Kategori

2019/03/05

Resensi Bukan Pasar Malam


Pasar Malamkah?



Judul                              : Bukan Pasar Malam
Pengarang                      : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit                         : Lentera Dipantara
ISBN                              : 979-97312-12-6
Jumlah halaman             : 104
Novel yang berjudul Bukan Pasar Malam ini mengisahkan tentang seorang pemuda yang memiliki ayah seorang pejuang nasionalis yang memiliki penyakit TBC yang menginginkan anaknya yang di Jakarta untuk kembali ke Blora ( kediaman ayah dan keluarganya). Selama perjalanan ke Blora pemuda tersebut didampingi oleh istrinya yang cantik serta cerewet yang merupakan keturunan pasundan. Sesampainya di Blora sang pemuda pun bertemu dengan ayahnya yang terbaring lemas di rumah sakit akibat TBC nya, saat bertemu tangis haru menyelimuti mereka. Pemuda tersebut merasa sedih melihat ayahnya yang dulu berdiri kokoh, pemimpin perang gerilya yang cerdik, guru yang hebat, politikus kini menjadi makhluk yang tak berdaya. Sang pemuda ingin membawa ayahnya untuk berobat namun dengan kondisi keuangan yang tidak memungkinkan sehingga dari saat itulah sang pemuda mulai menjalin keakraban kembali dengan sang ayah serta adik-adiknya setelah sekian lama berpisah. Suatu hari istri sang pemuda ingin kembali ke Jakarta dengan alasan kondisi keuangan yang tidak memadai, sang pemuda mengiyakannya. Sang pemuda mengutarakan keinginan istinya untuk kembali ke Jakarta kepada ayahnya, namun sang ayah menolaknya dengan memohon kepada sang pemuda untuk tinggal seminggu lagi. Tak terasa waktu seminggu telah berakhir, namun sang pemuda tidak ingin meninggalkan sang ayah karena sang pemuda merasa memiliki kewajiban yang penuh terhadap sang ayah, kejadian yang tak diinginkan pun terjadi juga sang ayah meninggal dunia setelah dibawa pulang kerumah oleh anak- anaknya. Tangis kesedihan pun membanjiri rumah yang tua itu. Setelah ditinggal pergi sang pemuda mendapat banyak pembelajaran bahwa kehidupan didunia ini bukan seperti pasar malam yang berduyun- duyun datang dan berduyun- duyun kembali, melainkan menanti kepergian dengan segala yang mereka lakukan

Kelebihan pada novel bukan pasar malam karya Pramoedya Ananta Toer ini adalah  penulis mampu membuat rentetan cerita yang mengharukan,mengesankan dan penuh dengan renungan sehingga membawa pembaca terhanyut di dalamnya, penulis juga menunjukkan bagaimana kehidupan seorang ayah yang yang rela berkorban demi mempertahankan hak guru serta republik  setelah masa kemerdekaan, dan bagaiman politikus- politikus memperebutkan kekuasaannya dengan melakukan berbagai cara. Penulis juga memaparkan amanat yang bisa dipetik pembaca antara lain bahwa kehidupan itu bukan seperti pasar malam yang ramai dikerumuni orang melainkan ketika hidup dan mati kita selalu sendiri, datang sendiri, pergi sendiri dan yang belum pergi dengan cemas menunggu saat waktunya tiba.

Kekurangan novel Pramoedya Ananta Toer ini telihat dari segi bahasa yang digunakan terlalu berbelit- belit dalam memaparkan isi cerita sehingga membuat pembaca merasa sedikit aneh. bagi pembaca yang awam mungkin akan kurang mengerti dengan bahasa yang digunakan pengarang karena pengarang pada zaman dahulu memiliki penghayatan dalam berbeda- beda dalam menuliskan cerita.


*** Selamat Membaca ***

www.pixabay.com

Baca juga:




Tidak ada komentar:

Posting Komentar