Kategori

2019/03/15

Tema Cerpen

A.     Tema Cerpen

Tema suatu cerpen dapat diketahui melalui hal-hal yang dirasakan, dipikirkan, diinginkan, dibicarakan, atau dipertentangkan para tokohnya. keberadaan tema kemudian diperkuat pula oleh keberadaan latar dan peran-peran para tokohnya.
Tema antara satu cerpen dengan cerpen lainnya mungkin saja sama.  Tema tentang percintaan, misalnya. Mungkin Anda telah membaca puluhan atau bahkan ratusan cerpen yang bertema ini. namun cerpen-cerpen tersebut selalu menarik dan membuat penasaran pembaca karena tema digarap dari sudut pandang yang berlainan.


Cuplikan cerpen:
Udara seperti membeku di Edelweiss Room, sebuah kamar rawat inap, di RS Fatmawati, Jakarta Selatan. Dan, di tempat tidur yang serba putih, Novia terbaring beku dalam waktu yang juga membeku. Ia tidak berani menghitung lagi berapa kali jarum jam di ruangan itu melewati angka dua belas, makin mendekati ajalyang bakal menjemputnya.
Dokter telah memprediksi usianya tinggal sekitar sebulan karena leukemia yang akut, dan satu-satunya yang ia tunggu dari kekasihnya adalah sekuntum mawar biru. A, mawar biru. Bukan mawar merah atau putih. Dan, hanya sekuntum, bukan seikat atau sekeranjang.
Tapi, adakah mawar berwarna biru? Sang kekasih, Norhuda, sebenarnya tidak yakin. Yang pernah ia lihat adalah mawar merah, putih, atau kuning. Ketiganya tumbuh dan berbunga lebat di halaman rumahnya. Tapi, mawar biru? Ia tidak yakin. Bunga berwarna biru yang pernah ia lihat hanya anggrek bulan dan anyelir. Itu pun bukan persis biru, tapi keunguan.

Tema cuplikan cerpen tersebut adalah keinginan tokoh seorang wanita yang terkena leukemia akut untuk mendapatkan mawar biru. Tema tersebut diketahui melalui pemikiran tokoh Novia sendiri yang diceritakan secara naratif oleh pengarangnya secara langusng. Tentang keadaan pasien itu sendiri yang tengah menderita sakit diperkuat oleh penggunaan latar rumah sakit.

B.      Latihan menentukan tema cerita.
Tentukan tema dari cuplikan-cuplikan cerpen berikut!
1.      Pak Ruslan dengan sigap melemparkan ban-ban dan pelampung. Kardi terbanting ke geladak dengan keras ketika sedang berusaha mengambil sebuah ban yang tergantung di ujung buritan. Rukmini dengan wajah pucat berpegang erat pada tiang pintu gbuk. Ia menjerit keras ketika tiang layar di depannya patah diterjang angin dan terempas ke buritan. Dan, “BRUAKKK! Gubuk reyot di atas perahu itu pun diempaskan angina dan roboh menghantam dinding perahu.

2.      Kalau benar begitu, apalagi yang sekarang mereka sakitkan hati? Aku telah lama mengubah sikapku. Tiap ada derma, aku sumbang. Tiap kesusahan, aku tolong. Tidak seorang pun dari mereka yang tidak kuundang dalam pesta tadi malam. Kau lihat, kan? Tiga teratak itu penuh mereka banjiri. Aku yakin mereka telah menerimaku, memaafkanku.

3.      “Terus solusinya bagaimana?”

“Kita berempat sudah berunding. Karena Maya takut gelap, dia harus selalu tidur lebih dulu dari kami tidur minimal setengah jam sesudahnya supaya ketika kami mematikan lampu, dia sudah tidur. Kalau dia terlambat berarti risiko dia. Tapi karena kami baik, he … he …” Siwi tertawa sejenak. “Jika ternyata kami sudah tidur dan dia belum, dia boleh menyalakan lampu minyak. Nah … biar yang lain tidak terganggu sinarnya lampu minyak itu, dia pindah ke tempat tidur yang paling ujung. Bergantian dengan Dinda. Beitu, Bu.”

4.      “Pak, pohon papaya di pekaranganku telah dirobohkan dengan tak semena-mena, tidaklah sepatutnya hal itu kulaporkan?”
“Itu benar, tapi jangan melebih-lebihkan. Ingat, yang harus diutamakan adalah kerukunan kampong. Soal kecil yang dibesar-besarkan bias mengakibatkan kericuhan dalam kampong. Setiap soal mesti diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Tidak boleh main seruduk. Masih ingatkah kau pada peristiwa Dullah dan Bidin tempo hari? Hanya karena soal dua kilo beras, seorang kehilangan nyawa dan yang lain meringkuk di penjara.




1 komentar: