. Jadi, semua kalimat dalam paragraf harus membicarakan gagasan pokok atau temanya.

2.       Koherensi
Pengertian koherensi adalah kepaduan atau kekompakan hubungan antar kalimat yang satu dengan yang lain dalam sebuah paragraf. Jadi, pada dasarnya paragraf yang baik bukanlah merupakan kumpulan atau tumpukan kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau tidak saling berhubungan.
Kepaduan suatu paragraf dapat dipelihara dengan menggunakan penanda hubungan, baik secara eksplisit maupun implicit.
Penanda koherensi secara eksplisit dapat dinyatakan dengan pengulangan kata-frasa kunci, kata ganti, dan kata-kata,frasa transisi.
a.       Pengulangan kata/frasa kunci
Pengulangan kata/frasa kunci bisa terwujud:
1)      Kata/frasa utuh, misalnya manusia dengan manusia, kesadaran moral dengan kesadaran moral;
2)      Sinonim kata/frasa, misalnya menyepakati dengan menyetujui, diberi kesempatan dengan mendapat kesempatan;
3)      Antonym kata/frasa, misalnya mempertahankan dengan mengubah, tidak pernah melanggar dengan selalu menaati;
4)      Eksposisi yang berbeda tetapi bermaksud sama, misalnya hormat-menghormati dengan saling menghormati, bukannya tidak tahu dengan tahu;
5)      Pengulangan bentuk dasar yang sama, tetapi dalam bentuk kata yang berbeda, misalnya memelihara dengan pemeliharaan, mengembangkan dengan pengembangan.

b.      Kata ganti
Kata ganti dapat bertugas menunjukkan kepaduan suatu paragraf. Yang bisa dipakai sebagai penanda hubungan dalam paragraf ialah:
1)      Kata ganti orang: ia/dia, kalian, mereka, -nya;
2)      Kata ganti milik: -nya, beliau, mereka;
3)      Kata ganti penunjuk: ini dan itu.

c.       Kata atau frasa transisi
Kata atau frasa transisi menunjukkan berbagai macam hubungan. Untuk itu, gunakanlah kata atau frasa transisi yang sesuai dengan fungsi atau maknanya. Kata/frasa yang bisa digunakan untuk menjaga koherensi sebuah wacana adalah sebagai berikut:
1)      Hubungan penambahan: tambahan lagi, lagi, lagipula, juga, seperti halnya, demikian pula, bahkan, malahan, di samping itu, dan sebagainya.
2)      Hubungan perbandingan: lain halnya, seperti, laksana, bagaikan, dalam hal yang sama, sebagaimana, dalam hal yang demikian, ibarat, dan sebagainya.
3)      Hubungan pertentangan dengan sesuatu yang telah disebut sebelumnya: tapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, meskipun, padahal, dan sebagainya.
4)      Hubungan akibat atau hasil: akibatnya, jadi, oleh karena itu, sebab itu, dalam pada itu, maka, dengan demikian, dan sebagainya.
5)      Hubungan yang menyatakan waktu: sementara itu, segera, beberapa saat kemudian, setelah itu, kemudian, baru-baru ini, dan sebagainya.
6)      Hubungan tujuan: untuk itu, untuk maksud, tujuan tersebut, supaya, dan sebagainya.
7)      Hubungan contoh: misalnya, contohnya, dengan kata lain, dan sebagainya.
8)      Hubungan simpulan: singkatnya, pendeknya, memang, itulah, begitulah, kesimpulannya, jadi, dan dengan demikian.
9)      Hubungan urutan: pertama, kedua, akhirnya, yang terakhir, dan sebagainya.
10)   Hubungan tempat: di sini, di sana, dekat, berdekatan, berdampingan, dan sebagainya.
11)   Hubungan kelanjutan: selanjutnya, berikutnya, lalu, kedua, ketiga, dan akhirnya.

Selain dinyatakan dengan penanda hubungan (secara eksplisit), koherensi dapat pula dinyatakan dengan situasi pembicaraan. Berdasarkan situasi daapt dipahami bahwa kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf bersifat padu. Paragraf yang demikian dapat kita lihat dalam paragraf deskriptif.

3.       Pengembangan
Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelasan yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topic atau kalimat utama. Sebaliknya, suatu paragraf dikatakan tidak lengkap jika tidak dikembangkan atau hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan. Di samping itu, dalam mengembangkan paragraf, urutan antara pikiran utama dengan penjelas-penjelasannya pun harus baik, tidak membingungkan pembaca.
Agar keterangan mengenai ketiga syarat di atas lebih jelas, perhatikanlah paragraf di bawah ini!

a)      (1) Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di muka bumi. (2) Dikatakan demikian sebab dia diizinkan oleh Tuhan memanfaatkan semua isi ala mini untuk keperluan hidupnya. (3) Akan tetapi tidak diizinkan menyakiti, menyiksa, atau menyia-nyiakannya.
Paragraf di atas memperlihatkan adanya kesatuan yang baik. Kalimat 1, 2, dan 3 secara bersama-sama menyatakan satu pikiran pokok, yaitu manusia ciptaan Tuhan yang paling berkuasa (kalimat 1). Di samping itu, paragraf di atas juga menunjukkan adanya kepaduan (koherensi) sebab hubungan antarkalimatnya menunjukkan keterkaitan. Hal ini ditandai dengan penanda koherensi dikatakan demikian dan akan tetapi.
Tambahan pula, kalimat-kalimat penjelas pada paragraf di atas mendukung kalimat utama yang pengembangannya dilakukan secara berurutan.
Bandingkanlah dengan contoh paragraf di atas dengan paragraf berikut ini!
b)      Keindahan merupakan salah satu dari kehidupan rakyat Indonesia. Tahun ini pemerintah menetapkan sebagai tahun lingkungan hidup. Disarankan agar setiap warga wajib memelihara keindahan serta kebersihan lignkungan. Di sini nyata sekai tanaman memegang peranan penting. Kita sebagai generasi muda harus memelihara dan melestarikan lingkungan. Dengan demikian suasana yang sejuk, nyaman, dan tenteram akan dapat terlaksana. Apalagi kota besar seperti Jakarta ini, jelas perlu penghijauan untuk mengatasi polusi. Selain dapat berfungsi sebagai penghias kota, juga sebagai penghisap polusi.
Paragraf di atas tidak didukung oleh kesatuan. Pikiran pokok paragraf di atas tidak jelas. Di samping itu, urutan pengembangan paragraf di atas tidak teratur.
c)       Iqbal siswa SMA 325 Jakarta. Sekarang Iqbal dudduk di kelas sebelas. Tiap hari Iqbal berangkat ke sekolah bersama teman-teman Iqbal. Iqbal dan teman-teman Iqbal tiba di sekolah paling awal.
Bandingkan dengan paragraf di bawah ini!
d)      Iqbal siswa SMA 325 Jakarta. Sekarang ia duduk di kelas sebelas. Setiap hari ia berangkat ke sekolah bersama teman-temannya. Mereka tiba di sekolah paling awal.
Jika paragraf (c) dibandingkan dengan paragraf (d), terasa berbeda meskipun isinya sama. Paragraf (c) terasa sangat membosankan karena pengulangan kata tertentu, sedangkan paragraf (d) terasa lebih variatif. Dari kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa penggunaan kata ganti juga turut menentukan keindahan sebuah paragraf.


Baca juga:

latihan-paragraf




2 komentar: