Catetan
Tahun 1946
Karya
:Chairil Anwar
Ada tanganku, sekali akan jemu terkulai,
Mainan cahaya di air hilang bentuk dalam kabut,
Dan suara yang kucintai ‘kan berhenti membelai
Kupahat batu nisan sendiri dan kupagut
Kita -anjing diburu- hanya melihat sebagian dari
sandiwara sekarang
Tidak tahu Romeo & Juliet berpeluk di kubur atau
atau di ranjang
Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu
Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat
Dan kita nanti tiada sawan lagi diburu
Jika bedil sudah disimpan, Cuma kenangan berdebu
Kita memburu arti atau diserahkan kepada anak lahir
sempat
Karena itu jangan mengerdip, tatap dan penamu asah
Tulis karena kertas gersang, tenggorokan kering
sedikit mau basah !
1.
Gaya
Bahasa
Dalam puisi ini, banyak
digunakan kata-kata kiasan untuk mewakili perasaan dari penulisnya dan membuat
puisi tersebut menjadi lebih indah. Pada bait pertama, majas sinekdoke part pro
toto ditampilan dengan penggunaan kata tangan.Tangan digunakan untuk mewakili
kesuluruhan bagian tubuh. Majas sinekdoke part pro toto lain terdapat pada /dan
suara yang kucintai/. Suara di sini mewakili orang yang memiliki suara itu secara
utuh, baik itu istri, anak, atau orang yang dicintai lainnya.Baris puisi yang
berbunyi /dan suara yang kucintai ‘kan berhenti membelai/ juga terdapat majas
personifikasi.Suara di sini seolah-olah dapat bersikap layaknya seorang
manusia, seperti dapat membelai.Majas ketiga yang dapat ditemukan dalam puisi
ini adalah majas hiperbola.Pada bait ketiga, Majas hiperbola ditemukan pada
kalimat /jangan mengerdip/. Berkedip adalah kegiatan manusia yang dilakukan
tiap beberapa detik sekali dan dalam puisi ini kalimat jangan berkedip bisa
berarti perhatian pada sesuatu secara terus menerus tanpa henti dengan penuh
konsentrasi. Jadi, itu sangat berlebihan jika mata diumpamakan tidak berkedip
sama sekali. Majas hiperbola yang kedua adalah /tenggelam beratus ribu/. Tidak
mungkin sesuatu hal dapat tenggelam beratus ribu kali ataupun beratus ribu
lamanya.Kalimat /Romeo & Juliet berpeluk di kubur/ juga termasuk dalam
majas hiperbola.Ini dapat dikatakan sesuatu yang berlebihan karena tidaklah
mungkin dalam kubur dapat berpelukan.Majas selanjutnya dalam puisi tersebut
adalah majas metafora. /Jika bedil sudah disimpan/ termasuk majas metafora
karena merupakan kiasan dari masa setelah peperangan. Pada bait ketiga
ditemukan kembali majas metafora dalam kalimat /kenangan berdebu/ yang berarti
kenangan yang sudah lampau atau kenangan yang sudah terlupakan dan tak pernah
diingat lagi.Majas metafora yang ketiga terdapat dalam kalimat /tulis karena
kertas gersang/. Tulis karena kertas gersang bermakna mengisi kehidupan yang
masih kosong dan belum memberikan arti. Dengan menjalani kehidupan ini, sedikit
demi sedikit hidup kita akan mulai dihiasi berbagai hal, baik itu cerita
bahagia maupun cerita sedih. Kertas gersang hanyalah sebuah kiasan, dimana
perlu tulisan dari pena untuk mengisinya.
2.
Citraan
Citraan
berhubungan dengan kesan yang dapat ditangkap dari kalimat-kalimat dalam puisi
dan itu berhubungan dengan indera manusia. Pada puisi “Catetan Tahun 1946”
karya Chairil Anwar dapat ditemukan beberapa jenis citraan, antara lain :
- a. Citraan penglihatan, contohnya : mainan cahaya di air hilang bentuk dalam kabut, kita -anjing diburu- hanya melihat sebagian dari sandiwara sekarang, Karena itu jangan mengerdip, dan tatap dan penamu asah.
- b. Citraan pendengaran, contohnya : dan suara yang kucintai.
- c. Citraan perabaan, contohnya : ‘kan berhenti membelai, berpeluk dikubur atau diranjang serta kupahat batu nisan sendiri dan kupagut.
- d. Citraan gerak, contohnya : sekali akan jemu terkulai, kupahat batu nisan sendiri dan kupagut, keduanya harus dicatet, Kita memburu arti, karena itu jangan mengerdip, serta tulis karena kertas gersang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar