A. Tema Cerpen
Tema suatu cerpen dapat diketahui
melalui hal-hal yang dirasakan, dipikirkan, diinginkan, dibicarakan, atau
dipertentangkan para tokohnya. keberadaan tema kemudian diperkuat pula oleh
keberadaan latar dan peran-peran para tokohnya.
Tema antara satu cerpen dengan cerpen
lainnya mungkin saja sama. Tema tentang
percintaan, misalnya. Mungkin Anda telah membaca puluhan atau bahkan ratusan
cerpen yang bertema ini. namun cerpen-cerpen tersebut selalu menarik dan
membuat penasaran pembaca karena tema digarap dari sudut pandang yang
berlainan.
Cuplikan cerpen:
Udara seperti membeku di Edelweiss
Room, sebuah kamar rawat inap, di RS Fatmawati, Jakarta Selatan. Dan, di tempat
tidur yang serba putih, Novia terbaring beku dalam waktu yang juga membeku. Ia
tidak berani menghitung lagi berapa kali jarum jam di ruangan itu melewati
angka dua belas, makin mendekati ajalyang bakal menjemputnya.
Dokter telah memprediksi usianya
tinggal sekitar sebulan karena leukemia yang akut, dan satu-satunya yang ia
tunggu dari kekasihnya adalah sekuntum mawar biru. A, mawar biru. Bukan mawar
merah atau putih. Dan, hanya sekuntum, bukan seikat atau sekeranjang.
Tapi, adakah mawar berwarna biru?
Sang kekasih, Norhuda, sebenarnya tidak yakin. Yang pernah ia lihat adalah mawar
merah, putih, atau kuning. Ketiganya tumbuh dan berbunga lebat di halaman
rumahnya. Tapi, mawar biru? Ia tidak yakin. Bunga berwarna biru yang pernah ia
lihat hanya anggrek bulan dan anyelir. Itu pun bukan persis biru, tapi
keunguan.
Tema cuplikan cerpen tersebut adalah keinginan tokoh seorang
wanita yang terkena leukemia akut untuk mendapatkan mawar biru. Tema tersebut
diketahui melalui pemikiran tokoh Novia sendiri yang diceritakan secara naratif
oleh pengarangnya secara langusng. Tentang keadaan pasien itu sendiri yang
tengah menderita sakit diperkuat oleh penggunaan latar rumah sakit.
B.
Latihan
menentukan tema cerita.
Tentukan tema dari cuplikan-cuplikan cerpen berikut!
1. Pak Ruslan dengan sigap melemparkan
ban-ban dan pelampung. Kardi terbanting ke geladak dengan keras ketika sedang
berusaha mengambil sebuah ban yang tergantung di ujung buritan. Rukmini dengan
wajah pucat berpegang erat pada tiang pintu gbuk. Ia menjerit keras ketika
tiang layar di depannya patah diterjang angin dan terempas ke buritan. Dan,
“BRUAKKK! Gubuk reyot di atas perahu itu pun diempaskan angina dan roboh
menghantam dinding perahu.
2. Kalau benar begitu, apalagi yang
sekarang mereka sakitkan hati? Aku telah lama mengubah sikapku. Tiap ada derma,
aku sumbang. Tiap kesusahan, aku tolong. Tidak seorang pun dari mereka yang
tidak kuundang dalam pesta tadi malam. Kau lihat, kan? Tiga teratak itu penuh
mereka banjiri. Aku yakin mereka telah menerimaku, memaafkanku.
3. “Terus solusinya bagaimana?”
“Kita berempat sudah berunding.
Karena Maya takut gelap, dia harus selalu tidur lebih dulu dari kami tidur
minimal setengah jam sesudahnya supaya ketika kami mematikan lampu, dia sudah
tidur. Kalau dia terlambat berarti risiko dia. Tapi karena kami baik, he … he
…” Siwi tertawa sejenak. “Jika ternyata kami sudah tidur dan dia belum, dia
boleh menyalakan lampu minyak. Nah … biar yang lain tidak terganggu sinarnya
lampu minyak itu, dia pindah ke tempat tidur yang paling ujung. Bergantian
dengan Dinda. Beitu, Bu.”
4. “Pak, pohon papaya di pekaranganku
telah dirobohkan dengan tak semena-mena, tidaklah sepatutnya hal itu
kulaporkan?”
“Itu benar, tapi jangan
melebih-lebihkan. Ingat, yang harus diutamakan adalah kerukunan kampong. Soal
kecil yang dibesar-besarkan bias mengakibatkan kericuhan dalam kampong. Setiap
soal mesti diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Tidak boleh main seruduk. Masih
ingatkah kau pada peristiwa Dullah dan Bidin tempo hari? Hanya karena soal dua
kilo beras, seorang kehilangan nyawa dan yang lain meringkuk di penjara.
Bacod
BalasHapus