Kategori

Tampilkan postingan dengan label Resensi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Resensi. Tampilkan semua postingan

2019/03/14

Resensi Southern Eclipse (Asa Bellia Audida)

Tata Surya? 



Judul                            : Southern Eclipse
ISBN                             : ISBN 978-602-6673-83-1
Penulis                         : Asa Bellia Audida
Penerbit                      : Histeria
Tahun Terbit               : 2017
Penyunting                  : Sony Adams
Pemeriksa Aksara       : Alfi Arifian
Penata Aksara             : Janat Tajri
Perancang Sampul      : Zulkarnaen
Cetakan                       : 1, Yogyakarta, HISTERIA, 2017
Jumlah Halaman         : vi + 472 halaman
Dimensi                       : 14 cm x 20 cm
Harga Buku                 : Rp. 89.500,00

Asa Bellia Audida lahir di Kediri, 22 Maret 1996. Mulai meyukai menulis saat duduk di bangku sekolah dasar. Mengawali keberanian memplubikasikan karyanya di Facebook saat masih SMP pada sebuah fanpage dan akun pribadi Facebook. Beberapa orang mulai mengenalnya sebagai penulis Fiksi Penggemar (Justin Bieber), sampai kemudian memutuskan untuk vakum sementara karena focus pada dunia akademik. Asa aktif menulis kembali pada tahun 2014, perempuan yang saat ini menetap di Makassar, ternyata masih mendapat respon positif dari beberapa pembacanya yang dikenal saat masih SMP. Pada akhir tahun 2015, Asa memutuskan untuk lebih serius dalam menulis hingga akhirnya berani untuk menerbitkan dua buku secara Self Publish (Another Hope dan The Last Saver). Southern Eclipse sendiri merupakan karya pertamanya yang diterbitkan oleh Histeria (PT Anak Hebat Indonesia) di tahun 2017. Karyanya yang lain dapat ditemukan di aplikasi Wattpad.

Pada tiap bab novel ini diberi judul yang berhubungan dengan bulan. Bisa dilihat pada sampul novel ini, terdapat fase-fase bulan dengan latar galaksi. Warna pada sampul ini cenderung gelap dan sederhana namun dapat memikat mata pembaca. Kertas yang digunakan untuk isi buku merupakan jenis book paper berwarna cream yang ringan serta tidak membuat mata lelah. Ukuran teks standar, seperti novel pada umumnya sehingga pembaca merasa nyaman untuk membaca. Di setiap awal bab dilengkapi dengan quotes yang membuat pembaca meleleh dan gemas sendiri. Selain itu, novel ini tidak dilengkapi gambar atau ilustrasi yang membuat pembaca bebas untuk berimajinasi.

Novel ini mengisahkan tentang seorang perempuan SMA berumur 17 tahun bernama Luna yang kehidupan keluarganya begitu kompleks hingga ia bertemu dengan Ara Pahlevi, laki-laki asal Perth dengan sifatnya yang berubah-ubah mengikuti terbit dan terbenamnya matahari yang membuat Luna pusing dan bingung menghadapinya. Melalui aksi heroiknya menolong Ara di sekolah berbuntut panjang membawanya ke pertemuan-pertemuan selanjutnya. Ara yang selalu membuat Luna kesal tiap kali ia menyuruhnya untuk menjauh. Membuat Luna meleleh tiap kali membaca surat yang dikirim Ara. Ara di siang hari dan di malam hari amat berbeda. Ara di malam hari lebih terbuka, hangat, dan ramah sedangkan Ara di pagi hari cenderung jutek, dingin, dan terkesan misterius. Dengan segala cara dan rintangan yang dihadapi, Luna berhasil menaklukan dua kepribadian yang berbeda tersebut yang malah membawanya semakin dekat dengan sakit hati dan kekecewaan.

Mengusung tema kekeluargaan dan romansa, Asa berhasil menyatukan kedua tema tersebut sehingga membuat kedua tema ini saling menyatu merangkai sebuah cerita yang berbeda dan memberi warna baru di dunia novel fiksi remaja. Alur yang digunakan merupakan alur campuran karena terdapat beberapa cerita mengenai kehidupan masa lalu tokoh yang membuat pembaca semakin penasaran. Walaupun di bab-bab awal pembaca dapat dengan mudah menebak kelanjutan ceritanya, namun, Asa berhasil mengemasnya dengan rapi sehingga pembaca seolah-olah belum siap dengan plot twist yang diberikan. Penggunaan kalimat yang tepat dan kaya akan diksi membuat cerita ini semakin menarik. Sudut pandang yang digunakan adalah orang pertama walaupun pada bab-bab akhir sebagian besar menggunakan sudut pandang orang ketiga.

Latar tempat yang digunakan adalah Makassar, Perth, dan Jakarta. Namun, kota yang paling dominan adalah Kota Makassar yang merupakan titik awal Luna dan Ara bertemu. Selain itu, kota ini merupakan saksi bisu seluk beluk perjalanan Luna mulai dari kehidupan keluarganya hingga kisah percintaannya yang terbilang rumit. Latar suasana dibagun secara baik sehingga pembaca merasakan perasaan campur aduk seperti perasaan senang, sedih, haru, rasa gemas dan masih banyak lagi. Asa juga berhasil membuat pembaca terkekeh sendiri ketika pembaca merasakan sedih atau haru pada bab itu.

Banyak tokoh yang terdapat dalam novel ini, tapi balik lagi yang paling dominan adalah Luna dan Ara. Luna dengan sifat keras kepalanya dan jutek walupun begitu ia merupakan sosok yang baik dan penyabar. Ara dengan dua kepribadiannya berhasil membuat pembaca geregetan. Ara di siang hari merupakan sosok yang pendiam, ketus, dan tidak bisa berbaur. Selain itu Ara di siang hari menyipan sejuta kemisteriusan yang siap untuk dipecahkan. Namun, Ara di siang hari berhasil membuat Luna meleleh tiap kali membaca surat yang diberikannya. Lain halnya dengan Ara di malam hari. Di malam hari, Ara cenderung lebih hangat dan ramah kepada orang lain. Selain itu ia lebih berani dibandingkan di siang hari.

            Banyak nilai-nilai yang terkandung pada novel ini yaitu, nilai moral, nilai etika, nilai estetika, nilai psikologi. Terdapat juga banyak manfaat yang dapat diambil dari cerita ini, salah satunya adalah kita harus siap menghadapi kenyataan yang tiap kali tidak sesuai dengan harapan kita. Selain nilai dan pelajaran yang dapat kita ambil, Asa berhasil menjadikan novel ini sekaligus ajang mempromosikan Makassar dan sekitarnya. Novel ini mengandung adegan aatau cerita yang tidak cocok untuk anak-anak dibawah 13 tahun. Novel ini disarankan untuk pembaca diatas 13 tahun dan dewasa.

            Novel ini kaya akan penggunaan diksi dan akhir cerita yang sulit untuk ditebak karena keterlibatan tokoh-tokoh lain. Tapi kembali lagi ke awal, Asa membuat sedemikian rupa sehingga pembaca tidak bosan untuk membacanya. Selain itu alurnya rapi dan tidak bertele-tele. Walaupun begitu, jika diperhatikan lebih jeli, masih banyak kesalahan pada ejaan. Tapi, novel ini masih layak untuk dibaca.



Resensi Supernova Episode : Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh (Dewi Lestari)


Bagi yang Ingin Benar-Benar Hidup



Judul                           : Supernova Episode : Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh
ISBN                           : 978-602-8811-72-9
Penulis                         : Dee Lestari
Penerbit                       : Penerbit Bentang (PT Bentang Pustaka)
Tahun Terbit                : 2012 (pernah diterbitkan dengan judul yang sama pada 2001)
Penyunting                  : Dhewiberta
Perancang Sampul       : Fahmi Ilmansyah
Penata Aksara             : Irevitari dan Bowo
Pemeriksa Aksara        : Intari D. dan Pritameani
Tebal                           : viii + 318 halaman
Dimensi                       : 20 × 13,7 × 1,8 cm
Episode pertama dari serial Supernova yang berjudul Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh ini menandai debut Dewi Lestariyang lebih dikenal dengan nama penanya, Dee Lestaridalam kancah sastra pada tahun 2001. Disusul dengan episode-episode berikutnya, serial Supernova konsisten menjadi best seller nasional dan membawa banyak kontribusi positif dalam dunia perbukuan Indonesia. Kiprah dalam dunia kepenulisan juga telah membawa Dee ke berbagai ajang nasional dan internasional. Hampir seluruh karyanya telah diadaptasi menjadi film layar lebar, termasuk novel ini. Selain menulis buku dan mengisi blog, Dee juga aktif di dunia musik sebagai penyanyi dan penulis lagu.
            Pada sampul novel ini, terdapat simbol Supernova Web dengan lambang jaring laba-laba yang menyiratkan adanya keterkaitan antara masing-masing tokoh, dengan Supernova sebagai pusatnya. Desain sampul yang sederhana membuat novel ini terlihat elegan dan misterius. Kertas yang digunakan sebagai isi buku adalah book paper, yaitu kertas berwarna kekuning-kuningan yang tidak membuat mata lelah. Ukuran teks yang digunakan juga nyaman untuk dibaca. Selain itu, novel ini tidak dilengkapi dengan ilustrasi atau gambar, membiarkan imajinasi pembaca mengalir dengan bebas. Jika dibandingkan dengan karya sejenis, fisik buku ini sudah cukup baik.

Novel ini menceritakan tentang pasangan Dimas dan Reuben, tokoh dalang yang menulis roman dengan judul Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, terinspirasi oleh dongeng anak-anak dengan judul yang sama. Paralel dengan itu, dalam kehidupan nyata, sebuah kisah cinta terlarang terjalin antara tokoh-tokoh utama yaitu Ferre dan Rana. Hubungan cinta mereka merepresentasikan dinamika yang terjadi antara tokoh Kesatria dan Putri dalam fiksi Dimas dan Reuben. Sementara tokoh ketiga, Bintang Jatuh, dihadirkan oleh seorang peragawati terkenal bernama Diva yang memiliki profesi sampingan sebagai pelacur kelas atas. Di pertengahan novel, Diva terungkap sebagai pencetus terbentuknya Supernova, yaitu laman internet yang pada masa itu sedang ramai digandrungi masyarakat, termasuk tokoh-tokoh di novel ini, sebagai laman untuk mempertanyakan banyak hal, mulai dari masalah-masalah sampai makna hidup.

Mengusung tema roman yang dipadukan dengan sains, Dee Lestari menggunakan bahasa ilmiah. Misalnya istilah teori chaos, bifurkasi, turbulensi,  dan lainnya. Istilah-istilah ini dijelaskan dengan berbagai analogi serta footnote yang disematkan di beberapa halaman. Selain itu, novel ini juga menggunakan beberapa majas, seperti litotes, hiperbola, metafora, dan personifikasi. Salah satu contohnya adalah majas metafora yang diucapkan oleh tokoh Reuben, “Ini badai serotonin pertamaku. Gila, rasanya luar biasa,” dimana badai serotonin menyiratkan bahwa ia sedang mabuk obat rekreasional yang mengandung serotonin.

Episode pertama dalam heksalogi Supernova ini dikisahkan melalui sudut pandang orang ketiga yang mahatahu dengan alur campuran. Dee mengangkat latar waktu di tahun 1991 dan tahun 2001. 1991, saat Dimas dan Reuben bertemu di Washington, D.C., Amerika Serikat dan kemudian Reuben membuat ikrar untuk  membuat satu masterpiece, tulisan yg menjembatani semua percabangan sains dalam sepuluh tahun. 2001, saat masterpiece tersebut mulai terealisasikan dalam bentuk sebuah cerita yang dibuat oleh Dimas dan Reuben, sejalan dengan dinamika tokoh Ferre, Rana, dan Diva dengan jangka waktu yang singkat namun padat. Dari awal sampai akhir novel, selalu diselipkan perdebatan-perdebatan antara Dimas dan Reuben tentang kelanjutan cerita.

Latar tempat yang diambil adalah Washington D.C., Jakarta, dan Bandung. Namun, latar yang paling dominan adalah Kota Jakarta. Tempat dimana Ferre dan Rana bertemu, jatuh cinta, dan menjalin hubungan yang akhirnya kandas karena status Rana yang sudah menikah. Setelah berpisah, Ferre dipertemukan dengan Diva yang membantunya untuk kembali pulih. Seiring berjalannya cerita, Ferre akhirnya mengetahui bahwa Diva yang selama itu ia kenal adalah Supernova. Sepanjang novel, terdapat banyak suasana yang muncul, diantaranya adalah senang, sedih, dan mengharukan.

Novel ini mengajarkan kita banyak hal. Salah satunya adalah untuk tidak berprasangka buruk kepada seseorang sebelum benar-benar mengenalnya. Karakter Diva, yang notabenenya adalah seorang pelacur kelas atas ternyata adalah pribadi berpengetahuan tinggi dan memiliki tujuan yang mulia, jauh dari stereotip yang muncul dengan profesi itu. Tokoh Diva memiliki prinsip untuk memilih kemerdekaan daripada uang yang dianggap sebagai tujuan hidup oleh kebanyakan orang. Prinsip itu sangat berbeda dengan apa yang dipegang kebanyakan orang. Menurut saya, memilih uang daripada kemerdekaan akan menghalangi kita dari kebahagiaan, dari hidup yang sebenarnya. Terdapat juga adegan yang secara gamblang mengajarkan kita untuk menghargai cinta, seperti Kesatria yang mencintai Putri dengan sangat tulus. Selain itu, novel ini juga mengandung nilai moral yang sangat kental, nilai cinta, nilai sosial, serta nilai kebebasan.

            Selain menarik dan bernilai, novel ini juga memberi manfaat kepada para pembacanya, yaitu memberi wawasan baru tentang bagaimana kehidupan dikaitkan dengan teori-teori fisika yang tentunya memberi efek yang tentunya tidak biasa pada pembaca. Dengan emosi pembaca yang akan hanyut dan terombang-ambing selama membaca Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, Novel ini juga dapat menjadi pengalih perhatian dari dunia nyata.

            Konten dari novel ini berhasil dikemas dengan cerdas oleh Dee, walaupun memang terdapat tindakan atau perkataan dari tokoh yang tidak patut untuk dicontoh atau tidak layak menjadi bacaan anak-anak. Sehingga, novel ini lebih cocok dibaca oleh orang dewasa dan remaja lima belas tahun ke atas.
            Novel ini sungguh dapat menceritakan antara kehidupan nyata Reuben dan Dimas sekaligus masterpiece yang mereka tulis, yang direpresentasikan oleh orang-orang di kehidupan nyata, ditambah dengan keterkaitan semuanya dengan teori-teori fisika, memecah batasan fiksi dan nonfiksi. Konsep yang sangat menarik ini merupakan suatu kelebihan yang menonjol, ditambah dengan diksi puitis yang digunakan. Selain itu, saya juga memperhatikan adanya repetisi yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan tersendiri. Kekurangan dari novel ini adalah banyaknya penggunaan kata-kata asing dan bahasa yang sulit dimengerti oleh orang awam.

Menurut saya, secara keseluruhan novel Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh sangat unik, cerdas, dan dapat menggerakkan hati. Saya juga kagum dengan keberanian Dee untuk mengangkat pasangan homoseksual sebagai tokoh penting, saat isu itu dianggap sensitif atau tabu untuk sebagian masyarakat kita. Selain itu, mengikuti perjalanan tokoh-tokoh yang dimulai dari episode pertama sampai terakhir, mengupas sedikit demi sedikit misteri Supernova adalah suatu pengalaman yang sangat menarik bagi saya.






Resensi Poirot's Early Cases (Agatha Christie)


Antonius Patrick
X IPA 1 / 5
 
Awal Sebuah Legenda


Judul                     : Poirot's Early Cases
Nama Pengarang       : Agatha Christie
Nama Alih Bahasa       : Lanny Wasono
Nama Penerbit            : PT Gramedia Pustaka Utama
Tempat Terbit            : Jakarta
Tahun Terbit             : Januari 1991
Nama Pendesain Cover   : Dwi Koendoro
Ketebalan                 : 418hlm
  
Novel Poirot's Early Case / Kasus Perdana Poirot ini merupakan hasil karya dari Agatha Christie. Agatha Christie adalah seorang penulis legendaris sejak dulu yang sangat dikenal dengan kumpulan novel novel misterinya. Beliau juga sangat terkenal dengan seorang tokoh fiktif yang dihayatinya, yakni adalah Hercule Poirot, seorang detektif yang digambarkan bertubuh kecil dan sangat suka mengurusi kumisnya. Ini adalah novel pertama Agatha Christie yang membahas tentang Hercule Poirot. Agatha Christie wafat pada 12 Januari 1976. Selama hidupnya ia sudah menulis 66 novel misteri termasuk kumpulan kasus Hercule Poirot dan 14 cerpen.
Novel ini bertema cukup jelas, yaitu misteri dan membahas tentang kasus kasus kecil yang dipecahkan oleh Poirot. Semuanya cukup tertebak hanya dengan membaca judulnya saja. Yang tidak tertebak adalah, bagaimana cara penceritaannya yang ternyata seperti kumpulan cerpen yang berbeda beda dalam 1 buku, jadi di setiap bab buku ini, merupakan cerita dan kasus yang berbeda beda dan tidak berhubungan sama sekali.
Latar tempat, waktu, dan suasana dalam cerita sangat bervariasi yang membuat pembaca tidak akan merasa jenuh dalam membaca. Alur ceritanya sendiri juga tidak membingungkan secara ini adalah novel yang memuat beberala cerpen. Ini membuat orang orang yang membaca merasa seperti membaca komik tak bergambar saja. Hanya saja, memang ada beberapa istilah luar dan beberapa bahasa yang sedikit sulit dimengerti. Yang membuat novel ini lebih menarik lagi adalah sudut pandang tokoh dalam setiap cerita di novel ini. Novel ini menggunakan sistem pandangan orang kedua. Dalam novel ini, yang bercerita tentang semuanya adalah teman baik Poirot yang setia mendampingi, yaitu Hastings. Dengan sudut pandang yang begini, novel ini akan benar benar jadi tidak tertebak dan menarik.
Novel ini memiliki banyak desain cover yang berbeda beda, namun di novel yang saya baca ini covernya adalah gambar yang sama sekali tidak berhubungan dengan judul maupun ceritanya, yaitu seekor lebah diatas 2 permata. Menurut saya cover dari buku ini kurang menarik dan tidak memberi kesan pertama yang cukup bagus. Font tulisan yang digunakan di novel ini seperti novel pada umumnya, sizenya juga memenuhi, sehingga novel ini jadi cukup nyaman dibaca. Pembagian batas antar bab juga jelas dan tidak membingungkan, halaman halaman buku terbuat dari kertas buram yang tidak terlalu ringan juga tidak terlalu berat sehingga pembaca bisa membalik balik halaman buku tanpa takut sobek.
 Menurut saya, novel ini layak untuk dibaca bagi kalangan remaja dan kalangan dewasa yang gemar misteri. Novel ini kurang dianjurkan untuk anak anak dibawah 10 tahun secara bahasa novel ini termasuk kategori sedang dan tidak terlalu mudah dimengerti. Novel ini bisa membantu kita untuk mengasah imajinasi kita dan memberi kita pengetahuan yang mungkin tidak akan kita dapatkan di sekolah. Hercule Poirot dalam novel ini digambarkan sebagai pribadi yang sangat tenang dalam menghadapi persoalan apapun, kita juga bisa mencontoh sifat Poirot yang selalu tenang, sangat mengutamakan kebenaran, juga tidak takut takut untuk berkomentar. Sebenarnya novel ini memiliki sangat banyak pesan moral di setiap cerita, namun saya tidak bisa menyebutkannya satu satu, akan lebih baik jika kalian memulai membaca novel ini sendiri.




