Bangkit melalui Pendidikan
Hari Pendidikan, Hari Kebangkitan dan Pengumuman UN.
Entah mengapa, menurut saya tiga hal di atas memiliki keterkaitan. Yang membuat
menarik, ketiganya sama-sama menjadi topik hangat dalam bulan Mei ini. Lalu apa
keterkaitannya? Sebenarnya yang mana duluan yang muncul? Pendidikan atau
kebangkitan? Yang mana yang menjadi faktor pemicu? Kalau menurut pengetahuan
saya sih, pendidikan terlebih dahulu. Ada buktinya kok! Ada
sebuah soal pada ulangan mata pelajaran Sejarah di kelas XI IPA yang kira-kira
(karena cara menjawabnya tidak perlu tulis soal, melainkan langsung tulis
jawaban saja. Jadi, ya, saya hanya bisa mengira-ngira bunyi soalnya) berbunyi
“Apa faktor utama yang memicu lahirnya organisasi-organisasi pergerakan
nasional?”
Sempat dibuat bingung, karena hal ini sepertinya tidak
pernah dijelaskan secara eksplisit, maka mulailah murid-murid tersebut memutar
otak, mencoba mengaitkan hal yang satu dengan yang lainnya. Ulangan tersebut
tidak berlangsung lama, sesudah itu langsung diperiksa. Ternyata jawaban yang
benar adalah pendidikan. Karena organisasi modern pertama, yakni Budi Utomo,
didirikan oleh mahasiswa-mahasiswa STOVIA di Jakarta. Seperti kita ketahui
bersama, STOVIA merupakan sekolah kedokteran yang didirikan sejak adanya politik
etis. Sebelum 1920, siswa yang ingin melanjutkan ke pendidikan tinggi semacam
ini harus belajar ke Belanda terlebih dahulu. Berdasarkan tanggal lahirnya Budi
Utomo, kita pasti mengerti bahwa 20 Mei 1908 itu lebih dulu daripada 1920.
Berarti, Sutomo dkk. pernah bersekolah di Belanda. Melihat majunya Belanda,
adanya organisasi-organisasi di sana, tercetuslah pemikiran untuk mendirikan
hal serupa di Indonesia. Sebenarnya tujuan awalnya adalah untuk memperluas dan
meningkatkan pendidikan bagi bangsa Indonesia. Gagasan itu lalu diperluas.
Tetapi, walaupun Hari Pendidikan Nasional meminjam tanggal lahir Ki Hajar
Dewantara, yaitu pada 2 Mei 1899, kan Beliau baru mendirikan perguruan
Taman Siswa pada 3 Juli 1922 (berarti Budi Utomo lahir terlebih dahulu).
Berarti kebangkitan duluan dong? Yaaa… Saya sih dari awal tidak
pernah bilang bahwa Hari Pendidikan lebih dulu muncul daripada Hari
Kebangkitan. Saya bilang pendidikan lebih dulu muncul daripada
kebangkitan.
Nah, terlepas dari dua hal yang kesannya
sudah kuno dan sudah lampau, namun berjasa besar bagi dunia pendidikan masa
kini, yang penting sekarang, bagaimana cara memanfaatkan peluang pendidikan
yang sudah mati-matian diciptakan oleh pendahulu kita? Layaknya kemerdekaan,
kita pun perlu ‘mengisi’ kebangkitan dan pendidikan tersebut. Naaah,
sekarang bisa dihubungkan dengan keberhasilan kakak-kakak kelas XII yang sudah
mendapat pengumuman mengenai nilai Ujian Nasional (UN) mereka. Walaupun UN
sekarang ini bukan lagi penentu mutlak mengenai lulus tidaknya siswa, namun
tetap saja… Kalau ditanya lebih grogi menunggu hasil UN atau hasil Ujian
Akhir Sekolah, rasanya semua lebih deg-degan menunggu hasil UN. Mungkin
karena sesudah mengisi soal dengan teliti, dengan sebaik-baiknya, sisanya
tinggal berserah. Kurang tebalnya bulatan pensil sehingga tidak terbaca di scanner
atau kesalahan mengisi data, hal-hal seperti inilah yang membuat peserta hanya
bisa berserah. Jadi, maksimalkan kesempatan yang ada, karena peluang
mendapatkan ilmu seperti sekarang ini mungkin tidak ada jika tanpa perjuangan
dari para pendahulu kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar