Unsur-unsur Pembangun Cerpen
Unsur pembangun
cerpen dibedakan menjadi dua yaitu, unsur intrinsik adalah unsur yang membangun
cerpen dari dalam, unsur ekstrinsik adalah unsur yang memebangun cerpen dari
luar karya itu sendiri. Mari kita bahas unsur intrinsik cerpen.
1.
Tema
Tema
suatu cerpen dapat diketahui melalui hal-hal yang dirasakan, dipikirkan,
diinginkan, dibicarakan, atau dipertentangkan para tokohnya. keberadaan tema
kemudian diperkuat pula oleh keberadaan latar dan peran-peran para tokohnya.
Tema
antara satu cerpen dengan cerpen lainnya mungkin saja sama. Tema tentang percintaan, misalnya. Mungkin
Anda telah membaca puluhan atau bahkan ratusan cerpen yang bertema ini. namun
cerpen-cerpen tersebut selalu menarik dan membuat penasaran pembaca karena tema
digarap dari sudut pandang yang berlainan.
2.
Amanat
Dalam
cerpen, nilaiyang berharga sering berupa amanat atau pesan-pesan. amant suatu
cerita pendek atau cerpen selalu berkaitan dengan temanya. cerpen yang bertema
percintaan, amanatnya tidak akan jauh dari pentingnya kita saling menyayangi
dan mengasihi sesame ciptaan Tuhan. Cerpen yang bertema ketuhanan, amanatnya
berkisar tentang pentingnya bertakwa kepada Tuhan. Dengan pesan-pesannya itu,
cerpen sungguh bernilai. Kita memperoleh hiburan sekaligus pesan-pesan berharga
untuk bisa menjadi lebih baik dalam kehidupan.
3.
Alur dan Plot
Alur
adalah rangkaian cerita yang bersifat kronologis, dibangun oleh urutan waktu.
Mungkin juga dibentuk oleh urutan keruangan atau spasial. Berdasarkan hal itu,
kemudian dikenal adanya alur progresif atau alur maju. Dalam hal ini, cerita
bergerak runtut dari awal hingga akhir cerita. Ada juga cerita yang bergerak
dari akhir cerita menuju awal atau flashback.
Plot
adalah rangkaian cerita yang mengandung unsur sebab akibat (kausalitas). Plot
inilah yang di dalamnya terkadung konflik-konflik. Konflik yang satu
mengakibatkan timbulnya konflik yang lain. Kehadiran konflik itulah menjadi
penyebab bergeraknya suatu cerita. Tanpa ada konflik, suatu cerita akan menjadi
hambar. Sebaliknya, adanya konflik membuat cerita menjadi menarik dan
menimbulkan rasa penasaran pembacanya.
Macam-macam
konflik:
1.
Konflik batin, bentuk pertentangan
dalam diri seseorang karena dihadapkan pada dua pilihan atau lebih. Misalnya,
konflik dalam menentukan suatu keputusan dalam memilih perguruan tinggi setelah
lulus sekolah. Apakah perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta.
2.
Konflik social, bentuk pertentangan di
antara dua tokoh atau lebih di dalam memperebutkan sesuatu. Misalnya,
perseteruan dua sahabat karena salah paham tentang suatu informasi yang
diterima.
4.
Penokohan
Penokohan
adalah cara pengarang dalam menggambarkan karakter tokoh-tokoh. Ada berbagai
cara untuk mengambarkan karakter tokoh:
· Pengarang menggambarkan watak tokoh
melalui gerak-geriknya atau tingkah laku si tokoh.
·
Pengarang menyebutkan secara langsung
karakter tokoh dalam cerita.
· Pengarang menggambarkan karakter tokoh
melalui perkataan atau dialog antartokoh.
· Pengarang menggambarkan karakter tokoh
melalui perkataan atau dialog antartokoh dan tindakan atau tindak tutur tokoh.
·
Pengarang menggambarkan karakter tokoh
melalui pola piker si tokoh.
·
Pengarang menggambarkan karakter tokoh
melalui tanggapan tokoh lain.
· Pengarang menggambarkan karakter tokoh
melalui gambaran lingkungan sekitarnya.
5.
Latar
Latar
adalah tempat, waktu, dan suasana yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa
dalam cerita pendek. Latar diperlukan untuk memperkuat terjadinya suatu
peristiwa atau alur. Tanpa kehadiran latar, peristiwa dalam cerita itu menjadi
tidak jelas. Pembaca pun menjadi terganggu, bahkan tidak bias menikmatinya
karena cerita tidak jelas keberadaannya.
6.
Sudut Pandang dan Gaya Bahasa
Sesuai
sebutannya, sudut pandang dalam cerita pendek adalah posisi pengarang dalam cerita. Dalam cerpen
sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga (dia-an, nama
tokoh) atau orang pertama (aku-an). Dengan sudut pandang orang pertama,
pengarang akan menyebut dirinya sebagai “aku”. Sementara itu, dengan sudut
pandang orang ketiga, pengarang akan berada di luar tokoh-tokoh dengan
menggunakan kata ganti “dia”.
Gaya
bahasa adalah cara pengarang menyampaikan ceritanya. Sebagai contoh, ada
pengarang yang menggunakan bahasa puitis, ada pula yang menggunakan bahasa
lugas. Gaya bahasa pengarang akan menjadikan ciri khas karyanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar