Kategori

2018/04/16

Resensi Stephen Hawking

Stephen Hawking





JudulBuku                       : A Brief History Of Time Stephen Hawking.
Penulis                             : Stephen Hawking.
Alih bahasa Indonesia     : Zia Anshor
Penerbit                           : Writers House, LLC and Maxima Creative Agency dan di terbitkan kembali dalam bentuk terjemahan Bahasa Indonesia oleh PT Gramedia Pustaka Utama.
Jumlah Halaman              : 151 halaman.
Cetakan                           : 2013 (Stephen Hawking) dan 2014 (oleh Gramedia).
ISBN                               : 978-602-03-0006-1

Stephen Hawking seorang professor yang mendunia tentang ilmu fisikanya, telah banyak menjalani berbagai masa-masa di hidupnya. Keadaan seorang manusia tak luput dari jatuh bangun. Demikian juga Stephen Hawking. Melalui buku ini, Stephen menceritakan kisah-kisah hidupnya dari sejak ia masih kecil sampai ia menjadi profesor. Saat ketika ia susah, sampai ia jatuh sakit dan terbaring di kursi roda karena terjangkit ALS, dan bertemu dengan Jane seseorang yang bisa menerima dirinya apa adanya hingga memiliki keluarga kecil semua tertuang di dalam buku ini. Lika-liku hidupnya menceritakan seberapa kerasnya ia memperjuangkan gelar Ph.D. nya.
Menurut saya, buku karya Stephen Hawking ini terasa sangat berkesan dan terasa nyata karena ditulis sendiri oleh yang punya ceritanya. Jadi pengalaman dan alurnya pun terasa sangat sungguhan dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata yang dipilih sangat santai, sehingga pembaca pun tidak terlalu bingung dan berat membacanya. Alur dan jalannya sangat menarik, banyak konflik yang menarik juga, alur ceritanya pun naik turun sehingga pembaca pun terkesan dengan konflik baru yang ditimbulkan setelah konflik sebelumnya telah reda.
Terlebih pada bagian bab ketika Stephen ingin menyerah kepada hidupnya karena ia di diagnosis terjangkit ALS dan ternyata ia malah menemukan istrinya yang memberikan ia kembali semangat hidup untuk terus mengejar gelar Ph.D. nya. Tetapi sayangnya buku ini ada beberapa bab yang membahas tentang teori-teori fisika yang ia teliti sehingga sulit dipahami dan kurang menarik bagi orang awam terlebih bagi orang yang tidak menyukai fisika.
Buku ini tertulis banyak kejadian yang dialami oleh Stephen Hawking yang bisa dijadikan inspirasi bagi para pembacanya. Mengajarkan kita untuk tetap berusaha dan tidak menyerah kepada kehidupan walaupun keadaan sulit sekali pun melanda. Dan member contoh tentang seberapa kerasnya dia berusaha  demi meraih gelar profesornya dengan melewati lika-liku kehidupan. Buku ini juga mengandung banyak ilmu pengetahuan, khususnya fisika.


Resensi Kartini

KARTINI




Judul                    : Panggil Aku Kartini Saja
Penulis                : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit               : Lentera Dipantara
Jumlah halaman : ix + 295
TahunTerbit       : 1997
ISBN                   : 979-979-3820-05-7

          Kalian pasti tahukan pahlawan wanita yang satu ini. Kartini namanya. Beliau adalah pahlawan wanita yang memperjuangkan emansipasi wanita. Bagi kalian yang belum tahu artinya, emansipasi adalah memperjuangkan martabat kesederajatan kaum baik pria maupun wanita. Inilah yang diperjuangkan Kartini selama masa hidupnya yang dituangkan dalam buku Panggil Aku Kartini Saja. Buku ini menceritakan tentang Kartini semasa hidupnya dari awal dimana beliau dilahirkan dari sepasang ningrat yang hidupnya sangat berkaitan erat dengan kebudayaan Jawa. Di sini juga diceritakan mengenai keadaan tempat Kartini dibesarkan di mana banyak penderitaan yang dialami oleh rakyat akibat Cultuur stelsel pada zaman Belanda. Buku ini mengajarkan kita bahwa pendidikan adalah hal nomor satu dalam hidup sebagai bekal masa depan.
          Secara garis besar, penulis sangat ahli dalam menggambarkan situasi di dalam buku. Seolah-olah pembaca sedang berada di situasi tersebut. Tetapi yang mengganggu kesempurnaan buku ini adalah hilang jilid buku III dan IV karena dibakar oleh Angkatan Darat padatahun 1965 karena Vandalisme. Tetapi mau bagaimana pun buku ini sangat perlu dibaca oleh para wanita agar kelak dapat mencontoh perilaku beliau yang pantang menyerah dalam memperjuangkan hak yang menjadi miliknya.

Resensi Biografi Filsuf Yunani

Filsuf Yunani Paling Berpengaruh




Judul Novel          : Biografi Filsuf Yunani Paling Berpengaruh
Penulis                 : Aloysius Germia Dinora
Penerbit               : SOCIALITY
Jumlah Halaman   : 212
Tahun Terbit        : 2017
ISBN                   : 9778-602-6595-91-1


Perjalanan panjang seorang filsuf telah memberikan dampak keilmuan dunia saat ini. Perubahan terhadap sudut pandang, sikap kritis, dan penemuan-penemuan teknologi yang mutakhir tidak terlepas dari mahzab para filsuf dalam mengemukakan gagasan dan pikirannya.

Socrates, Plato, dan Aristoteles sudah menyumbangkan ilmunya bagi dunia.Lalu sebenarnya apa yang bisa dipahami mereka? Bukanlah untuk sebagian orang, belajar filsafat adalah hal yang membosankan?

Aloysius Germia Dinora, pria kelahiran Barito Selatan, 8 Desember 1993 ini menyelesaikan studi Ilmu Komunikasi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta.Memiliki nama pena Dinora, penulis memiliki ketertarikan dalam berbagai ilmu sosial mulai dari komunikasi, sejarah, budaya, filsafat dan psikologi

Untuk mengenal lebih dekat mengenai Filsuf Yunani Kuno, karena memberi fondasi yang kuat dalam dunia filsafat, dan juga untuk belajar filsafat berdasarkan biografi ketiga pesohor filsafat dunia.


Resensi Buku Dr. Oen

Dr. Oen, Pejuang dan Pengayom Rakyat Kecil



Judul Buku      :  Dr. Oen, Pejuang dan Pengayom Rakyat Kecil
Penulis             :  Ravando
Editor              :  Mahatma Chryshna
Penerbit           :  Kompas
Cetakan           :  I, 2017
Tebal Buku      :  xxix + 272 halaman

            Novel ini bercerita tentang riwayat hidup seorang tokoh medis yang hidup dengan menolong sesama tanpa pamrih, beliau juga membaktikan seluruh hidupnya untuk kemanusiaan, tanpa kenal lelah melayani sesama dalam berbagai kalangan yang membutuhkan pertolongannya. Dan di dalambukuini juga terdapatsumberpendukungsertafotountukmengajak para pembaca ikut ke dalam perjalanan hidup dan perjuangan Dr.Oen.
            Penulis buku ini, Ravando adalah seseorang yang memiliki minat meliputi studi tentang etnis Tionghua di Indonesia. Ia mengabdi sebagai asisten pengajar dana sisten peneliti di Universitas Gadjah Mada, ia juga aktif sebagai mentor sejarah bagi siswa SMP/SMA se-Yogyakarta. Beberapa artikel dan resensi yang ditulisnya pernah dipublikasikan di berbagai penerbit terkemuka di Indonesia, seperti Kompas dan Historia.
            Buku ini memotivasi pembaca dan para dokter muda untuk melakukan hal yang berguna seperti apa yang dilakukan oleh Dr.Oen dan pada bab 1 buku ini sangat berkesan bagi saya karena kita dapat melihat perjuangan Dr.Oen untuk menjadi dokter tanpa pamrih walaupun beliau harus menentang keluarganya sendiri.

            Buku ini cocok dibaca para remaja dan khususnya para dokter muda karena dapat memotivasi dan membenarkan niat para dokter muda sebagai dokter yaitu bahwa “Tugas seorang dokter hanyalah menyembuhkan orang sakit, tiada yang lain.” –Dr.Oen

Baca juga:

resensi-soekarno-is-great-lover

2018/04/12

Legenda Sungai Cisadane

Legenda Sungai Cisadane


sumber: pixabay.com
Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang gadis desa yang diberikan kecantikan yang sangat menawan. Amat cantik jelita rupa wajahnya. Tapi wajahnya yang cantik mempunyai perilaku sang putrid sangat buruk dan tidak terpuji. Merasa dirinya merupakan anak kepala desa, gadis desa ini sangat manja. Segala keinginannya harus dituruti. Jika tidak dituruti ia akan mengamuk dan marah-marah. Gadis desa ini juga dikenal sebagai orang yang sangat pemalas. Ia menghabiskan waktunya untuk berdandan dan kemudian mengagumi kecantikannya sendiri. Salah satu sifat buruk lain dari sang gadis adalah kesombongannya. Sang gadis merasa dia adalah perempuan yang paling sempurna dari perempuan yang ada di desa itu.
Gadis desa itu pernah meminta sebuah kebun yang besar milik sahabatnya itu setelah dia meminta dengan paksa. Kebun itu sangat subur, yang terletak di kaki gunung. Selain luas dan indah kebunnya itu juga dilengkapi dengan sumur yang sangat dalam dan airnya tak habis-habis. Berbagai tanaman pokok ditanam di kebun yang indah dan luas itu. Serasa untuk melengkapi keindahannya, terdapat sebuah sungai  di dekat itu.
Sungai di dekat kebun berair sangat jernih dapat digunakan untuk berkaca. Jika sang gadis berada di taman, sang gadis akan mandi di sungai itu. Sang gadis tidak memperbolehkan siapa pun untuk mandi di sungai itu tanpa izin langsung darinya. Gadis desa itu meminta ayahnya untuk menjatuhkan hukuman yang berat kepada siapapun yang mandi di sungai itu tanpa izinnnya.
Pada suatu hari sang gadis berada di tamannya seperti biasanya, sang gadis itu mandi di sungai itu sendirian. Temannya bahkan tidak diperbolehkan untuk mendekati sungai tersebut. Sang gadis seperti ingin menguasai sepenuhnya sungai itu sendirian. Dia tidak mau berbagi dengan siapa pun juga.
Ketika sang gadis tengah mandi, seorang perempuan tua berpakaian compang-camping dating ke sungai itu. Entah darimana asal si perempuan tua karena mendadak dia muncul dekat sungai. Perempuan tua itu terlihat seperti dia ingin mandi atau mencuci muka di sungai itu.
Sang gadis sangat kesal melihat si perempuan tua berpakaian compang-camping itu. Dia segera dating ke hadapan si perempuan tua. Katanya dengan wajah kemarahannya dan sambil menunjuk si perempuan tua. Sang gadis bertanya kepada si perempuan tua itu mengapa ia ada di sini tapi perempuan tua hanya terdiam dan menatap heran pada sang gadis. Sang gadis pun kembali bertanya kepada si perempuan tua mengapa ia ke sungai ini. Si perempuan tua masih tetap terdiam. Dia seperti kebingungan dan keheranan mendengar bentakan sang gadis.
Si gadis itu langsung memaki-maki perempuan tua itu dia mengatakan “Dasar kau tuli dan buta. Sungai ini hanya khusus untukku, bukan untuk perempuan tua dekil seperti engkau. ”Si perempuan tua tetap terdiam. Bibirnya tampak gemetar seperti sedang menahan marah.
Melihat si perempuan tua tetap terdiam dan juga tidak pergi, sang gadis sekali lagi memaki perempuan tua itu dengan kasar.” Perempuan dekil, cepatlah pergi menjauh dari sungai ini! Pergi! Air sungai yang jernih ini akan kotor terkena tubuhmu yang dekil dan bau!”
“Betapa sombongnya engkau ini.” Akhirnya keluar juga ucapan dari si perempuan tua.
“Apa katamu!?” Sang gadis langsung menyela. “Apakah kau tidak tahu saat ini sedang berbicara dengansiapa?”
“Aku tahu. Aku tengah berhadapan dengan seorang gadis yang paling cantik di desamu” Jawab si perempuan tua. ”Tapi apa karena engkau seorang gadis yang cantik berhak bertindak semaumu terhadap orang lain?”
“Apa urusanmu?” sang gadis bertambah marah.”Aku gadis desa yang paling cantik, aku bebas berbuat apapun yang aku suka, termasuk mengusirmu! Pergi engkau hai perempuan dekil buruk rupa.”
“Engkau memang gadis yang cantik, namun tidak seharusnya berbuat semaunya dan merasa sombong. Engkau tetaplah seorang manusia adanya. Ucapan kasarmu itu tidak layak diucapkan oleh manusia. Ucapanmu sangat berbisa dan hanya ular yang berbisa yang bisa mengeluarkan kata-kata seperti itu”
Setelah si perempuan tua selesai berbicara seperti itu, tiba-tiba terjadi sesuatu yang aneh. Langit mendadak berubah menjadi gelap dan petir menyambar, sangat menakutkan untuk dilihat. Tiba-tiba cahaya menyilaukan mata menerangi langit yang gelap dengan petir yang menggelegar menghantam tubuh sang gadis. Lalu tubuh gadis itu terpental dan berubah menjadi seekor ular berbisa. Gadis cantik itu kena kutukan menjadi ular berbisa karena kesombongannya.
Ular jelmaan gadis itu terlihat sangat sedih. Ia menangis dan menyesali perbuatannya. Lidahnya terlihat bergerak-gerak dan suaranya mendesis seolah meminta maaf atas sombongnya dia kepada si perempuan tua itu. Namun, airmata penyesalan tinggallah air mata dan penyesalannya karena wujud sang gadis berubah menjadi ular.
Dari langit tiba-tiba terdengar suara yang tertuju pada ular itu. ”Karena kesombonganmu, kau tidak pantas menjadi manusia. Engkau pantas menjadi ular berbisa untuk selama-lamanya!” Kutukan telah jatuh dan tetap untuk sang gadis.
Penyesalan itu tidak bisa mengubah wujudnya ia kembali menjadi gadis yang cantik dulunya. Sambil menangis, ular itu memasuki sungai. Karena dia sangat malu dengan wujudnya yang menjadi ular, dia bersembunyi di dasar sungai dan menjadi tempat dia sekarang.
Sang gadis yang terkena kutukan hingga berubah wujud menjadi ular hitam berbisa diketahui oleh pada penduduk sekitar sungai. Mereka pun menamakan sungai itu dengan nama yang artinya sungai tempat sang gadis sombong. Sungai ini sekarang lebih dikenal sebagai Sungai Cisadane
sumber: pixabay.com

Legenda Kota Cilegon

Legenda Kota Cilegon

sumber: pixabay.com

Alkisah di sebuah kampung kecil, hiduplah dua orang kakak beradik yang amat akrab namun suka membuat onar, sehingga mereka kurang disukai oleh warga kampungnya. Sang kakak bernama Cai dan sang adik yang bernama Laguna. Mereka hidup sederhana dan saling menyayangi satu sama lain. Tetapi, mereka belum mempunyai keluarga masing-masing karena mereka berdua belum memiliki pasangan hidup yang tepat bagi mereka.
Konon, di kerajaaan dekat kampung mereka hiduplah seorang raja yang memiliki seorang putri yang amat menawan dan baik hati. Ajeng namanya, ia adalah putri yang disukai oleh semua pemuda desa karena kecantikannya dan kelembutan hatinya. Pernah dikatakan bahwa putrid Ajeng sering memberi sedekah bagi rakyatnya yang miskin dan tidak memiliki pekerjaan. Kabar tersebut pun sampai kepada dua saudara tersebut dan membuat kedua kakak-beradik itu tertarik kepada sosok putri Ajeng.
Keesokan harinya, Caidan Laguna yang malamnya sudah berencana untuk pergi ke istana raja akhirnya berangkat. Mereka berniat untuk dating dan melamar putri Ajeng. Meskipun mereka akrab, tetapi kakak-beradik ini tidak segan-segan jika sedang bersaing. Perjalanan ke kerajaan tempat sang putri yang sangat ayu dan murah hati tersebut bertempat tinggal bukanlah perjalanan biasa yang mudah dan sebentar . Begitu banyak rintangan dan hutan – hutan lebat dengan pohon – pohon besar dan langka mereka lalui termasuk beberapa orang yang mencoba merampok dan membunuh mereka .
Kemudian, setelah satu hari yang begitu melelahkan dan penuh perjuangan , mereka memutuskan untuk bermalam dibawah sebuah pohon rindang ditakuti oleh masyarakat setempat . Karena mereka bukan berasal dari daerah tersebut , maka berita ini tidaklah mereka ketahui dan mereka menggunakan pohon ini sebagai tempat persembunyian dan istirahat . Setelah tertidur lelap , ternyata sekelompok warga dari kampung dekat hutan tempat pohon gaib tersebut hidup , mendatangi mereka lalu diam – diam merampas semua barang mereka lalu membawa mereka ke kampung untuk diikat dan dicari tentang identitas nya karena warga heran dengan kedua orang yang begitu berani beristirahat dibawah pohon gaib yang berkekuatan mistis serta menganggu ketenangan warga yang takut akan diberi kutukan oleh pohon tersebut .
Sesampainya di kampung kecil di dekat hutan tersebut , sang kepala suku yang begitu dihormati bernama Mbah Garo. Mbah Garo yang begitu bijaksana pun membangun kan mereka lalu memberi tahu mereka tentang pohon itu. Dengan suara yang begitu kecil dan serak, “ Nak , kalian harus tau bahwa pohon ini begitu kuat dan gaib. Tidak sembarang orang dengan sembarang niat boleh memanfaatkan kekuatannya . Hanya yang terpilih diperbolehkan menggunakannya. ” Pagi hari pun tiba , seluruh barang mereka dikembalikan lalu mereka melanjutkan perjalanan mereka dengan dua kuda yang begitu kuat dan setia .
Sesampainya di istana raja mereka pun langsung mencari putrid Ajeng dan akhirnya mereka menemukan putrid Ajeng. Mereka pun langsung mencoba melamar putrid Ajeng. Kecantikannya membuat mereka tidak peduli lagi satu sama lain. Namun tanpa disangka, putrid Ajeng pun menolak lamaran mereka. Laguna pun berkata “Wahai putri, tidak bisakah kau beri kami satu kesempatan saja?” putrid Ajeng pun berkata dengan tegas “Baiklah kalau itu maumu! Aku akan berikan satu syarat, bagi siapa di antara kalian yang dapat membawa pohon baja ke istana raja, akan kuterima lamaran itu!” Cai pun berkata “Baiklah putri daku tidak akan mengecewakanmu.” Mereka pun langsung berangkat dari istana raja mencari pohon baja tersebut.
Saat di perjalanan mereka pun bingung bagaimana mencari pohon baja tersebut. Namun tiba – tiba mereka teringat tentang pohon gaib yang dibicarakan Mbah Garo. Mereka pun akhirnya menuju ke tempat pohon gaib itu. Sesampainya di sana, mereka melihat pohon gaib tersebut, Caidan Laguna pun saling bersaing untuk mengambil pohon gaib itu. Lalu, mereka memberanikan diri untuk menebang pohon tersebut, mereka lupa akibat yang akan di timbulkan jika mereka menebang pohon tersebut. Karena mereka menebang pohon gaib,pohon bajamaka mereka salah satu dari mereka terkena imbasnya.
Ternyata, Lagunalah yang sial terkena imbasnya. Cai tidak terima atas kematian laguna, karena baginya, ini adalah kesalahan mereka berdua. Setelah kematian Laguna Cai menjadi sosok yang murung dan setiap saat selalu menangis. Dari air mata yang ia keluarkan setiap hari akhirnya terbentuk rawa. Karena inilah dulu sebagian dari daerah Cilegon terdiri atas rawa dan sedikit perkampungan/pemukiman.
Nama kampun gkecil yang dikelilingi rawa itu diambil dari nama mereka yaitu Cai dan Laguna yang digabungkan menjadi CILEGON. Cai yang berarti air dan Laguna yang berarti lengkungan.

sumber: pixabay.com

Legenda Graha Raya

Legenda Graha Raya

sumber: pixabay.com

                “Jauh sebelum bangunan – bangunan yang penuh sesak dan tertata rapi, kendaraan yang terus masuk dan keluar membuat jalanan penuh sesak dan udara yang dapat membuat seseorang yang tidak mempunyai penyakit asma pun sesak nafas seakan tidak ada oksigen disekitarnya. Sekarang adalah tahun 2016, jaman sudah semakin berkembang saat ini sampai semua orang melupakan nama Graha Raya yang merupakan kerajaan terbesar yang terlupakan, tidak ada yang mengingat nama Graha Raya kecuali sebuah perumahan yang terbilang ‘cukup’ bagus untuk ditempati.
            “Mari sedikit kita putar waktu dimana Graha Raya masih dalam masa kejayaannya.

Sekitar tahun 1540
            Terdapat sebuah kerajaan yang sangat besar dan tertutup. Tidak ada yang mengetahui seperti apa yang ada didalam kerajaan tersebut. Kerajaan yang disebut oleh banyak orang merupakan Graha yang berarti buaya dalam bahasa kawi.
            Buaya sendiri merupakan lambang dari kerajaan besar tersebut, tidak ada yang tahu kenapa tetapi patung buaya emas biru yang besar berada pada gerbang pintu masuk kerajaan. Pintu tersebut tidak pernah terbuka, orang asli Indonesia pun tidak pernah melihat kedalam Graha, mereka hanya melihat gerabng megah dengan banyak para pria yang membawa tombak di punggungnya dan panah ditangan mereka.
            Ketika Indonesia akan dilanda dengan masalah besar karena kedatangan negara asing yang ingin menaklukkan Indonesia yang kaya akan berbagai sumber daya alam, semua orang di Indonesia menerima mereka dengan hangat. Lain dengan Kerajaan Graha yang menolak mentah – mentah orang asing tersebut. Orang awam mengatakan bahwa hanya orang gila yang mau menawarkan jasa kepada Kerajaan Graha karena kerajaan tersebut seakan memiliki segala apa yang mereka butuhkan seperti, tentara, makanan, minuman, dan semua yang dbutuhkan oleh orang – orang lain.
            Ketika penjajah mulai kelar dari topengnya dan menyusup dengan mudahnya ke dalam Indonesia, Graha merupakan Kerajaan yang tidak dapat mereka tandingi. Ketika para penjajah mendatangi Graha tiba – tiba saja pintu besar tersebut terbuka dan sekitar 80 tentara keluar menggunakan tameng dengan membentuk formasi persegi dengan berisi 40 orang tiap persegi.
            Kondisi sekitar Graha sangatlah tidak bagus berbeda dengan tembok – tembok penghalang Kerajaan Graha yang masih putih cermelang. Kondisi sekitar sudah penuh dengan orang – orang yang mengumpat, rumah – rumah yang sudah rubuh dan pohon – pohon yang sudah ditebang.
            Pria asing yang berasal dari negara lain itu maju. Dilihat dari gayanya berjalan dan gestur tubuhnya pria itu seakan mengatakan dalam diam bahwa dia adalah orang yang bertanggung jawab dari pada tentara bodoh lainnya yang sedang berdiri memegang senjata dan yang berada dalam tank besar.
            Whusp. Panah tertancap ditanah tepat didepan kaki pria asing tersebut.
            “JANGAN MENDEKAT!” kata salah satu pria diantara 80 tentara kerajaan Graha. “PERGILAH ATAU KALIAN AKAN MENYESAL” ingat pria tersebut.
            Kebodohan yang diambil oleh para tentara asing adalah mereka tertawa. Pria yang merupakan penanggung jawab tersebut tertawa paling pertama lalu dilanjuti oleh anak buahnya yang lain, sangat menunjukkan bahwa mereka takut kepada si penanggung jawab.
            “KALIAN KIRA KAMI TAKUT? MENYERAHLAH KALIAN! KAMI SUDAH MELULUHTATAHKAN NEGARA KALIAN” balas pria tersebut menggunakan logat asingnya yang sangat kental seakan seperti orang yang baru belajar bahasa Indonesia kemarin sore. Dengan satu kode dari si penanggung jawab, tentaranya maju dengan gerakan yang cepat.
            Kesalahan besar. Tentara – tentara orang asing tersebut tidak lebih dari 80 menyebabkan mereka kalah dengan mudah. Tentara Graha yang berada di atas pembatas tembok sudah menyiapkan panahnya dan bekerja 2 kali lipat cepat untuk menembaki musuh. 80 tentara yang berada di hadapan tentara asing membuka tamengnya dan ternyata tentara Graha menambah menjadi 2 kali lipat juga.
            Tidak memerlukan waktu yang lama tank hancur karena tombak besi yang tertancap di roda tank, para bawahan si penangung jawab sudah tergeletak di tanah dengan penuh darah. Si penanggung jawab melihat kejadian tersebut langsung takut dan berlari. Nasib si penanggung jawab tidak baik, mereka membawa orang asing tersebut kedalam Graha untuk ditanya dan dibunuh dengan pantas dan lama.
            Semua akan mengira bahwa Graha memiliki tentara terbaik dan sempurna, tetapi mereka telah membuat kekeliruan karena mereka tidak melihat ada sebuah anak lelaki masuk kedalam gerbang tersebut dan mencari keamanan untuk diirnya sendiri –“

            “Ibu! Ibu!” teriak seorang siswa
            “Ada apa Jose?” jawab orang yang dipanggil oleh siswa tersebut.
            “Saya kurang mengerti. Jadi sebenarnya Graha itu apa?” katanya dengan polos, Pertanyaan Jose membuat seluruh kelas mengeluarkan ejekan dan kemarahan.
            “WEI! Dengerin aja dulu ceritanya Ibu Cathie!” teriak salah satu siswa
            “Hadeh, gak usah dijelasin lah bu, lanjutin aja!” balas lagi salah satu siswi
            “Jadi, Graha itu merupakan salah satu kerajaan di Indonesia tetapi orang – orang yang tidak tahu akan fakta tersebut karena mereka tidak pernah melihat Graha kecuali gerbang depannya saja” Jelas salah stau siswa yaitu Leandro, sontak saja semua siswa dan siswi dikelas tertawa akan nada cara Leandro berbicara.
            “Sudah! Sudah! Biarkan ibu lanjutkan bercerita tentang Graha Raya” perintah Ibu Cathie. “Jadi,

            Lelaki yang merupakan penyusup itu cukup lihai dalam berlari. Dia merupakan lelaki yang telah diperbudak 1 tahun, makan dan minum yang lelaki tersebut dapat sangat tidak pantas disebut makanan dan minuman sehingga membuat tubuhnya kurus bukan main. Ketika lelaki tersebut melihat gerbang Graha terbuka lelaki itu beranggapan bahwa ini merupakan peluang emas, jika dia bisa masuk kedalam Graha mungkin hidupnya akan lebih baik tetapi jika dia tidak sengaja mati tertembak panah – itu tidak akan pernah terjadi karena pemanah tentara Graha sangat lihai – maka itu tidak menjadi masalah baginya karena menurutnya lebih baik dia mati dari pada diperbudak oleh sekumpulan orang asing tidak punya hati dan akal sehat yang benar.
            Ketika lelaki tersebut masuk kedalam gerbang, lelaki tersebut tidak langsung masuk kedalam Graha lebih jauh. Lelaki itu melihat pertempura sampai akhir, melihat darah dan pembunuhan sudah menjadi kesehariannya di tempat perbudakannya sehingga melihat pertempuran tersebut bukan lah sesuatu yang menjijikan baginya. Melihat pasukan Graha menang membuat lelaki tersebut senang bukan main. Lelaki melihat pria sombong yang selalu mencambuknya diseret kedalam Graha dengan kondisi yang sangat tidak baik. Si penanggung jawab tersebut mengalami memar parah dimuka dan kaki yang sengaja dipatahkan oleh salah satu tentara Graha.
            Para tentara masuk dengan saling melindungi satu sama lain, tameng yang dibuat 180 derajat dibuat untuk para prajurit tidak mengenai tembakan tiba – tiba dari tentara lain yang tidak diketahui. Ketika gerbang ditutup laki – laki itu menahan nafas karena para tentara berjalan ke arahnya. Kaki lelaki tersebut dengan gesitnya lari mencari persembunyian yang baik. Tentara tersebut berjalan kearah persembunyiannya dan lewat begitu saja didepan lelaki kecil tersebut yang sembunyi diantara semak – semak. Melihat para tentara tersebut menjauh, lelaki tersebut mengikuti dibelakang dengan hati – hati.
            Didalam perjalanannya di dalam Graha, dia melihat berbagai rumah – rumah kecil yang indah dan beberapa dari rumah tersebut keluarlah anak – anak yang lebih tua darinya bahkan ada ayng lebih muda darinya. Dia kaget melihat apa yang ada di dalam Graha. Kerajaan tersebut lebih tepat disebut sebuah desa yang indah, yang tidak ada pertengkaran seakan temat tinggal yang sama yang pernah ia tinggali sebelum para penjajah datang.
            Tidak lama, lelaki itu tiba di sebuah gerbang yanglebih megah dari gerbang yang biasanya ia liati. Gerbang tersebut terbuka dan sebaik mungkin lelaki itu masuk dengan sukses. Lelaki itu terus melanjuti perjalnaannya mengikuti para tentara sampai akhirnya tibalah dia disebuah lapangan besar yang beralas tanah bersih dan putih.
            Semua prajurit melihat kearah 3 bangku yang berjajar dengan rapi dan dipenuh dengan berbagai hiasan buaya emas dan biru yang sangat indah. Tidak berselang lama, keluarlah 2 pria dan satu perempuan. Pria yang terlihat tua duduk di tengah, pri ayang lebih muda duduk di sebelah kiri dan perempuan duduk dikanan.
            “RAJA GRAHA, KAMI PERSILAHKAN ANDA MENGHAKIMI ORANG ASING INI” teriak salah stau prajurit
            “Jelaskan semuanya tentang tentara kalian” perintah raja tersebut dengan tenang.
            Semua orang melihat ke arah si prajurit. Walaupun muka si prajurit asing tersebut sudah bengkak dan berdarah, semua orang bisa melihat muka kesalnya dengan jelas. Cuih. Prajurit asing tersebut meludah didepan sang Raja – tanda ketidak sopanan.
            “Hanya prajurit bodoh yang menghianati sekutunya” katanya dengan logat aneh.
            “Pemanah!” panggil Raja, 10 pemanah keluar dari tempatnya. “Bunuh dia” perintah Raja tersebut.
            Satu – satu panah tertancap di tubuhnya dengan cepat. Dalam panah ke 10 yang terkena tepat ke kepala membuat prajurit tersebut jatuh dan mati. 4 prajurit langsung bergegas membawa jasadnya ke tempat lain.
            Lelaki yang merupakan penyusup mau tidak mau terkesiap. Dia tidak tahu bahwa kerajaa Graha ada kerajaan yang sangat kejam.
            “KELUARLAH HAI KAU ORANG ASING” teriak seorang pria yang duduk disebelah kanan sang Raja.
            Lelaki tersebut kaget dengan perkataan lelaki tersebut. Dia tidak ingin mati tetapi dia tetap berjalan di kedepan, semua prajurit melihatnya dengan tatapan penuh dengan kebencian seakan dia adalah seorang mata – mata. Lelaki tersebut memberanikan hatinya untuk berjalan, dan membungkuk dihadapan 3 orang besar tersebut.
            “Siapa kamu?” tanya sang Raja
            “Sa.. saya adalah Teguh. Saya merupakan pemukim dari pembatas Graha ini tuan” katanya dengan terbata – bata.
            “Apa yang kau lakukan disini?”
            “Saya ingin bebas dari penjajah ini, saya tidak kuat menahan cambukan mereka” Teguh memperlihatkan bekas cambukan yang ada di kaki dan tangannya.
            “Penyusup pantas mati. Pemanah! Bunuh dia” perintah Raja
            “Tunggu! Ayahanda, tidak kah kita sebaiknya melindungi dia? Lihat betapa kurusnya dia, tidak mungkin lelaki ini merupakan mata 0 mat adari prajurit asing itu.” Protes pria yang duduk disebelah kanan Raja.
            “Apa maumu nak?” tanya Raja
            “Karena para prajurit tidak mengetahui bahwa lelaki ini menyusup bukankah berarti lelaki ini sangat lihai menggunakan kakinya, kita bisa memanfaatkannya sebagai penambahan tentara. Bagaimana?” tanya anaknya
            “Ah betul! Bukan kah membunuh satu orang sudah cukup untuk hari ini sayangku?” tanya perempuan yang selama in iterdiam melihat kejadian tadi, sekaan sudah sering melihatnya.
            Raja itu terdiam dan mengamati Teguh dengan cermat dan Raja mengangguk, melihat potensi apa yang dimiliki Teguh.
            “Bawa dia dan latih dia” perintah sang Raja dan pergilah Raja itu dari tempat duduknya disusul oleh Ratu dan anaknya.

            Teguh dilatih oleh pasukan khusus dari Graha. Teguh melihat apa yang sudah selaa satu tahun tidak dilihatnya yaitu keluarga. Teguh mempelajari tentang Graha yang ternyata merupakan kerajaan yang terbesar tetapi tertutup karena kerjaan ini sebenarnya adalah sebuah rumah seorang yang kaya raya, tetapi lama – lama menjadi sebuah kerajaan.
            Lambang buaya yang melambangkan bahwa Graha merupakan pemangsa yang tidak takut akan lawan yang harus dibuh, Warna emas yang melambangkan kekayaan dan Warna Biru yang melambangkan air yang mengalir – karena air sangat dibutuhkan dan dapat mematikan. Teguh belajar membunuh, menggunakan pedang, tameng dan masih banyak lagi.
            Perlu 5 tahun untuk Teguh menjadi hebat dan menjadi teman bagi Putra Raya yang merupakan nama anak sang Raja. Teguh menjadi teman curhat dari Sang Putra Mahkota, mereka selalu membicarakan tentang membuka gerbang Graha dan membiarkan semua tentara membasmi para penjajah dari Negara Indonesia.
            Selama Teguh berlatih, penjajah semakin semena – mena dalam memperlakukan orang awam Indonesia. Tidak ada hari tanpa minum bagi orang yang tidak bekerja lebih dari 54 jam. Teguh mengetahui semuanya karena dia mengirim mata – mata terbaik Graha untuk mengawasi para prajurit asing.
            Kian tahun semakin memburuk, Putra Mahkota yaitu raya pun memutuskan untuk turun tangan dan meminta ayahnya untuk membuka gerbang dan mengirim pasukan untuk membasmi para penjajah, sayang ide itu ditolak.
            Seorang Raja tahu seberapa kuat bala tentaranya melwaan pasukan dan menurut sang Raja, tentara Graha masih belum cukup kuat untuk membasmi para penjajah. 2. 3. 4. 5 tahun berlalu lagi dan Putra Raya sudah cukup besar untuk menjadi Raja tetapi dia tidak ingin mengambil mahkota tersebut dan menyuruh ayahnya untuk memberi mahkota tersebut kepada istri nya yang lain yang memiliki putra.
            Putra Raya yang sudah berlatih memegang pedang dari kecil sangat lah hebat. Dia dan Teguh selalu bersama dan menjadikan diri mereka tidak terkalahkan dalam sesi latihan. Tiap tahun, Indonesia semakin parah tetapi Graha tetap sama. Graha tetap berdiri kokoh, bersih dan tenang. Tidak tahan dengan membiarkan para penjajah membunuh 10 lebih orang dalam satu hari, hati nurani Putra Raya tergerak dengan ganas.
            Putra Raya dan Teguh mengumpulkan pasukan yang ingin membantu mereka dan ternyata hampir semua prajurit ikut kedalam gerang dan pergi untuk membunuh para penjajah. Putra Raya dan Teguh mendapat banyak caci maki pedas akan tindakan bodohnya saat berjalan ke gerbang perbatasan.
            “MEREKA PERLU BEBAS! AKU AKAN MEMBUKA GRAHA DAN MENJADIKANNYA TEMPAT PENAMUNGAN SEMENTARA SAMPAI INDONESIA MENJADI NEGARA YANG KEMBALI LAYAK DI TINGGALI!” teriak Putra Raya.

            Melewati gerbang dengan sulit karena beberapa prajurit menghalangi sehingga membuat Putra Raya dan Teguh harus bisa memukul mereka tanpa membunuh mereka. Awalnya semua berjalan dengan baik sampai saat mereka tiba di kerajaan prajurit asing yang sangat tidak bermodal tetapi memiliki kekuatan militer yang patut di ancungi 100 jempol.
            Putra Raya dan Teguh meninggal dalam pertempuran. Raja yang mengetahui langsung bersedih dan terus berlarut – larut sampai akhirnya jatuh sakit dan menghembuskan nafas akhirnya. Sebelum meninggal perintah raja terakhir adalah
            “Bukakan gerbang Graha dan masukkan sebanyak apapun yang bisa kalian selamatkan para prajurit berani. Buatlah perjuangan anakku dan teguh tidak sia – sia.”
           
            Sejak saat itu gerbang dibuka dan mereka menyelamatkan banyak jiwa tetapi sayang para prajurit bergegas datang ke Graha dan menembaki mereka smeua. Tidak ada yang selamat dari Graha, semuanya meninggal. Masa kejayaan Graha sudah tidak ada. Prajurit asing masuk kedalam Graha dan melihat banyaknya rumah seakan Graha merupakan desa tertutup. Prajurit menjelajahi Graha dengan secara perlahan karena Graha ternyata sangat luas dan memiliki banyak rahasia. Didalam Kerajaan, banyak sekali emas – emas dan barang berharga lainnya didalam satu ruangan penuh.
            Prajurit asing menamai tempat itu dengan sebutan Graha Raya, tanpa alasan jelas mengapa orang menyebutnya Graha Raya. Ad ayang mengatakan bahwa prajurit asing tahu akan Putra Mahkota Raya dan menghargainya. Begitulah cerita dari legenda Graha Raya”

            “Terus sekarang kenapa Graha Raya jadi perumahan bu?” tanya seorang siswi
            “Awalnya tempat tersebut di karantina oleh para penjajah, lalu ketika bapak presiden kita yang pertama yaitu Pak Seokarno, beliau memerintahkan bawahannya untuk memakai kerajaan Graha untuk memulai pembangunan. Masih ada banyak sisa – sisah harta disana dan mereka juga menggunakan Graha sebagai tempat sementara tinggal” jelas Ibu Cathie
            “Oh! Terus mereka semua akhirnya berpencar mencari tempat tinggal dan ada sebagian yang tetap tinggal di Graha dan membangun Graha seperti yang sekarang gitu bu?”
            “Iya, benar sekali”
            “Ibu! Ibu! Kok Ibu bisa tau cerita ini darimana?”
            “Karena ... cerita tersebut sudah diturunkan turun – menurun dikeluarga ibu” senyum Ibu Cathie
            Kkringg.. Kringg..
            “Ah! Bel sudah berbunyi” Ibu Cathie membereskan barang bawaannya dan bersiap ke kelas lain dengan berbagai pertanyaan di kepala para siswa dan siswi.
            Jadi apakah Ibu Cathie keturunan dari Putra Mahkota, teguh atau Bapak Soekarno sendiri? Dan kenapa tidak ada yang mengingat  Graha yang merupakan Kerajaan terbaik saat itu? Malu atau karena tidak ada yang benar – benar mengetahui tentang Graha?

sumber: pixabay.com