Kategori

2019/03/12

Anggun Cipta Sasmi

Aku Bertambah Bangga Dengan Indonesia

Ia  memang lahir dan besar di Indonesia, tapi suara emas Anggun Cipta Sasmi bukan lagi milik Indonesia semata. Penyanyi kelahiran Jakarta, 29 April 1974 ini sudah bertahun-tahun hijrah ke Eropa dan mengembangkan karirnya di sana. Sebagai satu-satunya musisi Indonesia yang albumnya terjual lebih dari 3 juta kopi di Eropa, wajar jika Anggun kini sudah dipandang sebagai penyanyi internasional. Namun bukan berarti ia melupakan asal usul dan tanah airnya. Ia sempat menyinggung kekagumannya terhadap perkembangan Indonesia. Kini ia tengah mengeluarkan albumnya yang keempatbelas, yakni Echoes.
Ia berpendapat bahwa albumnya kini lebih personal karena ia memproduserinya sendiri dan dirilis pertama kali di Indonesia sebelum diluncurkan di dunia. Ia pun masih tetap mengikuti perkembangan musik Indonesia. “Waktu itu aku lihat Vierra, pop ringannya oke banget loh. Terus, aku ngefans sama Kotak, terutama Tantri, pengin duet sama dia.”, kata Anggun, “Ariel juga pencipta lagu yang baik, tetapi terkadang salah kaprah dengan masalah pribadi, padahal filmnya itu menghibur banyak orang. Hehehe.”
Ketika disinggung mengapa ia memilih pindah ke Perancis, ia hanya menjawab kalau disana sistemnya lebih bagus, terutama dalam hal hak cipta yang diperhatikan secara serius. “Di Indonesia terlalu banyak pembajakan, termasuk illegal downloading. Inilah yang membuat industri musik dunia menurun drastis dari segi penjualan. Banyak artis yang kontraknya hilang, Phil Collins, Annie Lenox bahkan Madonna pun harus berjuang agar lagunya diputar di radio-radio.”
Ia juga bercerita tentang fenomena yang terjadi di Indonesia. “Aku tidak terkejut dengan munculnya Shinta-Jojo ataupun Briptu Norman, karena itulah revolusi dalam bermusik, siapapun dapat terkenal dalam 15 menit, jadi sah-sah saja. Malah menghibur kok,” katanya, “aku bukan tipe kacang yang lupa kulitnya. Aku selalu ingin berada di Indonesia, aku rindu sekali dengan kehidupanku di Indonesia, tapi aku punya keluarga dan karirku disana. Jadi aku akan seintensif mungkin untuk berkunjung ke Indonesia.”

Anggun pun menuturkan kebanggaan lainnya dari Indonesia. “Aku pakai bahasa Indonesia dengan anakku, dia mahir sekali bahasa Indonesia. Aku menjadi bertambah bangga. Menurutku kebanggaan bukan dengan memakai batik atau apapun, buatku itu dimulai dengan bahasa. Sebagai anak Indonesia harus bias bahasa Indonesia.” TimTaz setuju banget sama Anggun! Hargai terus budaya Indonesia, karna kalau bukan kita, siapa lagi?!?!

Lulus 100%

A Dag! Dig! Dug! Lulus 100%

Ya, itulah yang dirasakan oleh siswa-siswi kelas XII. Setelah melakukan perjuangan melalui Try Out dan pelajaran tambahan, akhirnya apa yang mereka harapkan terbayar sudah pada tanggal 16 Mei yang lalu. Ketentuan kelulusan untuk tahun ini dinyatakan dengan pengambilan 60% nilai ujian nasional dan 40% nilai ujian sekolah. Anak kelas XII melaksanakan ujian pada tanggal 18-21 April yang lalu. Selama ujian mereka semua terlihat serius dan fokus terhadap diri masing-masing. Seluruh kemampuan dan apa yang telah mereka dapat selama 3 tahun sebelumnya dikerahkan di atas kertas-kertas jawaban yang telah mereka dapatkan. Setelah 4 hari berakhir, terlihat kegembiraan terlukis di wajah siswa-siswi kelas XII. Namun, akhir dari perjuangan mereka belumlah terlihat. Para siswa masih harus menunggu hasil dari Ujian Nasional yang tentu menjadi penentu akhir dari perjalanan mereka atau yang disebut sebagai kelulusan.
 Pada saat hari pengumuman kelulusan, ternyata banyak sekali anak kelas XII yang tegang, takut, dan bahkan sampai mengkhawatirkan nasib kelulusan para siswa kelas XII lainnya. Para siswa kelas XII ada yang ketakutan tidak lulus, namun ada juga yang tegang apakah lulus 100%. Setiap anak kelas XII diberi amplop yang berisi pengumuman kelulusan. Dan setelah diketahui kelulusan 100%, tangisan dan rasa haru mulai bermunculan. Tapi tentunya bukan tangis kesedihan ! Melainkan tangisan kebahagiaan dan penuh rasa syukur, karena tidak ada satupun yang tertinggal. Setelah itu dilanjutkan dengan bersalaman dengan bapak dan  ibu guru. Sampai-sampai mereka masuk ruang guru untuk berterima kasih kepada bapak dan ibu guru.
“Awalnya tegang banget! Suasananya itu lho! Ditambah lagi guru-guru raut mukanya gak ada senyum-senyumnya, malah yang ada bikin makin gugup. Apa iya ada yang gak lulus? Malah temen gue banyak yang datang telat lagi. Jadi, disangka beneran ada yang gak lulus Eh, ternyata lulus semua. Hehe…”, kata Zerica dengan gembira waktu ditanya kesannya.
“Beh, senang banget tentunya. Berarti perjuangan gue tiga tahun gak sia-sia and nilai gw cukup memuaskan. Haha…”, kata Erika ketika Tim Tazmania juga menanyakan kesanya saat diberitahukan hasil pengumuman.
Tiga tahun sudah selesai perjuangan anak-anak kelas XII. Kerja keras, keberhasilan maupun kegagalan yang telah dialami sebelum ujian nasional ternyata berbuah manis dan menghasilkan nilai-nilai yang cukup memuaskan. Ditambah lagi tidak ada yang tertinggal alias lulus semua. Selamat ya atas kelulusan kalian!
Namun bagaimana dengan anak-anak kelas X dan XI? Pastinya kita semua berharap atas kenaikan kelas seluruh siswa secara 100% pula. Harapan tersebut dapat terbukti pada tanggal 10 Juni 2011 sebagai hari penerimaan hasil kerja keras para siswa selama 1 tahun. 

2019/03/11

Ranking 1


Ranking 1

www.pixabay.com

Kalau mendengar kata “rangking” sudah pasti yang terbesit di pikiran kita, semua adalah orang-orang terpilih yang biasanya pintar di segala bidang, apalagi ranking 1. Nah, pada Rabu, 2 Mei 2012 lalu, SMA Tarakanita Gading Serpong merayakan Hari Pendidikan Nasional dengan upacara yang dipimpin oleh guru-guru dan Lomba Ranking 1. Tidak biasanya guru menjadi petugas upacara sehingga upacara pada hari itu terasa sangat spesial.

Setelah upacara, kegiatan yang terjadwal berikutnya adalah pelaksanaan seleksi Lomba Ranking 1 di kelas masing-masing. Seleksi dilakukan selama kurang lebih 20 menit dengan peserta seluruh siswa SMA Tarakanita Gading Serpong. Soal-soal seleksi berisi soal-soal kelas X yang dikemas dari berbagai mata pelajaran sehingga memberikan keuntungan tersendiri bagi siswa-siswi kelas X karena masih “fresh”. Pelajaran yang diujikan mulai dari mata pelajaran IPA, IPS, bahasa, sampai olahraga dan PKT. Banyak tanggapan dari masing-masing siswa, ada yang tertawa dengan melihat soal-soal seleksi, ada juga yang merasa kebingungan karena ada soal yang sudah lama tidak dipelajari, ada yang terlihat pasrah dengan soal-soal yang diberikan, ada pula yang berpikir keras untuk memanggil kembali memori yang sudah lama terpendam, bahkan ada yang dengan mudah mengisi jawaban tersebut. Menurut beberapa siswi, soal yang tersulit adalah soal yang menanyakan nomor punggung Bambang Pamungkas di Klub Persija. Jawaban dari soal tersebut adalah nomor 20. Banyak siswi yang menjawab 10, 11, 29, dll. Tak hanya siswi, siswa pun juga berpikir demikian. “Abis kalo nomor punggung Tsubasa kan 11, jadi gue ngikutin aja”, ujar James XI IPA 2 setelah mengisi soal seleksi. Padahal nomor punggung Tsubasa dalam timnya adalah 10. Nomor 11 merupakan kepunyaan Misaki. Setelah seleksi selesai dilakukan, 20 orang terbaik dari kelas X,  15 orang terbaik dari kelas XI dan 10 orang terbaik dari kelas XII diadu kembali untuk memperebutkan gelar Ranking 1 SMA Tarakanita Gading Serpong. Acara final Ranking 1 diselenggarakan di Aula lantai 4. Semarak penonton dari masing-masing angkatan mendukung jagoan mereka masing-masing. Sayangnya acara berlangsung lebih monoton setelah pertanyaan mematikan kedua yang dilontarkan oleh pembawa acara. Pertanyaan tersebut menumpas hampir semua peserta Ranking 1 sehingga hanya tersisa 3 finalis yang semuanya berasal dari kelas X, yaitu Philip dari kelas XD, Wina dari kelas XE, dan Cecil dari kelas XE. Lomba juga diselingi dengan penampilan band dari kelas XII, kelas XI, dan kelas X untuk menghibur para penonton agar kembali bersemangat untuk mengikuti acara selanjutnya. Pertarung-an yang ketat diperlihatkan oleh ketiga finalis.

Akhirnya setelah melewati berbagai pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, Philip berhasil menjadi Ranking 1, Cecil menjadi Ranking 2, dan Wina menjadi Rangking 3. Ketiga pemenang langsung diberikan hadiah pada saat itu juga. “Sebenarnya gue cukup kaget dan gak nyangka. Aslinya gue tuh niat gak niat gitu, apalagi pas babak kedua, pas tahu gue harus ngelawan senior-senior. Gue pikir jalanin aja, just for fun. Hahaha. Tapi seiring peserta lain pada gugur, tinggal sisa sedikit (termasuk gue), baru deh gue niat. Soalnya gue udah sejauh itu, jadi gak boleh gugur juga. Jadi gue usahain mati-matian sampai menang. Gitu aja sih”, tutur Philip mengenai kemenang-annya. Semoga dengan adanya lomba Rangking 1 ini, semangat para siswa untuk terus menimba ilmu pengetahuan dalam hidupnya semakin tinggi. Salam pendidikan!



Valentine Event


Tarki’s Love Anthem

www.pixabay.com

Seperti yang telah kita ketahui bersama, acara yang judulnya digagas oleh Dio, Adi dan Novandry ini merupakan acara Hari Valentine yang diselenggarakan OSIS.

Mulai dari pagi hari, 14 Februari 2012 sudah diwarnai nuansa penuh cinta kasih. Di lobby, Bapak Ibu Guru menyambut kedatangan para siswa yang bersemangat untuk menghadapi pelajaran hari itu. Tak jauh dari barisan guru, berdirilah beberapa pengurus OSIS yang membagi-bagikan bungkusan berisi permen sambil mengucapkan “Happy Valentine’s Day, ya!” Nampaknya OSIS ingin menunjukkan perwujudan kasih kepada seluruh siswa SMA Tarakanita Gading Serpong, sesuai dengan makna perayaan Valentine’s Day itu sendiri.

Jasa-jasa yang ditawarkan OSIS kali ini lumayan bervariasi. Tidak hanya dudu, ada juga TiCi (Titipan Cinta). Selain itu, OSIS juga menjual bunga, baik plastik maupun asli. Namun untuk bunga mawar asli, harus dipesan terlebih dahulu. TiCi menawarkan jasa pe-ngiriman dudu dan bunga bagi yang terlalu sibuk atau pun tidak berani memberikan sendiri ke orang yang dituju.

Namun, nampaknya dudu masih menjadi hal yang mendominasi acara Valentine dari OSIS tahun ini. Rasanya… kurang mengesankan. Sebenarnya apa yang membuat acara Valentine tahun ini kurang meriah?

 Menurut salah seorang pengurus OSIS, hal ini disebabkan kurangnya dana, kurang support dan kurangnya persiapan. Rapat baru diadakan beberapa minggu menjelang Hari Valentine. Meski begitu, kita pantas mengapresiasi usaha yang telah dilakukan teman-teman pengurus OSIS.

Dari semua jasa yang ditawarkan pengurus OSIS, dudu dan bunga plastik adalah produk yang paling laku, dan tahukah kalian? Dudu, bunga plastik dan bunga mawar asli pun bisa dikirim ke sekolah lain. Ada beberapa murid kelas 10 yang meminta jasa ini. Beberapa dari sekolah yang dituju ialah Ora Et Labora dan Dharma Putera. Pengiriman ke Ora Et Labora dilakukan oleh sang sukarelawan, Edward dari kelas XI IPS 2.

Tepat pada Hari Valentine, terlihat kartu-kartu berwarna pink berbentuk hati yang menghiasi papan berwarna-warni di depan ruang kelas XB. Banyak yang memperuntukan dudu-dudu mereka ke teman-teman sepermainan, pacar dan beberapa guru favorit. Namun sayangnya beberapa pengirim dudu untuk guru-guru merahasiakan identitasnya.

Itulah sepintas mengenai Tarki’s Love Anthem kali ini. Semoga perayaan Hari Valentine tahun berikutnya lebih seru lagi!



Pelantikan PMR


 Pelantikan PMR

www.pixabay.com

Pelantikan anggota ekskul PMR tahun ini berlangsung dua hari, yaitu pada 3-4 Fe-bruari 2012. Acara yang kebanyakan mengambil tempat di gedung SMA Tarakanita Gading Serpong ini diikuti 25 peserta. Menurut salah seorang panitia, pelantikan tahun ini terasa lebih berarti dan seru. Rupanya pelantikan tahun lalu bisa dibilang terasa hambar. Secara garis besar, kegiatan yang berlangsung hanya ujian praktik singkat, lalu dilantik. Apa yang beda dari pelantikan tahun ini? Mari kita tilik acara-acara yang berlangsung!

            Pada hari pertama, terdapat kegiatan mapping. Apa itu mapping? Jadi, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok, lalu diberi petunjuk atau clue. Mungkin bisa dibilang sejenis Scavenger Hunt kecil-kecilan. Setiap petunjuk yang berhasil ditemukan berisi petunjuk berikutnya. Setiap kelompok lalu mengikuti petunjuk untuk mencapai tempat yang dimaksud, di sana ada petunjuk berikutnya. Mapping ini berujung di Ruang Marching Band SMA. Di manakah Ruang Marching Band? Ruang ini terletak di samping Ruang Dance atau yang sering juga disebut Ruang Kaca. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih kerja sama antar-anggota kelompok.

www.pixabay.com

            Pada dini hari, sekitar jam 2 pagi, semua peserta dibangunkan dari tidur mereka. Mereka harus mendatangi tiga buah pos yang telah disediakan. Pos pertama disebut Pos Prinsip yang terletak di jalan menuju lobby (drop off SMA). Di sana diajarkan 7 prinsip PMR. Kegiatan ini juga didampingi oleh anggota PMI langsung. Pos kedua adalah Pos Motivasi. Pos ini bertempat di tempat parkir guru SMA. Sesuai namanya, di pos ini diberikan motivasi-motivasi. Pos ketiga adalah Pos Mental yang bertempat di lapangan upacara SMA. Di sini mental para calon lantikan diuji. Mereka harus benar-benar serius ingin menjadi anggota PMR yang baik.

            Hari kedua—yang juga merupakan hari terakhir— diisi dengan kegiatan presentasi mengenai metode-metode yang biasa digunakan dalam penyelamatan ala PMR. Setiap kelompok juga ditugaskan untuk membawakan satu buah permainan. Setelah itu, diadakan gladi bersih apel penutupan. Acara puncak pun tiba, yakni apel penutupan. Di bagian ini, dilakukan prosesi pelantikan yang terdiri dari penyiraman dan pemberian syal dan pin. Tapi penyiraman di sini bukan seperti disiram sewaktu MOS. Penyiraman yang ini bernuansa… sakral. Anggota calon lantikan bersujud lalu disiram dengan air bunga. Di acara siraman ini, semua orang boleh berpartisipasi. Orang tua pun boleh menjadi penyiram anaknya.
www.pixabay.com




2019/03/08

Hardiknas dan Harkitnas

Bangkit melalui Pendidikan

www.pixabay.com

Hari Pendidikan, Hari Kebangkitan dan Pengumuman UN. Entah mengapa, menurut saya tiga hal di atas memiliki keterkaitan. Yang membuat menarik, ketiganya sama-sama menjadi topik hangat dalam bulan Mei ini. Lalu apa keterkaitannya? Sebenarnya yang mana duluan yang muncul? Pendidikan atau kebangkitan? Yang mana yang menjadi faktor pemicu? Kalau menurut pengetahuan saya sih, pendidikan terlebih dahulu. Ada buktinya kok! Ada sebuah soal pada ulangan mata pelajaran Sejarah di kelas XI IPA yang kira-kira (karena cara menjawabnya tidak perlu tulis soal, melainkan langsung tulis jawaban saja. Jadi, ya, saya hanya bisa mengira-ngira bunyi soalnya) berbunyi “Apa faktor utama yang memicu lahirnya organisasi-organisasi pergerakan nasional?”

Sempat dibuat bingung, karena hal ini sepertinya tidak pernah dijelaskan secara eksplisit, maka mulailah murid-murid tersebut memutar otak, mencoba mengaitkan hal yang satu dengan yang lainnya. Ulangan tersebut tidak berlangsung lama, sesudah itu langsung diperiksa. Ternyata jawaban yang benar adalah pendidikan. Karena organisasi modern pertama, yakni Budi Utomo, didirikan oleh mahasiswa-mahasiswa STOVIA di Jakarta. Seperti kita ketahui bersama, STOVIA merupakan sekolah kedokteran yang didirikan sejak adanya politik etis. Sebelum 1920, siswa yang ingin melanjutkan ke pendidikan tinggi semacam ini harus belajar ke Belanda terlebih dahulu. Berdasarkan tanggal lahirnya Budi Utomo, kita pasti mengerti bahwa 20 Mei 1908 itu lebih dulu daripada 1920. Berarti, Sutomo dkk. pernah bersekolah di Belanda. Melihat majunya Belanda, adanya organisasi-organisasi di sana, tercetuslah pemikiran untuk mendirikan hal serupa di Indonesia. Sebenarnya tujuan awalnya adalah untuk memperluas dan meningkatkan pendidikan bagi bangsa Indonesia. Gagasan itu lalu diperluas. Tetapi, walaupun Hari Pendidikan Nasional meminjam tanggal lahir Ki Hajar Dewantara, yaitu pada 2 Mei 1899, kan Beliau baru mendirikan perguruan Taman Siswa pada 3 Juli 1922 (berarti Budi Utomo lahir terlebih dahulu). Berarti kebangkitan duluan dong? Yaaa… Saya sih dari awal tidak pernah bilang bahwa Hari Pendidikan lebih dulu muncul daripada Hari Kebangkitan. Saya bilang pendidikan lebih dulu muncul daripada kebangkitan.

Nah, terlepas dari dua hal yang kesannya sudah kuno dan sudah lampau, namun berjasa besar bagi dunia pendidikan masa kini, yang penting sekarang, bagaimana cara memanfaatkan peluang pendidikan yang sudah mati-matian diciptakan oleh pendahulu kita? Layaknya kemerdekaan, kita pun perlu ‘mengisi’ kebangkitan dan pendidikan tersebut. Naaah, sekarang bisa dihubungkan dengan keberhasilan kakak-kakak kelas XII yang sudah mendapat pengumuman mengenai nilai Ujian Nasional (UN) mereka. Walaupun UN sekarang ini bukan lagi penentu mutlak mengenai lulus tidaknya siswa, namun tetap saja… Kalau ditanya lebih grogi menunggu hasil UN atau hasil Ujian Akhir Sekolah, rasanya semua lebih deg-degan menunggu hasil UN. Mungkin karena sesudah mengisi soal dengan teliti, dengan sebaik-baiknya, sisanya tinggal berserah. Kurang tebalnya bulatan pensil sehingga tidak terbaca di scanner atau kesalahan mengisi data, hal-hal seperti inilah yang membuat peserta hanya bisa berserah. Jadi, maksimalkan kesempatan yang ada, karena peluang mendapatkan ilmu seperti sekarang ini mungkin tidak ada jika tanpa perjuangan dari para pendahulu kita.