2019/03/05

Resensi Bukan Pasar Malam


Pasar Malamkah?



Judul                              : Bukan Pasar Malam
Pengarang                      : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit                         : Lentera Dipantara
ISBN                              : 979-97312-12-6
Jumlah halaman             : 104
Novel yang berjudul Bukan Pasar Malam ini mengisahkan tentang seorang pemuda yang memiliki ayah seorang pejuang nasionalis yang memiliki penyakit TBC yang menginginkan anaknya yang di Jakarta untuk kembali ke Blora ( kediaman ayah dan keluarganya). Selama perjalanan ke Blora pemuda tersebut didampingi oleh istrinya yang cantik serta cerewet yang merupakan keturunan pasundan. Sesampainya di Blora sang pemuda pun bertemu dengan ayahnya yang terbaring lemas di rumah sakit akibat TBC nya, saat bertemu tangis haru menyelimuti mereka. Pemuda tersebut merasa sedih melihat ayahnya yang dulu berdiri kokoh, pemimpin perang gerilya yang cerdik, guru yang hebat, politikus kini menjadi makhluk yang tak berdaya. Sang pemuda ingin membawa ayahnya untuk berobat namun dengan kondisi keuangan yang tidak memungkinkan sehingga dari saat itulah sang pemuda mulai menjalin keakraban kembali dengan sang ayah serta adik-adiknya setelah sekian lama berpisah. Suatu hari istri sang pemuda ingin kembali ke Jakarta dengan alasan kondisi keuangan yang tidak memadai, sang pemuda mengiyakannya. Sang pemuda mengutarakan keinginan istinya untuk kembali ke Jakarta kepada ayahnya, namun sang ayah menolaknya dengan memohon kepada sang pemuda untuk tinggal seminggu lagi. Tak terasa waktu seminggu telah berakhir, namun sang pemuda tidak ingin meninggalkan sang ayah karena sang pemuda merasa memiliki kewajiban yang penuh terhadap sang ayah, kejadian yang tak diinginkan pun terjadi juga sang ayah meninggal dunia setelah dibawa pulang kerumah oleh anak- anaknya. Tangis kesedihan pun membanjiri rumah yang tua itu. Setelah ditinggal pergi sang pemuda mendapat banyak pembelajaran bahwa kehidupan didunia ini bukan seperti pasar malam yang berduyun- duyun datang dan berduyun- duyun kembali, melainkan menanti kepergian dengan segala yang mereka lakukan

Kelebihan pada novel bukan pasar malam karya Pramoedya Ananta Toer ini adalah  penulis mampu membuat rentetan cerita yang mengharukan,mengesankan dan penuh dengan renungan sehingga membawa pembaca terhanyut di dalamnya, penulis juga menunjukkan bagaimana kehidupan seorang ayah yang yang rela berkorban demi mempertahankan hak guru serta republik  setelah masa kemerdekaan, dan bagaiman politikus- politikus memperebutkan kekuasaannya dengan melakukan berbagai cara. Penulis juga memaparkan amanat yang bisa dipetik pembaca antara lain bahwa kehidupan itu bukan seperti pasar malam yang ramai dikerumuni orang melainkan ketika hidup dan mati kita selalu sendiri, datang sendiri, pergi sendiri dan yang belum pergi dengan cemas menunggu saat waktunya tiba.

Kekurangan novel Pramoedya Ananta Toer ini telihat dari segi bahasa yang digunakan terlalu berbelit- belit dalam memaparkan isi cerita sehingga membuat pembaca merasa sedikit aneh. bagi pembaca yang awam mungkin akan kurang mengerti dengan bahasa yang digunakan pengarang karena pengarang pada zaman dahulu memiliki penghayatan dalam berbeda- beda dalam menuliskan cerita.


*** Selamat Membaca ***

www.pixabay.com

Baca juga: