Legenda Kota Cilegon
Alkisah di sebuah kampung kecil,
hiduplah dua orang kakak beradik yang amat akrab namun suka membuat onar,
sehingga mereka kurang disukai oleh warga
kampungnya. Sang kakak bernama Cai dan sang adik yang bernama Laguna. Mereka hidup
sederhana dan saling menyayangi satu sama lain. Tetapi, mereka belum mempunyai keluarga
masing-masing karena mereka berdua belum memiliki pasangan hidup yang tepat bagi mereka.
Konon, di kerajaaan dekat kampung mereka
hiduplah seorang raja yang memiliki seorang putri yang amat menawan dan baik hati.
Ajeng namanya, ia adalah putri yang disukai oleh semua pemuda desa karena kecantikannya
dan kelembutan hatinya. Pernah dikatakan bahwa putrid Ajeng sering memberi sedekah bagi rakyatnya
yang miskin dan tidak memiliki pekerjaan. Kabar tersebut pun sampai kepada dua saudara
tersebut dan membuat kedua kakak-beradik itu tertarik kepada sosok putri Ajeng.
Keesokan harinya, Caidan Laguna yang
malamnya sudah berencana untuk pergi ke istana raja akhirnya berangkat. Mereka berniat
untuk dating dan melamar putri Ajeng. Meskipun mereka akrab, tetapi kakak-beradik
ini tidak segan-segan jika sedang bersaing. Perjalanan ke
kerajaan tempat sang putri yang sangat ayu dan murah hati tersebut bertempat
tinggal bukanlah perjalanan biasa yang mudah dan sebentar . Begitu banyak
rintangan dan hutan – hutan lebat dengan pohon – pohon besar dan langka mereka
lalui termasuk beberapa orang yang mencoba merampok dan membunuh mereka .
Kemudian,
setelah satu hari yang begitu melelahkan dan penuh perjuangan , mereka
memutuskan untuk bermalam dibawah sebuah pohon rindang ditakuti oleh masyarakat
setempat . Karena mereka bukan berasal dari daerah tersebut , maka berita ini
tidaklah mereka ketahui dan mereka menggunakan pohon ini sebagai tempat
persembunyian dan istirahat . Setelah tertidur lelap , ternyata sekelompok
warga dari kampung dekat hutan tempat pohon gaib tersebut hidup , mendatangi
mereka lalu diam – diam merampas semua barang mereka lalu membawa mereka ke
kampung untuk diikat dan dicari tentang identitas nya karena warga heran dengan
kedua orang yang begitu berani beristirahat dibawah pohon gaib yang berkekuatan
mistis serta menganggu ketenangan warga yang takut akan diberi kutukan oleh
pohon tersebut .
Sesampainya di
kampung kecil di dekat hutan tersebut , sang kepala suku yang begitu dihormati
bernama Mbah Garo. Mbah Garo yang begitu bijaksana pun membangun kan mereka
lalu memberi tahu mereka tentang pohon itu. Dengan suara yang begitu kecil dan
serak, “ Nak , kalian harus tau bahwa pohon ini begitu kuat dan gaib. Tidak
sembarang orang dengan sembarang niat boleh memanfaatkan kekuatannya . Hanya
yang terpilih diperbolehkan menggunakannya. ” Pagi hari pun
tiba , seluruh barang mereka dikembalikan lalu mereka melanjutkan perjalanan
mereka dengan dua kuda yang begitu kuat dan setia .
Sesampainya di istana raja mereka pun
langsung mencari putrid Ajeng dan akhirnya mereka menemukan putrid Ajeng. Mereka pun langsung mencoba melamar
putrid Ajeng. Kecantikannya membuat mereka tidak peduli lagi satu sama lain.
Namun tanpa disangka, putrid Ajeng pun menolak lamaran mereka. Laguna pun
berkata “Wahai putri, tidak bisakah kau beri kami satu kesempatan saja?” putrid Ajeng pun berkata dengan
tegas “Baiklah kalau itu maumu! Aku akan berikan satu syarat, bagi siapa di antara kalian
yang dapat membawa pohon baja ke istana raja, akan kuterima lamaran itu!” Cai
pun berkata “Baiklah putri daku tidak akan mengecewakanmu.” Mereka pun langsung
berangkat dari istana raja mencari pohon baja tersebut.
Saat di perjalanan mereka pun bingung
bagaimana mencari pohon baja tersebut. Namun tiba – tiba mereka teringat tentang
pohon gaib yang dibicarakan Mbah Garo. Mereka pun akhirnya menuju ke tempat pohon
gaib itu. Sesampainya di sana, mereka melihat pohon gaib tersebut, Caidan Laguna pun saling bersaing untuk mengambil
pohon gaib itu. Lalu, mereka memberanikan diri untuk menebang pohon tersebut,
mereka lupa akibat yang akan di timbulkan jika mereka menebang pohon tersebut.
Karena mereka menebang pohon gaib,pohon bajamaka mereka salah satu dari mereka
terkena imbasnya.
Ternyata, Lagunalah yang sial terkena imbasnya. Cai
tidak terima atas kematian laguna, karena baginya, ini adalah kesalahan mereka
berdua. Setelah kematian Laguna Cai menjadi sosok yang murung dan setiap saat selalu
menangis. Dari air mata yang ia keluarkan setiap hari akhirnya terbentuk rawa.
Karena inilah dulu sebagian dari daerah Cilegon terdiri atas rawa dan sedikit
perkampungan/pemukiman.
Nama kampun gkecil yang dikelilingi rawa
itu diambil dari nama mereka yaitu Cai dan Laguna yang digabungkan menjadi
CILEGON. Cai yang berarti air dan Laguna yang berarti lengkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar