KEHIDUPAN HANTU YANG
MENYEDIHKAN
Judul :
William
Penulis :
Risa Saraswati
Penerbit : Bukune
Cetakan :
2017
Tebal : 216
halaman
SINOPSIS
William Van Kemmen,
ia adalah teman tak kasat mata Risa. Ia adalah seorang anak kecil yang berasal
dari negri Belanda dan pindah ke Hindia Belanda karena mengikuti jejak
keluarganya untuk berbisnis. Hidupnya selalu dipenuhi oleh rasa sepi karena
ketidakpedulian orangtuanya. Hingga kematiannya datang, barulah ia merasakan
kebahagiaan dan memulai hidup yang sebenarnya.
KOMENTAR
Judul buku
ini diambil dari nama asli anakya. Pertama kali dilihat, buku berjudul William
ini memiliki sampul yang terlihat misterius dan horror karena diisi dengan
gambar William yang memenuhi hampir setengah buku dan dipadukan dengan satu
jenis warna yaitu hitam. Karena minimnya warna pada cover inilah yang membuat
bayangan-bayangan tentang buku ini pun bertebaran. Tetapi ternyata tidak, buku
ini menceritakan perjalanan pilu seorang William. Jenis kertas yang digunakan
untuk sampul pun tidak kaku dan sangat lembut sehingga pembaca semakin semangat
untuk membaca buku tersebut. Dalam sampul depan juga terdapat sebuah quotes
dengan tinta warna putih yang menambah rasa elegan dan misterius. Kertas yang digunakan pun merupakan kertas
yang ramah lingkungan. Sehingga pembaca tidak merasa tertalu tebal dan merasa bosan.
Masuk ke isi
buku, penulis berhasil menuliskan kisah hidup William yang sangat rinci dan
lengkap membuat para pembaca penasaran akan bab-bab selanjutnya dan sulit untuk
berhenti membaca. Penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga. Dalam setiap
bab terdapat kutipan yang membangkitkan semangat ataupun yang menyayat hati. Alurnya
yang mengalir dan gaya bahasa yang sederhana membuat pembaca mudah menyerap
inti sari yang ingin penulis sampaikan.
Buku ini
tidak hanya menceritakan tentang Willam saja tetapi juga menceritakan
keluarganya yang bahkan tidak pernah menganggapnya ada. Dalam buku ini sosok
Ibu William yang bernama Maria van Kemmen lebih sering diangkat karena ialah
sumber terbesar dari segala cerita kehidupan William yang pilu. Ibu Maria
memiliki watak yang sangat bertolak belakang dengan William. Hal inilah yang
terus dimunculkan oleh penulis sehingga para pembaca benar-benar merasakan
perasaan benci, marah, bimbang yang William rasakan kala itu. Tidak hanya itu,
penulis juga sesekali mengingatkan sosok seorang kakek William yang memiliki
sifat rendah hati yang sama seperti William. Kedua hal ini yang mendorong rasa
penasaran pembaca terhadap kisah-kisah selanjutnya. Sedangkan sosok ayah
William digambarkan dengan jelas dan lengkap yang menunjukan bahwa ia adalah
seorang ayah yang terlalu mencintai istrinya sehingga apapun yang diinginkan
William akan selalu kalah dengan keinginan istrinya. Ia akan merasa sangat
bersalah dan sedih jika istrinya harus mengalah demi ia ataupun William. Hal
ini juga membuat para pembaca merasa iba sekaligus marah terhadap sosok ayah
yang seharusnya lebih tegas dan menjadi tiang dalam keluarga.
Penulis juga
sering mengungkit kegemaran William yaitu bermain biola. Hal ini menjadi
penghibur bagi pembaca ketika dilanda kesedihan akan jalan cerita yang pilu.
Bentuk biola usang milik William pun dideskripsikan dengan lengkap oleh
penulis.
Keadaan akan
kota Batavia dan Bandoeng yang penuh sesak juga dideskripsikan sangat baik oleh
penulis. Sehingga pembaca tidak hanya merasakan perasaan yang William rasakan
tetapi pembaca seolah-olah dibawa ke masa lampau dimana masa penjajahan Belanda
terhadap Indonesia berlangsung. Mulai dari kata jongos, inlander, Hindia
Belanda diperkenalkan kembali kepada para pembaca.
Saat membaca
buku ini, saya benar-benar nyaman dengan pembawaan penulis sulit rasanya
berhenti bahkan untuk semenit saja. Halaman demi halaman tidak ada rasanya
bahkan setengah hari pun tidak sampai untuk menyelesaikan buku ini. Kisah hidup
yang dipenuhi kesepian, sakit hati, marah,kecewa, putus asa benar-benar dapat
saya rasakan dan tersampaikan dengan jelas. Saya merasa bahwa penulis
benar-benar menyampaikan semua curhatan yang William lontarkan dengan maksimal
dengan dukungan latar yang dideskripsikan selengkap mungkin seakan-akan para pembaca benar-benar
menjadi William kedua yang sedang ikut merasakan penderitaan William.
Tetapi
terkadang kutipan-kutipan yang disampaikan penulis kurang sinkron dengan jalan
cerita yang sedang berlangsung. Sehingga maksud dari kutipan tersebut kurang
tersampaikan dengan sempurna. Hal ini yang membuat pembaca mulai kehilangan
penghayatannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar