Kategori

2019/03/15

Unsur Cerpen

Unsur-unsur Pembangun Cerpen

Unsur pembangun cerpen dibedakan menjadi dua yaitu, unsur intrinsik adalah unsur yang membangun cerpen dari dalam, unsur ekstrinsik adalah unsur yang memebangun cerpen dari luar karya itu sendiri. Mari kita bahas unsur intrinsik cerpen.

1.    Tema
Tema suatu cerpen dapat diketahui melalui hal-hal yang dirasakan, dipikirkan, diinginkan, dibicarakan, atau dipertentangkan para tokohnya. keberadaan tema kemudian diperkuat pula oleh keberadaan latar dan peran-peran para tokohnya.
Tema antara satu cerpen dengan cerpen lainnya mungkin saja sama.  Tema tentang percintaan, misalnya. Mungkin Anda telah membaca puluhan atau bahkan ratusan cerpen yang bertema ini. namun cerpen-cerpen tersebut selalu menarik dan membuat penasaran pembaca karena tema digarap dari sudut pandang yang berlainan.

2.    Amanat
Dalam cerpen, nilaiyang berharga sering berupa amanat atau pesan-pesan. amant suatu cerita pendek atau cerpen selalu berkaitan dengan temanya. cerpen yang bertema percintaan, amanatnya tidak akan jauh dari pentingnya kita saling menyayangi dan mengasihi sesame ciptaan Tuhan. Cerpen yang bertema ketuhanan, amanatnya berkisar tentang pentingnya bertakwa kepada Tuhan. Dengan pesan-pesannya itu, cerpen sungguh bernilai. Kita memperoleh hiburan sekaligus pesan-pesan berharga untuk bisa menjadi lebih baik dalam kehidupan.

3.    Alur dan Plot
Alur adalah rangkaian cerita yang bersifat kronologis, dibangun oleh urutan waktu. Mungkin juga dibentuk oleh urutan keruangan atau spasial. Berdasarkan hal itu, kemudian dikenal adanya alur progresif atau alur maju. Dalam hal ini, cerita bergerak runtut dari awal hingga akhir cerita. Ada juga cerita yang bergerak dari akhir cerita menuju awal atau flashback.
Plot adalah rangkaian cerita yang mengandung unsur sebab akibat (kausalitas). Plot inilah yang di dalamnya terkadung konflik-konflik. Konflik yang satu mengakibatkan timbulnya konflik yang lain. Kehadiran konflik itulah menjadi penyebab bergeraknya suatu cerita. Tanpa ada konflik, suatu cerita akan menjadi hambar. Sebaliknya, adanya konflik membuat cerita menjadi menarik dan menimbulkan rasa penasaran pembacanya.
Macam-macam konflik:
1.      Konflik batin, bentuk pertentangan dalam diri seseorang karena dihadapkan pada dua pilihan atau lebih. Misalnya, konflik dalam menentukan suatu keputusan dalam memilih perguruan tinggi setelah lulus sekolah. Apakah perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta.
2.      Konflik social, bentuk pertentangan di antara dua tokoh atau lebih di dalam memperebutkan sesuatu. Misalnya, perseteruan dua sahabat karena salah paham tentang suatu informasi yang diterima.

4.    Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang dalam menggambarkan karakter tokoh-tokoh. Ada berbagai cara untuk mengambarkan karakter tokoh:
·    Pengarang menggambarkan watak tokoh melalui gerak-geriknya atau tingkah laku si tokoh.
·        Pengarang menyebutkan secara langsung karakter tokoh dalam cerita.
·  Pengarang menggambarkan karakter tokoh melalui perkataan atau dialog antartokoh.
·  Pengarang menggambarkan karakter tokoh melalui perkataan atau dialog antartokoh dan tindakan atau tindak tutur tokoh.
·        Pengarang menggambarkan karakter tokoh melalui pola piker si tokoh.
·        Pengarang menggambarkan karakter tokoh melalui tanggapan tokoh lain.
·  Pengarang menggambarkan karakter tokoh melalui gambaran lingkungan sekitarnya.

5.    Latar
Latar adalah tempat, waktu, dan suasana yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa dalam cerita pendek. Latar diperlukan untuk memperkuat terjadinya suatu peristiwa atau alur. Tanpa kehadiran latar, peristiwa dalam cerita itu menjadi tidak jelas. Pembaca pun menjadi terganggu, bahkan tidak bias menikmatinya karena cerita tidak jelas keberadaannya.

6.    Sudut Pandang dan Gaya Bahasa
Sesuai sebutannya, sudut pandang dalam cerita pendek adalah  posisi pengarang dalam cerita. Dalam cerpen sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga (dia-an, nama tokoh) atau orang pertama (aku-an). Dengan sudut pandang orang pertama, pengarang akan menyebut dirinya sebagai “aku”. Sementara itu, dengan sudut pandang orang ketiga, pengarang akan berada di luar tokoh-tokoh dengan menggunakan kata ganti “dia”.

Gaya bahasa adalah cara pengarang menyampaikan ceritanya. Sebagai contoh, ada pengarang yang menggunakan bahasa puitis, ada pula yang menggunakan bahasa lugas. Gaya bahasa pengarang akan menjadikan ciri khas karyanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar