Kategori

2019/03/14

Resensi Supernova Episode : Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh (Dewi Lestari)


Bagi yang Ingin Benar-Benar Hidup



Judul                           : Supernova Episode : Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh
ISBN                           : 978-602-8811-72-9
Penulis                         : Dee Lestari
Penerbit                       : Penerbit Bentang (PT Bentang Pustaka)
Tahun Terbit                : 2012 (pernah diterbitkan dengan judul yang sama pada 2001)
Penyunting                  : Dhewiberta
Perancang Sampul       : Fahmi Ilmansyah
Penata Aksara             : Irevitari dan Bowo
Pemeriksa Aksara        : Intari D. dan Pritameani
Tebal                           : viii + 318 halaman
Dimensi                       : 20 × 13,7 × 1,8 cm
Episode pertama dari serial Supernova yang berjudul Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh ini menandai debut Dewi Lestariyang lebih dikenal dengan nama penanya, Dee Lestaridalam kancah sastra pada tahun 2001. Disusul dengan episode-episode berikutnya, serial Supernova konsisten menjadi best seller nasional dan membawa banyak kontribusi positif dalam dunia perbukuan Indonesia. Kiprah dalam dunia kepenulisan juga telah membawa Dee ke berbagai ajang nasional dan internasional. Hampir seluruh karyanya telah diadaptasi menjadi film layar lebar, termasuk novel ini. Selain menulis buku dan mengisi blog, Dee juga aktif di dunia musik sebagai penyanyi dan penulis lagu.
            Pada sampul novel ini, terdapat simbol Supernova Web dengan lambang jaring laba-laba yang menyiratkan adanya keterkaitan antara masing-masing tokoh, dengan Supernova sebagai pusatnya. Desain sampul yang sederhana membuat novel ini terlihat elegan dan misterius. Kertas yang digunakan sebagai isi buku adalah book paper, yaitu kertas berwarna kekuning-kuningan yang tidak membuat mata lelah. Ukuran teks yang digunakan juga nyaman untuk dibaca. Selain itu, novel ini tidak dilengkapi dengan ilustrasi atau gambar, membiarkan imajinasi pembaca mengalir dengan bebas. Jika dibandingkan dengan karya sejenis, fisik buku ini sudah cukup baik.

Novel ini menceritakan tentang pasangan Dimas dan Reuben, tokoh dalang yang menulis roman dengan judul Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, terinspirasi oleh dongeng anak-anak dengan judul yang sama. Paralel dengan itu, dalam kehidupan nyata, sebuah kisah cinta terlarang terjalin antara tokoh-tokoh utama yaitu Ferre dan Rana. Hubungan cinta mereka merepresentasikan dinamika yang terjadi antara tokoh Kesatria dan Putri dalam fiksi Dimas dan Reuben. Sementara tokoh ketiga, Bintang Jatuh, dihadirkan oleh seorang peragawati terkenal bernama Diva yang memiliki profesi sampingan sebagai pelacur kelas atas. Di pertengahan novel, Diva terungkap sebagai pencetus terbentuknya Supernova, yaitu laman internet yang pada masa itu sedang ramai digandrungi masyarakat, termasuk tokoh-tokoh di novel ini, sebagai laman untuk mempertanyakan banyak hal, mulai dari masalah-masalah sampai makna hidup.

Mengusung tema roman yang dipadukan dengan sains, Dee Lestari menggunakan bahasa ilmiah. Misalnya istilah teori chaos, bifurkasi, turbulensi,  dan lainnya. Istilah-istilah ini dijelaskan dengan berbagai analogi serta footnote yang disematkan di beberapa halaman. Selain itu, novel ini juga menggunakan beberapa majas, seperti litotes, hiperbola, metafora, dan personifikasi. Salah satu contohnya adalah majas metafora yang diucapkan oleh tokoh Reuben, “Ini badai serotonin pertamaku. Gila, rasanya luar biasa,” dimana badai serotonin menyiratkan bahwa ia sedang mabuk obat rekreasional yang mengandung serotonin.

Episode pertama dalam heksalogi Supernova ini dikisahkan melalui sudut pandang orang ketiga yang mahatahu dengan alur campuran. Dee mengangkat latar waktu di tahun 1991 dan tahun 2001. 1991, saat Dimas dan Reuben bertemu di Washington, D.C., Amerika Serikat dan kemudian Reuben membuat ikrar untuk  membuat satu masterpiece, tulisan yg menjembatani semua percabangan sains dalam sepuluh tahun. 2001, saat masterpiece tersebut mulai terealisasikan dalam bentuk sebuah cerita yang dibuat oleh Dimas dan Reuben, sejalan dengan dinamika tokoh Ferre, Rana, dan Diva dengan jangka waktu yang singkat namun padat. Dari awal sampai akhir novel, selalu diselipkan perdebatan-perdebatan antara Dimas dan Reuben tentang kelanjutan cerita.

Latar tempat yang diambil adalah Washington D.C., Jakarta, dan Bandung. Namun, latar yang paling dominan adalah Kota Jakarta. Tempat dimana Ferre dan Rana bertemu, jatuh cinta, dan menjalin hubungan yang akhirnya kandas karena status Rana yang sudah menikah. Setelah berpisah, Ferre dipertemukan dengan Diva yang membantunya untuk kembali pulih. Seiring berjalannya cerita, Ferre akhirnya mengetahui bahwa Diva yang selama itu ia kenal adalah Supernova. Sepanjang novel, terdapat banyak suasana yang muncul, diantaranya adalah senang, sedih, dan mengharukan.

Novel ini mengajarkan kita banyak hal. Salah satunya adalah untuk tidak berprasangka buruk kepada seseorang sebelum benar-benar mengenalnya. Karakter Diva, yang notabenenya adalah seorang pelacur kelas atas ternyata adalah pribadi berpengetahuan tinggi dan memiliki tujuan yang mulia, jauh dari stereotip yang muncul dengan profesi itu. Tokoh Diva memiliki prinsip untuk memilih kemerdekaan daripada uang yang dianggap sebagai tujuan hidup oleh kebanyakan orang. Prinsip itu sangat berbeda dengan apa yang dipegang kebanyakan orang. Menurut saya, memilih uang daripada kemerdekaan akan menghalangi kita dari kebahagiaan, dari hidup yang sebenarnya. Terdapat juga adegan yang secara gamblang mengajarkan kita untuk menghargai cinta, seperti Kesatria yang mencintai Putri dengan sangat tulus. Selain itu, novel ini juga mengandung nilai moral yang sangat kental, nilai cinta, nilai sosial, serta nilai kebebasan.

            Selain menarik dan bernilai, novel ini juga memberi manfaat kepada para pembacanya, yaitu memberi wawasan baru tentang bagaimana kehidupan dikaitkan dengan teori-teori fisika yang tentunya memberi efek yang tentunya tidak biasa pada pembaca. Dengan emosi pembaca yang akan hanyut dan terombang-ambing selama membaca Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh, Novel ini juga dapat menjadi pengalih perhatian dari dunia nyata.

            Konten dari novel ini berhasil dikemas dengan cerdas oleh Dee, walaupun memang terdapat tindakan atau perkataan dari tokoh yang tidak patut untuk dicontoh atau tidak layak menjadi bacaan anak-anak. Sehingga, novel ini lebih cocok dibaca oleh orang dewasa dan remaja lima belas tahun ke atas.
            Novel ini sungguh dapat menceritakan antara kehidupan nyata Reuben dan Dimas sekaligus masterpiece yang mereka tulis, yang direpresentasikan oleh orang-orang di kehidupan nyata, ditambah dengan keterkaitan semuanya dengan teori-teori fisika, memecah batasan fiksi dan nonfiksi. Konsep yang sangat menarik ini merupakan suatu kelebihan yang menonjol, ditambah dengan diksi puitis yang digunakan. Selain itu, saya juga memperhatikan adanya repetisi yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan tersendiri. Kekurangan dari novel ini adalah banyaknya penggunaan kata-kata asing dan bahasa yang sulit dimengerti oleh orang awam.

Menurut saya, secara keseluruhan novel Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh sangat unik, cerdas, dan dapat menggerakkan hati. Saya juga kagum dengan keberanian Dee untuk mengangkat pasangan homoseksual sebagai tokoh penting, saat isu itu dianggap sensitif atau tabu untuk sebagian masyarakat kita. Selain itu, mengikuti perjalanan tokoh-tokoh yang dimulai dari episode pertama sampai terakhir, mengupas sedikit demi sedikit misteri Supernova adalah suatu pengalaman yang sangat menarik bagi saya.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar