Kategori

2018/09/21

Teks Anekdot


Teks Anekdot

www.pixabay.com

Anekdot adalah
Cerita singkat berupa sindiran atau kritik yang menarik karena
lucu dan mengesankan, bahkan mungkin juga mengharukan dari
sebuah kejadian atau peristiwa yang terjadi dan di dalamnya
mengandung amanat.

Struktur  Anekdot
Abstrak : bagian awal teks anekdot yang berisi gambaran tentang isi teks. Siatuasi dan kondisi atau latar cerita
Orientasi : menunjukkan awal kejadian cerita atau latar belakang suatu peristiwa terjadi. Perkenalan tokoh- tokoh cerita beserta karakter baik secara langsung maupun tidak langsung.
Krisis : menunjukkan hal atau masalah yang unik dan tidak biasa  yang terjadi pada  tokoh. Berisi konflik cerita, konflik tokoh cerita baik konflik batin maupun konflik fisik.
Reaksi : menunjukkan cara tokoh menyelesaikan masalah yang muncul. penyelesaian konflik.
Koda : bagian akhir yang menjelaskan simpulan tentang kejadian

Karakteristik Anekdot
  1. Kalimat yang digunakan: karena berbentuk cerita teks anekdot akan lebih menarik apabila terdapat dialog para tokoh di dalamnya.
  2. Gaya bahasa: dalam cerita teks anekdot juga banyak terdapat idiom atau kata-kata ungkapan/ makna konotatif,bahkan terkadang terdapat peribahasa di dalamnya.
  3. Kejadian/Masalah : suatu cerita pasti terdapat konflik di dalamnya baik konflik batik maupun konflik fisik.
  4. Amanat dan nilai: cerita anekdot walapun untuk menyindir dan menghibur tetapi sarat akan pesan dan amanat kehidupan
  5. Realitas kehidupan: biasanya berdasarkan pengalaman hidup yang disampaikan melalui analogi

Contoh Teks Anekdot:

100 Ungkapan Semanis Madu
Abstrak
Setelah lulus ujian negara di Beijing, seorang sarjana ditunjuka sebagai pejabat pemerintahan di ibu kota provinsi. Di pergi untuk mengucapkan selamat tinggal kepada mentornya, seorang menteri pemerintahan senior.

Orientasi
“Bekerja di lokasi provinsi seperti itu tidaklah mudah. Kamu harus berhati-hati.”
kata sang mentor.  “Baiklah, terima kasih, Bapak,“ kata sarjana itu. “Jangan
khawatir. Saya telah menyiapkan seratus ungkapan semanis madu di benak
saya. Kalau saya bertemu dengan pejabat di sana, saya akan mengguna-
kannya. dia pasti senang.”

Krisis
“Bagaimana kamu dapat melakukan hal itu? Tanya mentor itu tidak senang. “Kita adalah pria sejati. Kita mempunyai prinsip. Kita seharusnya tidak menggunakan sanjungan.

Reaksi
Sang murid menjawab, “Sayangnya, pada kenyataannya kebanyakan orang senang disanjung. Hanya beberapa pria yang benar-benar sejati seperti Anda yang tidak menyukai sanjungan.”
“Mungkin kamu benar,” mentornya mengangguk sambil tersenyum.

Koda
Kemudian, pria muda ini menceritakan kejadian ini dengan temannya. “Saya sudah menggunakan satu dari persediaanku. Sekarang saya memiliki sembilan puluh sembilan ungkapan yang tersisa


 Contoh 1:
Anjing dan Buaya vs Khafilah
www.pixabay.com
Siang hari yang cerah di padang pasir angin bertiup sepoi-sepoi.
Seekor anjing berjalan mengiringi unta yang membawa karung berisi 67 miliar. Beriringan dengan buaya yang menjaga mereka.
Tidak lama kemudian mereka berpapasan dengan para khafilah. Para khafilah heran melihat anjing yang membawa uang banyak. Mereka pun meneriaki anjing dan kawan-kawan dengan sebutan “maling”, “perampok”, dan “penyamun”.
Anjing itu tetap berjalan tanpa memperdulikan teriakan para khafilah tersebut.
Mereka sampailah ke tempat tujuan.


Contoh 2: 

Peternak Sapi
www.pixabay.com
Di sebuah desa yang jauh dari keramaian hiduplah seorang peternak yang mempunyai ratusan ekor sapi.
Suatu hari datangnya seorang petugas yang menyamar dan bertanya “Bapak beri makan apa sapi-sapi ini?”
“Saya beri makan rumput, Pak!” jawan peternak sapi.
“Bapak harus membayar denda karena memberi makan sapi bapak tidak sewajarnya,” kata petugas.
Seminggu kemudian petugas datang lagi dan menanyakan hal yang sama, “Bapak beri makan apa sapi-sapi ini?”
“Saya beri makan keju, hamburger, dan susu,” jawab peternak sapi.
“Bapak harus membayar denda karena memberi makan sapi-sapi bapak di luar batas kewajaran!” kata petugas.
Sebulan kemudian petugas datang lagi dengan pertanyaan sama.
“Begini Pak, saya beri mereka masing-masing uang sebesar Rp. 3000, terserah mereka mau makan apa!” jawab peternak sapi.
Petugas hanya geleng-geleng kepala lalu pergi bagitu saja.



2018/09/04

Materi Menulis Puisi


Asyiknya Menulis Puisi
1.    Apa keunikan puisi?
ü  Puisi pada umumnya pendek dan menyampaikan makna dengan beberapa kata saja.
ü  Puisi terdiri atas satu atau beberapa bait.
ü  Puisi memiliki irama/ritme dan kadang menggunakan rima
ü  Puisi dapat membentuk pola/ bentuk tertentu di atas kertas.

2.        Perbedaan puisi dengan cerita?

ü  Kebanyakan cerita terdiri atas ribuan kata.
ü  Terdiri dari paragraf dan bab
ü  Tidak memiliki ritme atau rima
ü  Saat dicetak, cerita ditulis dengan bentuk segi empat

3.        Apa isi puisi?

ü  Menceritakan kisah baru atau kisah lama.
ü  Mengungkapkan perasaan.
ü  Menggambarkan suatu keadaan, misalnya: pantai berpasir, daun berguguran.
ü  Mengenai seseorang, makhluk hidup atau cuaca.
ü  Membicarakan saat-saat khusus.

4.        Jenis-jenis puisi

ü  Puisi Naratif 
ü  Soneta
ü  Limerick
ü  Haiku
ü  Syair bebas

A.    Puisi Naratif
                Puisi panjang yang menyampaikan cerita. Balada adalah puisi naratif pendek dengan refren pada setiap akhir bait.

B.     Soneta

                Terdiri atas 14 baris dan mengikuti skema rima. Contoh dalam soneta shakespeare.

C.     Limerick
                Adalah puisi lucu dengan panjang lima baris. Kebanyakan hanya berupa permainan.

D.    Haiku
                Puisi tradisional Jepang yang hanya terdiri atas 3 baris dan 17 suku kata.

E.     Syair  Bebas
                Puisi ini tidak berima dan panjang barisnya berlainan.

Mendapatkan Ide
  Imajinasi
  Perasaan
  Kenangan
  Indra
  Peta Pikiran
  Penulisan Otomatis
  Diagram
   
Rima dan Ritme
  Puisi Bersekuen
                Menulis puisi bersekuen yang berima adalah cara terbaik menulis puisi.
               
                Puisi bersekuen menceritakan sesuatu berdasarkan urutan kejadiannya.
Contoh: Satu Pekan Di Musim    Hujan
Aktivitas!
                Tulislah puisi serupa mengenai hari yang panas dalam satu minggu.
Tips!
                Tulislah semua kata yang terbayang untuk menjelaskan cuaca musim kemarau, misalnya: terik, gerah, angin, debu.

Menggunakan Metafora dan Simile
  Dalam penulisan puisi, menggambarkan atau membandingkan sesuatu seolah-olah seperti hal lain di sebut Metafora.
  Penyair membayangkan angin sebagai singa yang mengaum. Ia ciptakan gambar singa dalam otak kita.
  Simile atau kiasan mirip dengan metafora. Yakni, dua hal yang dibandingkan untuk menghasilkan sebuah lukisan kata. Simile mnggunakan kata “seperti” atau “bagaikan”
  Contoh : Cintaku bagaikan mawar nan merah”
Puisi Jenaka (Limerick)
Ini kisah gadis kecil.
Kalau makan pasti usil
                                Sungguh menyebalkan
                                Ayahnya tak tahan
Ibu heran, dia jahil
Baris 1, 2, dan 5 berima. Ketiga
baris ini memiliki 8 suku kata.
Baris yang lebih pendek (baris
3 dan 4) saling berirama. Suku
katanya berjumlah lima atau
enam
  Epitaph
                Adalah sebuah sajak pendek yang diukir di batu nisan, sajak ini mengenai karakter, kebiasaan, atau kematian orang tersebut.
  Clerihew
                Edmund Clerihew Bentley yang menemukan puisi ini. Aturannya sederhana:
                1. Baris pertama berisi nama orang
                2. Panjang empat, dua bait
                    berirama
                3. Panjang baris lainnya bebas

Puisi Kamera
  Kita dapat menulis puisi dengan mata kita sebagai ‘kamera’.
  Amatilah sesuatu.
  Lihatlah baik-baik!
  Tulislah apa yang telah kalian lihat.
  Peraturan Haiku:
  Panjangnya tiga baris
  Baris 1 terdiri atas 5 suku kata.
  Baris 2 terdiri ats 7 suku kata.
  Batis 3 terdiri atas 5 suku kata.
  Tidak berima.
Ket: Suku kata adalah bunyi (atau unsur) terpisah dalam suatu kata.
  Puisi MemoarPuisi yang berisi hal-hal yang dikenang dari masa lalu.
               
                                Aku ingat, aku ingat,
                Rumah tempatku dilahirkan.
                        Dari jendela yang kecil,
      Surya mengintip di pagi hari….
                                        (Thomas Hood)
                               
  Penulisan Otomatis
  Mengenang sebuah rumah
  Menambahkan refrein
  Puisi tanpa rima
  Mengenang waktu
Tips!
                Jangan pikirkan dulu ejaan, tanda baca, atau kerapihan tulisan saat menulis otomatis. Menuis saja dengan bebas!
Puisi Persona
  Puisi yang ditulis dengan ‘suara’ orang (atau sesuatu yang) lain. Penyair menulis berdasarkan sudut pandang makhluk lain
  Beberapa kata berima, tetapi polanya tidak teratur.
  Berimajinasi
                (Penulis membayangkan dirinya sebagai orang lain dan menuliskan apa yang dipikirkannya)
  Rima yang berbeda
                (Rima tidak muncul teratur. Ada jeda beberapa baris dari baris satu ke baris lainnya)
  Binatang dan Benda-benda
                (Mengutarakan khayalan tentang berbagai makhluk, sehingga seolah “berbicara” di dalam puisi ini)
Bunyi Kata
  Tiruan Bunyi
                (Menggunakan kata-kata yang berbunyi suara aslinya. Disebut onomatope. Misalnya, ‘cicit’ terdengar seperti suara burung.
  Bunyi Vokal Sama
                (Pemakaian kata-kata berbunyi vokal sama secara bersamaan disebut asonansi. Contoh: “kucing kuning berkeliling di tanah kering)
  Huruf Awal Sama
                (Pemakaian kelompok kata dengan huruf awal sama dinamakan aliterasi. Bunyi huruf yang berlainan akan menghasilkan efek yang berbeda)
  Suara Binatang
                (Kata yang menggambarkan suara binatang merupakan tiruan bunyi: auman singa atau lolongan anjing)
Puisi Imajinatif
  Mengunakan imajinasi untuk menentukan karakter, tempat, dan waktu.
  Baris yang menjorok.
  Akhir baris 3 dan 5 berima.
  Empat baris terakhir merupakan chorus atau refrein.
  Mengembangkan Imajinasi
                Kita dapat membayangkan hal-hal yang tidak ada di depan mata. Contohnya mengkhayalkan diri menjadi bintang di langit atau lainnya.
Aktivitas:
                Amatilah baik-baik suatu benda yang digunakan sehari-hari, misalnya pensil. Lurus, ramping dan halus. Bayangkan pensil itu benda lain. Roket misalnya. Dapatkah membayangkannya?
  RiddleAdalah sebuah puisi ‘tebak-tebakan’ tentang seseorang, seekor binatang, atau sebuah benda.
  Riddle Deskripstif
                (Riddle yang disampaikan bukan sekedar teka-teki)
               
  Riddle Akrostik
                (Adalah sebuah puisi yang huruf awal pada tiap barisnya membentuk sebuah kata jika dibaca vertikal (menurun))
Contoh Riddle
  Riddle Deskriptif
                Aku bagaikan mata yang terbuka dan kuning di malam hari.
                Tak pernah berkedip,selalu menatap kebawah.
                Di sela kegelapan tak terbatas.
                Dan, benar-benar dingin. Oh betapa dinginnya aku!
                Tak bernyawa pula! Sungguh!
                Para tamu datang berkunjung
                tapi hanya sejenak.
                Lalu, melesat secepat mungkin
                Tak heran, aku tampak berduka.
                Sendiri dan sedih
                Dalam kegelapan tak terbatas
               
  Riddle Akrostik
                U
                L
                A
                R
               
                Gunakan huruf awal (akrostik) untuk menulis petunjuk.
                Ujung ekorku meliuk diatas rumput
                Lalu, aku…
                Andaikan…
Puisi Berima
  Rima menjadikan puisi lebih ‘musikal’. Itulah sebabnya lagu mengandung rima. Menjadikan puisi lebih enak dibaca dan mudah diingat.
  Pola Berima
  Baris pertama berima dengan baris kedua, baris ketiga dengan baris keempat dan seterusnya.
  Jenis rima lainnya adalah triplet. Tiga rima dalam satu bait berbaris tiga.
  Pola Berbeda
                Pola berima lainnya adalaah bait berbaris empat yang rimanya hanya terdapat di baris ke-2 dan ke-4. Pola ABCB.
  Bait Tanpa Rima
                Sebuah puisi yang tidak berima dan mempunyai panjang baris serta bait yang berbeda di sebut puisi bebas. Hal itu merupakan kesempatan untuk mengungkapkan isi hati dengan leluasa, menjelaskan apa yang kita lihat.

Baca juga:

soal-pilihan-ganda-puisi-kelas-x

unsur-pembangun-puisi

materi-membaca-puisi-kelas-x



2018/08/30

Unsur Pembangun Puisi

Unsur Intrinsik Puisi


www.pixabay.com


Puisi dibangun oleh unsur batin dan fisik (metode) sebagai berikut:

A. Unsur Batin/ Hakikat

1. Tema: tentang apa puisi itu berbicara, atau pokok pikiran yang dikemukakan.

2. Rasa  (feeling): perasaan penyair apakah susah/ sedih, senang/ bahagia, rindu, ragu,haru, kagum, hormat, belas kasihan, setia kawan, iba, kecewa, bimbang, dan sebagainya.

3. Nada (tone): suasana (indah, sacral, mengharukan, bersemangat, mencekam, kacau,  mejengkelakan, dan sebagainya) dan sikap penyair (sinis, kesal, menggurui, meremehkan, mengagungkan, dan sebagainya)

4. Pesan/ amanat: apa nasihat yang hendak disampaikan kepada pembaca, termasuk nilai-nilai apa yang hendak ditanamkan kepada pembaca. Pesan/ amanat puisi pada umumnya tersembunyi di balik tema atau susunan kata-kata yang diungkapkan. Namun demikian dengan memahami apa yang dikemukakan dan bagaimana rasa dan nadanya, pembaca akan dapat menangkap apa sesungguhnya maksud terselubung yang hendak disampaikan. Di samping amanat/ nasihat/ pesan sentral, tidak jarang sebuah karya bermuatan nilai- nilai yang layak dipetik /diteladani dari sudut pandang moral, kemanusiaan (humanism), budaya, ataupun secara religius/ agama.

B. Unsur Fisik/ Metode

1. Rima/ persajakan: persamaan- persamaan bunyi. Persamaan- persamaan bunyi vocal disebut asonansi, persamaan – persamaan bunyi konsonan disebut aliterasi. Persamaan bunyi bisa berada di akhir, tengah, atau di awal kata/ baris. Persamaan bunyi dengan suara- suara alam, misalnya: kokok, cicit, prit, pung, ketipang- ketipung, brak- bruk, sir, dagdigdug, hus,pus, pingpong,  gemerutuk, gemerincing, berdebam, dan sebagainya disebut onomatope.

2. Ritma/ irama: alunan naik turun, panjang pendek, atau keras lemah bunyi yang berulang- ulang atau beraturan sehingga membentuk keindahan. Ritma tercipta oleh adanya perimbangan jumlah frasa, kata, atau suku kata antarkalimat.

Contoh:
Pagiku hilang/ sudah melayang
Hari mudaku/ sudah pergi
Kini petang/ datang membayang
Batang usiaku/ sudah tinggi
(Ali Hasymi)

3. Dengan jumlah kata yang sama dan pemfrasaan yang sama, puisi tersebut menjadi lebih berirama. Dalam puisi-puisi baru, irama tidak hanya diciptakan melalui pemotongan baris seperti di atas, tetapi juga dengan pengulangan kata/ kalimat tertentu untuk mengikat/ menyatukan beberapa baris di belakangnya.

Contoh:
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu …
Tuhanku
Akuhilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing …
(Chairil Anwar)

4. Metrum/ matra: pengulangan tekanan pada posisi- posisi tertentu yang bersifat tetap. Dalam lagu metrum ditandai dengan baris birama, dan tekanan keras pada umumnya jatuh pada awal setiap birama.

5. Diksi: pilihan kata dan pembentukan ungkapan- ungkapan atau penggunaan symbol- symbol secara cermat dari segi bunyi maupun makna sehingga menjadi wahana ekspresi yang maksimal dan bernilai estetis. Karena tiap kata memiliki nuansa makna yang berbeda, kata- kata yang sudah tepat dalam suatu puisi biasanya sangat sulit diganti dengan kata lain.

Diksi erat kaitannya dengan penggunaan kata konkret (concrete word) untuk melahirkan imajinasi (citraan visual, auditif, perabaan, pencecap) yang tajam sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, menyentuh, dan /atau merasa.

Contoh:
Bersandar pada tali warna pelangi
  Kau depanku bertudung surya senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
                     (Chairil Anwar)

6. Gaya bahasa: ciri khas kebahasaan yang digunakan oleh penulis yang mencakup penggunaan struktur kebahasaan, pilihan kata, ungkapan, peribahasa/ bidal/ pepatah, pemakaian slank, dialek, kata arkaik, dan sebagainya. Pemilihan gaya erat kaitannya dengan kesan/ rasa yang akan dibangkitkan oleh penyair.

7. Majas: permainan bahasa untuk memperoleh efek estetis, untuk memaksimalkan ekspressi, serta untuk memperoleh kesan/ rasa tertentu.

Baca juga:

materi-menulis-puisi

materi-membaca-puisi-kelas-x

soal-pilihan-ganda-puisi-kelas-x

2018/08/29

Materi Membaca Puisi Kelas X

MEMBACA PUISI KELAS X
Membaca puisi dengan memerhatikan lafal, tekanan, dan intonasi yang sesuai dengan isi puisi.
Menanggapi pembacaan puisi yang dilakukan oleh teman dalam segi lafal, tekanan, dan intonasi.


www.pixabay.com
PUISI  adalah Salah satu bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa yakni dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya.
Dalam membaca puisi perlu memerhatikan:
Interpretasi (penafsiran)
    Untuk memahami sebuah puisi kita harus dapat menangkap simbol-simbol atau lambang yang dipergunakan oleh penyair. Bila salah dalam menafsirkan makna simbol/lambang, kita dapat salah dalam memahami isinya.
Teknik vokal
    Untuk pengucapan yang komunikatif diperlukan   penguasaan intonasi, diksi, jeda, dan lafal      yang tepat.
Performance (penampilan)
Berani menatap penonton dan mengatur ekspresi yang tidak berlebihan.
Harmonisasi antara mimik dengan isi (maksud) puisi merupakan puncak keberhasilan dalam membaca puisi.
Lafal : cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa yang mengucapkan bunyi bahasa.
Tekanan: kekuatan yang lebih besar pada salah satu bagian ujaran yang membuatnya lebih menonjol daripada bagian ujaran yang lain.
  Contoh:
  tanda  / : jeda pengganti koma
  tanda  //  :  jeda pengganti titik
  tanda  -   :  tekanan keras
  tanda …  :  tekanan lembut
Intonasi  : pola perubahan nada yang dihasilkan pembicara pada saat mengucap kalimat atau bagian-bagiannya.
  Contoh:
  tanda           : intonasi naik
  tanda           : intonasi turun
  tanda   ----  : intonasi datar

Hakikat Puisi
Ada 4 unsur hakikat puisi:
a. Tema
Gagasan pokok yang dikemukakan penyair. Pokok pikiran begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Jika desakan yang kuat itu berupa hubungan antara penyair dengan Tuhan, maka puisinya bertema ketuhanan. Jika yang kuat adalah dorongan memprotes ketidakadilan,  maka tema puisinya kritik sosial. Jika desakan yang kuar rasa belas kasih atau kemanusiaan, maka puisi bertema kemanusiaan.
b. Perasaan dalam Puisi
Perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi mengungkapkan perasaan yang beraneka ragam, mungkin perasaan sedih, kecewa, terharu, benci, rindu, bahagia, setia kawan. Tema puisi yang sama yang dilukiskan dengan perasaan yang berbeda akan menghasilkan puisi yang berbeda pula.
c. Nada dan Suasana Puisi
Nada puisi: sikap batin penyair yang hendak diekspresikan penyair kepada pembaca. Ada nada menasehati, mencemooh, sinis, berontak, iri hati, gemas, dsb.
Suasana : suasana batin pembaca akibat membaca puisi.
d. Amanat Puisi
Maksud yang hendak disampaikan atau himbauan yang hendak disampaikan penyair. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak secara objektif, namun subjektif, artinya berdasarkan interpretasi pembaca.



Bacalah puisi di bawah ini!
SAJAK ORANG MISKIN
Oleh: Ws Rendra

Orang-orang miskin di jalan,
yang tinggal di dalam selokan,
yang kalah di dalam pergulatan,
yang diledek oleh impian,
janganlah mereka ditinggalkan.
Angin membawa bau baju mereka.
Rambut mereka melekat di bulan purnama.
Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala,
mengandung buah jalan raya.
Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa.
Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya.
Tak bisa kamu abaikan.
Bila kamu remehkan mereka,
di jalan kamu akan diburu bayangan.
Tidurmu akan penuh igauan,
dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.
Jangan kamu bilang negara ini kaya
karena orang-orang berkembang di kota dan di desa.
Jangan kamu bilang dirimu kaya
bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.
Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu.
Dan perlu diusulkan
agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda.
Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa.
Orang-orang miskin di jalan
masuk ke dalam tidur malammu.
Perempuan-perempuan bunga raya
menyuapi putra-putramu.
Tangan-tangan kotor dari jalanan
meraba-raba kaca jendelamu.
Mereka tak bisa kamu biarkan.
Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol.
Mereka akan menjadi pertanyaan
yang mencegat ideologimu.
Gigi mereka yang kuning
akan meringis di muka agamamu.
Kuman-kuman sipilis dan tbc dari gang-gang gelap
akan hinggap di gorden presidenan
dan buku programma gedung kesenian.
Orang-orang miskin berbaris sepanjang sejarah,
bagai udara panas yang
selalu ada,
bagai gerimis yang selalu membayang.
Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau
tertuju ke dada kita,
atau ke dada mereka sendiri.
O, kenangkanlah :
orang-orang miskin
juga berasal dari kemah Ibrahim..
Djogja, 4 Februari 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi



Materi Hikayat Analisis Pembahasan

PENGERTIAN HIKAYAT
Menurut KBBI Hikayat adalah karya sastra lama berisi cerita, baik sejarah maupun cerita roman fiktif, yang dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang atau sekedar untuk meramaikan pesta, misalnya Hikayat Hang Tuah, Hikayat Perang Palembang, Hikayat seribu satu malam.

www.pixabay.com

Contoh Karya Hikayat Berunsur Hindu-Islam
1.Hikayat Marakarma/Hikayat Si Miskin
2.Hikayat Serangga Bayu/Hikayat Ahmad
  Muhammad
3.Hikayat Inderajaya/Hikayat Shahi Mardan

Ciri-ciri Hikayat Berunsur Hindu-Islam
Bagian Awal
      Pada peringkat awal atau bahagian awal cerita memperkenalkan latar negeri, latar keluarga dan sebab-sebab watak wira keluar mengembara.
Bagian Pertengahan Cerita
Bagian pertengahan cerita merupakan bagian yang terpanjang ialah kisah mengenai pengembaraan watak utama.
Dalam bahagian ini watak utama/wira terpisah dari istana atau keluarga dan mengembara. Dalam pengembaraannya beliau melalui berbagai-bagai kesusahan, penderitaan,peperangan, dan percintaan.
Watakutama juga melalui berbagai-bagai pengalaman seperti belajar ilmu senjata, kesaktian, serta cabaran-cabaran menyeksakan.
Waktu pengembaraan juga watak wira mendapat bantuan daripada kuasa sakti atau ajaib, sama ada dewa-dewa, jin dan alat-alat sakti.
Bagian Akhir /Penyelesaian
Bagian akhir cerita watak utama berjaya mengatasi
masalah.
Beliau kembali ke istana dan hidup aman bahagia.

Perwatakan
Watak dan Perwatakan
Watak terbahagi kepada dua golongan iaitu watak baik/protagonis dan watak jahat/antagonis. Watak baik terdiri daripada kalangan anak raja, diberi sifat keistimewaan dan kelebihan yang tertentu. Memiliki alat senjata sakti dan lain-lain kesaktian bagi membolehkan watak wira berjaya dalam mencapai hajat dalam masa pengembaraan.
Watak jahat pula merupakan watak penghalang kepada watak baik/wira. Contohnya dalam Hikayat Ahmad Muhammad, watak Nakhoda merupakan watak penghalang kepada Ahmad dan Muhamad.

Dari segi nama watak pula terdapat percampuran dan penyesuaian nama-nama watak Hindu dengan nama-nama watak Islam.

www.pixabay.com
Latar
Latar tempat meliputi alam yang luas dan banyak
negeri-negeri seperti Kenda Kiri, negeri Baghdad, Pulau
Biram Dewa dan sebagainya. Itulah contoh latar dalam
Hikayat Ahmad Muhamad.
Terdapat juga latar kayangan diceritakan, contohnya
ayahnda dan bonda kepada Marakarma dalam Hikayat
Si Miskin berasal dari negeri kayangan.
Selain dari negeri dan alam kayangan terdapat latar
meliputi alam lautan, hutan, bukit dan gunung-gunung

Gaya Penulisan dan Gaya Bahasa
Karya-karya Zaman Hindu-Islam ini banyak
mengandungi istilah-istilah yang terdapat dalam
bahasa Arab-Parsi. Contohnya, syahdan,al-kisah, hatta
dan sebagainya.
Penggunaan nama-nama hindu pula seperti alat-alat
cokmar, dewan, gangga, dewa dan sebagainya.

Pengaruh Islam
Judul karya/cerita
Dari segi judul karya atau cerita, sastera hikayat berunsur Hindu-Islam memakai dua judul yaitu Hindu dan Islam. Contohnya Hikayat Marakarma dikenali juga sebagai Hikayat Si Miskin dan Hikayat Serangga Bayu
juga dikenali sebagai Hikayat Ahmad Muhamad.
Watak
Perwatakan tokoh-tokoh Islam seperti Nabi Sulaiman, Nabi Khaidir, Ahmad dan Muhamad. Nama-nama watak
yang bercorak Arab seperti nama negeri Shahi mardan, wazir dan sebagainya.
Konsep-konsep keislaman
Konsep-konsep Keislaman seperti konsep Allah dan segala sifatnya, konsep syurga dan neraka.
Gaya bahasa
Gaya Bahasa banyak mengunakan istilah-istilah Arab-Parsi dimulai kata Syahdan, alkisah, hatta dan kalakian

Pengaruh Hindu
Unsur-unsur hindu
Nama-nama watak Hindu seperti Shah mardan,Maharaja Asmara Gangga, nakhoda dan sebagainya
Istilah-istilah Hindu seperti cokmar, dewan dan gangga dewa.
Cara perlukisan watak-watak utama iaitu wira dan wiraati dilukiskan ‘putih’ yang penuh dengan kebaikan. Manakala watak jahat dilukis ‘hitam’ penuh dengan kejahatan dan dengki.
Peranan para dewa yaitu peranan Berma Sakti ada persamaan dengan Dewa Visynu
Upacara memuja dewa untuk mendapatkan kuasa ghaib dan sakti
Peranan binatang-binatang atau benda sakti seperti merak,gajah dan panah sakti.
Percaya kepada ahli nujum,contohnya dalam cerita
Hikayat Ahmad Muhamad,nakhoda mempercayai ahli
nujum.

Pembahasan
Hikayat Hindu-Islam berjudul “Hikayat Si Miskin”
Di cerita ini menggunakan beberapa gaya bahasa seperti  kata hatta yang berarti kemudian atau setelah itu, lalu kata alkisah, syahdan , dan masih banyak lagi. Dilihat dari tokoh, cerita ini menggunakan tokoh yang sifatnya ke arah nama Hindu seperti dewa Indera Angkasa, Maharaja Indera Dewa
Hikayat ini masuk hikayat roman. Bedasarkan isinya hikayat ini termasuk dalam jenis hikayat yang berisi cerita sejarah
Di cerita ini banyak menggunakan kata-kata berunsur Islam seperti subhanahu wa ta’ala