Kategori

2019/02/12

Resensi Peti Akar (El Trias)



Rahasia Sang Koruptor

www.google.com

Identitas Buku
Judul Buku                : Peti Akar
Penulis                       : El Trias
Penyunting               : Sulaiman
Perancang Sampul : Irawan Prasetyadi
Penata Letak            : Ach. Sakti W.
Cetakan                     : Pertama – 2008
Penerbit                                : Grafidia
Tebal Buku               : VII + 230
ISBN                           : 602-8357-00-6


El Trias tinggal di Jakarta tetapi merupakan asli kelahiran Trenggalek, Jawa Timur, lahir pada 25 Desember. El Trias sudah hobi menulis sejak kecil dan menggemari cerita-cerita muram dan berbau misteri seperti novel-novel karya Stephen King dan Patrick Suskind. Menurutnya cerita mister selalu menyimpan keindahan sendiri. El Trias telah menerbitkan novel parodi misteri yang berjudul Hantu Jeruk Bali.

Saat pertama kali melihat buku ini, saya langsung terpikat oleh kovernya. Kover buku ini merupakan soft cover dengan desain yang sederhana tetapi memberikan perasaan mencekam, serius, dan menyeramkan. Judul buku yang dicetak dengan huruf yang berkesan misterius dengan warna yang mencolok dengan latar. Kertas yang dipakai di novel ini menggunakan kertas buram dengan jenis tulisan yang mudah dibaca dan ukuran tulisan yang sesuai agar dapat mengisi halaman dengan isi tulisan yang lumayan banyak tetapi tidak menyebabkan pembaca susah membaca tulisan karena tulisan berukuran kecil.

Novel ini mempunyai tema misteri yang yang juga ada unsur mistisnya. Alur cerita ini maju karena menceritakan tentang petualangan Aline untuk menguak rahasia ayahnya yang baru saja divonis sebagai koruptor sampai menemukan rahasia yang ayahnya sembunyikan darinya. Setelah membaca novel ini, salah satu amanat yang saya dapat adalah dengan teman kita dapat mengatasi masalah dan membuat hidup kita lebih bermakna, maka itu carilah teman sebanyak-banyaknya. (Bukti: “Memiliki teman baru selalu menimbulkan warna-warna pelangi dalam hidupmu. Coba saja kalau tidak percaya!”)

Penokohan didalam novel ini sangat menarik. Terutama karakter utamanya, Aline. Aline mempunyai sifat dewasa, pelindung, berbudi pekerti dan baik. (Bukti: “Atas nama keluarga, saya mengucapkan terima kasih meski kebaikan Mang sekeluarga mendampingi kami tidak akan terbalas.”). Lalu ada Linka, saudara Aline yang merupakan indigo. Linka dapat dibilang merupakan tokoh yang misterius (Bukti: “Aku terkejut. Linka tahu mimpi-mimpi yang membuatku letih.”).

 Novel Peti Akar ini cocok dibaca oleh para remaja, karena cerita novel ini tidak terlalu serius tetapi membutuhkan pemikiran yang lanjut untuk mengerti tentang alur cerita tersebut. Hal ini disebabkan oleh cerita yang realistis, mencolek tentang masalah-masalah jaman modern seperti korupsi dan bahkan tentang anak indigo. (Bukti: “Papamu sudah pergi, Aline. Ia akan menajalani proses pidana.”)

Latar cerita ini lebih banyak berada di sebuah rumah tua yang Aline lihat didalam mimpinya. (Bukti: “Aku melihat rumah yang sama seperti yang kudatangi dalam mimpi-mimpi burukku.”)

Sudut pandang yang dipakai bersifat aku-an. Cerita diceritakan menurut perspektif Aline dalam petualangannya untuk menguak misteri ayah dan rumah yang terdapat di mimpinya tersebut. (Bukti: “Aku ingin membuka pintu itu dan menerjang seseorang yang berani menyambangi pintu kamarku di malam hari.”)

Gaya bahasa yang digunakan merupakan bahasa sehari-hari yang sopan dan gaul. Cerita dikemas dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pembaca modern tetapi juga tidak menuliskan kata-kata yang tidak sopan. (Bukti: “Suaramu kecil sekali? Sorry mengganggu istirahatmu.”)

Manfaat buku ini adalah dapat menghabiskan waktu dengan cara mengisi waktu luang dan menghibur pembaca. Cocok untuk para remaja yang membutuhkan sesuatu untuk menghibur mereka di waktu luang.

Alasan saya memilih buku ini karena buku ini sangat menarik untuk dibaca. Buku ini juga dapat menghibur saya dalam ceritanya yang dapat mengikat pembaca dalam rasa tegang cerita tersebut. Rasa tegang, misteri, sekaligus horror membuat novel ini dapat dijadikan salah satu novel yang dapat dibaca untuk mengisi waktu luang.


*** Selamat Membaca ***

www.pixabay.com

Baca juga:

resensi-he-loves-her-till-end-monica

resensi-tears-in-heaven-angelia-caroline



Resensi I Wuf U (Wulanfadi)


“I WUF U”, KISAH KLISE PENUH DRAMA YANG MEREMUK HATI PARA PEMBACA

www.google.com

IDENTITAS BUKU
a.      Judul  :  I Wuf U - Ketika terlalu takut mengatakan ‘i love you’
b.      Penulis  :  Wulanfadi
c.       Penerbit  :  Coconuts Book
d.      Tanggal Terbit  :  15 April 2017
e.      ISBN : 978-602-6940-66-7
f.        Cetakan  :  Pertama
g.      Penyunting  :  Anggia Eka
h.      Ilustrasi Sampul  :  Rahmi Rahamadian H.
i.        Desain Sampul  :  Coconut Design
j.        Penata Isi  :  Coconut Design


            Wulan Fadila Fatia lahir pada tahun 1999. Perempuan penyuka kopi dan penikmat music ini bersekolah di SMPN 68 Jakarta Selatan, dan melanjutkan pendidikannya di SMAN 3 Bogor. Wulan memiliki hobi di bidang menulis dan fotografi. Dalam menyalurkan hobi menulis, Wulan menerbitkan cerita ciptaannya melalui situs Wattpad. Karya-karyanya yang telah diterbitkan secara resmi meliputi “A: Aku, Benci, dan Cinta”, “R: Raja, Ratu, dan Rahasia”, “Dear Nathan”, dan lainnya. Pada tahun 2017, pengikutnya di Wattpad melebihi 200 ribu pengguna dan ia telah menyelesaikan sekitar 33 cerita.

            Cover buku ini cukup menarik perhatian dengan desainnya yang simpel dan didominasi warna putih. Cover yang terbuat dari art paper yang kurang tebal ini membuatnya rentan rusak. Tulisan judul serta detail gambarnya diberi efek timbul yang menurut saya lumayan menarik karena sejauh ini novel yang saya baca hanya memberi efek tersebut pada tulisan judul pada covernya saja. Ukuran buku ini 20 cm x 14 cm, cukup ideal untuk sebuah buku novel. Tebalnya juga cukup ideal buat saya, yaitu 2,5 cm dan berisikan 440 halaman.

            Novel ini bertema tentang lika-liku rumitnya kehidupan, percintaan, serta persahabatan antara Iris, Ira, Ari, dan Alden. Cukup sulit bagi saya dalam memahami tema novel ini secara keseluruhan karena sudut pandang penulis yang berpindah-pindah tiap bab-nya. Saat saya melihat judul novel ini yang terlintas dalam pikiran adalah kisah remaja SMA yang klise dan penuh komedi. Ternyata salah, kisah yang Wulanfadi tulis dalam buku ini jauh lebih rumit dari ekspektasi saya.

            Terdapat empat tokoh dalam kisah ini. Pertama ada Airysh Olya Amanda atau yang akrab dipanggil Iris. Ia seorang yang bertekad kuat- ambisius bahkan, tidak takut akan segala tantangan, terbukti dalam kutipannya dari bab 6, “Lo berharap gue takut, jadi mulai sekarang gue mencoba untuk berani”. Kedua ada Nharamira atau Ira, yang setiap waktunya suka cemburu, iri, dan manja. Pernah ia mengatakan ini kepada Alden, “Aku nggak suka kamu liatin dia,” padahal hubungan antara mereka hanya sebatas teman. Lalu ada Ari, yang diam-diam peduli disaat ia sangat dibutuhkan, contohnya seperti saat Ira bertanya kepada Ari mengapa Alden tidak menyukainya, jawaban Ari adalah, “You’re way too good enough for him,” atau “Kamu terlalu baik buat dia”. Terakhir adalah Alden, yang menurut saya adalah karakter paling kuat, paling peduli, paling berani, dan paling inspirasional. Pernah ia mengatakan ini, “Nangis kalo itu bikin kamu lebih baik. Nangis kalo kamu pengen nangis. Kamu bisa datengin aku kalo kamu ngerasa udah nggak kuat. Aku bakal selalu ada.”
            Amanat yang saya ambil dari novel ini pertama-tama adalah jangan sia-siakan mereka yang selalu ada buat kita dalam suka maupun duka. Selain itu juga, saya dapat amanat bahwa kita harus selalu jujur kepada setiap orang. Jangan menutup-nutup apapun karena itu bisa saja mengekang kita dalam menjalin hubungan. Ada baiknya juga kita mengurangi rasa percaya pada hal-hal yang berbau tidak benar sebelum kita mendengarnya dari sumber terpercaya, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman berkelanjutan.

            Saya memilih novel ini jadi bahan resensi karena saya meikmati waktu-waktu saya membaca buku tebal ini. Wulanfadi benar-benar pandai mengajak para pembaca jatuh kedalam kisah rumit ini. Saya sendiri sampai terbawa emosi setiap kali orang tua Iris tidak peduli kepadanya, atau saat Ira masih bermanja-manja pada Alden.

            Saya merekomendasi novel ini untuk para remaja SMA usia 15 tahun keatas. Novel ini mengandung beberapa konteks sensitif seperti perceraian, rokok, dan sebagainya. Menurut saya siswa SMP masih belum siap membaca novel ini karena konteks-konteks sensitif tersebut.

            Wulanfadi telah merilis sekuel “I Wuf U” berjudul “Good Mowning, Bae” di situs Wattpad. Sekuel tersebut masih belum lengkap dengan tujuh bagian yang tidak hanya mecakup cerita Iris setelah kepergian Alden, namun juga sedikit tentang Pita, teman sebangku Iris yang muncul beberapa kali di “I Wuf U”.


*** Selamat Membaca ***

www.pixabay.com

Baca juga:

resensi-tears-in-heaven-angelia-caroline

resensi-he-loves-her-till-end-monica


Resensi PAPER TOWNS (John Green)


PAPER TOWNS

www.google.com

 Pengarang             :  John Green
Penerbit                 :  Gramedia Pustaka Utama
Desain Sampul      :  Martin Dima
Ahli Bahasa           :  Angelic Zaizai
ISBN                     :  978–602–03–0858-6
Tahun Terbit         :  2008


Buku yang bertema misteri ini, mengawali ceritanya mengenai
seorang laki – laki  yang bernama Quentin Jacobsen yang jatuh cinta dengan seorang
perempuan bernama  Margo Roth Spiegelman. Quentin dan Margo bersahabatan sejak mereka berumur 2  tahun. Kisah cinta dan persahabatan mereka dimulai pada saat Margo menjadi tetangga Quentin. Sayangnya seiringnya waktu, hubungan mereka semakin merenggang. Hingga suatu saat, Margo menghilang dan melarikan diri ke sebuah kota yang bernama dia sebut “Paper Town”

Buku yang memiliki 360 halaman ini, memiliki alur cerita yang dapat
di bilang menarik. Hal Ini dapat di tunjukan pada saat Margo, memberi petunjuk – petunjuk untuk Quentin agar dapat mengetahui keberadaan dirinya. Salah satu petunjuk yang menurut saya menarik adalah, pada saat Quentin berada di toko souvenir  yang sudah tutup. Disana Quentin menemkan lubang – lubang kecil yang berada di salah satu tembok toko itu. Pada awalnya Quentin bertanya – tanya mengenai keberadaan lubang tersebut. Hingga suatu saat Quentin menemukan maksud dari lubang itu. Lubang itu adalah tempat bekas menusuk peta.

Di samping itu, alur yang di miliki novel karya John Green ini di
golongkan dengan alur maju. Salah satu alasan novel ini termasuk golongan alur maju adalah karena cerita  yang tulis ini tidak atau hampir tidak pernah mengangkat – angkat mengenai masa lalu.Walaupun ceritya ini di awali dengan masa lalu seperti kalimat “Waktu itu Margo dan aku berusia 2 tahun” (Halaman 9, paragraph 2, kalimat terakhir) , namun novel ini menceritakan alur maju secra dominan atau keseluruhan.

Sudut pandang yang dipakai dalam buku unik ini, adalah sudut
pandang orang pertama. Hal ini dapat di ketahui pada penggunaan kata ‘aku’ yang sering di temui di setiap kalimatnya. Seperti kutipan ini “ Menurut pendapatku, semua orang mendapatkan satu keajaiban.” ( halaman 9, paragraf pertama, kalimat pertama ) .

Selain itu, buku yang mempunyai tebal 2 cm ini juga memiliki
kelebihan yang lain. Kelebihan yang di miliki buku ini adalah, sang penulis menggunakan bahasa yang mudah di cerna oleh kalangan remaja, sehingga pada saat di baca tulisan – tulisan tersebut seakan – akan hidup dan menaik para pembaca untuk bergabung dengan dunia mereka. Sayangnya  tulisan – tulisan ini tidak akan luput dengan nam tempat – tempat yang tidak di ketahui oleh pembaca. Hal ini akan membuat pembaca harus lebih fokus untuk menggambarkan tempat tersebut. Seperti contoh pada saat sang penulis menyebutkan kota Agloe.

Walaupun buku ini hanya di lapisi dengan kertas Art Karton,
isi dari buku ini tidak kalah dengan buku yang memiliki Hard cover. Buku ini memiliki menyampaikan karakter – karakternya dengan cukup jelas. Sang penulis mendeskripsikan karakter – karakter dengan menuliskan secara langsung dengan di sertai perbuatan dan sikap – sikap mereka. Sebagai contoh, saya dapat dengan mudah mengetahui sifat dari Margo dan Quentin dengan hanya membaca adegan singkat mereka. Margo memiliki sifat misterius dan bebas, sedangkan Quentin memiliki sifat pendiam dan takut dengan aturan yang ada. Selain kedua tokoh tersebut, tertera 7 karakter lain yang memenuhi novel ini. Diantaranya ada Marcus, Ben, Jase, Chuck, Radar, Angela, Becca  dan Lacey.



Buku yang memiliki desain yang unik ini, sangat di
sarankan bagi pembaca remaja, terutama para remaja yang menyukai novel misetri – percintaan yang tidak terlalu berat, seperti saya. Ini adalah salah satu alasan mengapa saya memilih novel Paper towns. Selain itu, alasan saya menyukai novel ini adalah karna cerita yang di angkat sangat menarik. Walaupun ada beberapa kejadian yang dapat saya tebak, tetapi bagi saya novel ini termasuk novel terbagus yang saya pernah baca.

Dari novel ini saya mendapatkan pesan dan kesan yang sangat penting untuk hidup saya. Novel ini mengajari saya untuk tidak putus aja dan selalu menjadi diri kita sendiri. Kita tidak perlu menjadi apa yang mereka dan orang luar innginkan, tetapi cukup jadi diri sendiri dan nikmatilah hidupmu. Dan ada satu kutipan yang saya suka, kutipan itu berbunyi “ Barangklali ini lebih mirip dengsn ucapanmu sebelumnya, kita semua retak. Seolah, kita semua berawal sebgai wadah kedap air. Dan hal – hal ini terjadi – orang-orang ini meninggalkan kita, atau tidak menyayangi kita, atau tidak memahami kita, atau kita yang tidak memahami mereka, dan kita kalah, gagal, dan saling menyakiti. Dan wadah itu mulai retak di beberapa tempat.”  (halaman 347, paragraf 3, kalimat pertama) .



*** Selamat Membaca ***

www.pixabay.com

Baca juga:

resensi-biru-langit-cinta-eko-hartono

resensi-he-loves-her-till-end-monica

resensi-tears-in-heaven-angelia-caroline

Resensi Maddah (Risa Saraswati)


Baca Maddah Lebih Dalam, Elisabeth atau Ivanna?
 
www.google.com

Judul           : Maddah
Penulis        : Risa Saraswati
Penyunting : Maria M. Lubis
Penerbit      :
PT. Bukune Kreatif Cipta
Tebal           :
306 halaman ; 14 x 21cm
Cetakan      :
I
ISBN          : 978-602-220-251-6
Penyelaras  : Syafial Rustama


                       Risa Saraswati lahir di Bandung, 24 Februari 1985. Selain menjadi penulis dan vokalis sebuah band, Risa juga tercatat sebagai Pegawai Negri Sipil di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung. Anak pertama dari pasangan Imam Sumantri dan Elly Rawilah ini mulai menekuni bidang seni yang cukup serius di tahun 2002, dan pada 2011 mulai tergerak untuk membukukan tulisan-tulisannya. Hingga movel ini diterbitkan, Risa tercatat sudah mengeluarkan lima album bersama band Sarasvati, dan beberapa karya tulis yang diantaranya mendapat predikat buku laris.
            Salah satunya adalah Maddah, novel bergenre horror ciptaan Risa Saraswati ini diangkat berdasarkan kisah perjalanan hidupnya sebagai wanita indigo bersahabat dengan 5 sahabat yang tidak terlihat yaitu William,Hans,Peter,Janshen dan Hendrick. Maddah merupakan novel kedua, sekaligus sekuel dari Gerbang Dialog Danur yang dirilis pada tahun 2015. Novel ini sendiri berjudul Maddah yang artinya dibaca lebih dalam, keinginan dan tujuan mereka yang tak terlihat tidak dapat diketahui bila kita manusia tidak mengerti atau tidak membaca situasi mereka terlebih dahulu.

“Aku bahagia bisa menjalin hubungan pertemanan dengan mereka semua, tapi aku harus tetap memijakkan telapak kakiku ke atas tanah, agar yakin bahwa sesungguhnya ada dunia nyata dengan segudang permasalahan yang harus siap kuhadapi dalam hidupku.”

“Suatu saat nanti mereka akan pulang. Entah aku dulu, atai mereka yang lenih dulu ‘pulang’. Aku hanya ingin semua berjalan sesuai jalurnya”
Soft cover novel ini menggambarkan ilustrasi kedua tokoh hantu utama, dipadukan dengan warna hitam dan merah menggambarkan sisi gelap dan mistis. Penggunaan bahasa baku namun tetap ringan memudahkan pembaca mencermati isi dan alur novel. Penulisan isi novel yang tak kalah menarik dengan gambaran sketsa semua dan fakta menarik seluruh tokoh. Juga, tidak ditemukan kesalahan ejaan penulisan dalam novel Keterangan yang diberikan pada novel juga sangat jelas dengan adanya pemisahan warna kertas untuk menandakan alur maju-mundur yang digunakan.
Namun, banyaknya tokoh dalam setiap bab cukup membingungkan pembaca. Teka- teki dalam novel juga tidak dapat ditonjolkan dengan baik oleh penulis, situasi yang kurang jelas dan menduga-duga. Walaupun telah adanya pembeda latar dan alur , ada beberapa bab yang memiliki kurang penjelasan keadaan situasi sekitar, sehingga pembaca akan merasa kebingungan di beberapa bab dalam novel.
Maddah cocok untuk dibaca kalangan remaja dan dewasa. Maddah kurang cocok untuk pembaca anak-anak. Tidak ada peringatan umur untuk novel ini namun beberapa bab yang mengandung unsur kekerasan dan bahasa yang cukup vulgar. Terlihat dalam adegan pembunuhan, pembantaian, dan perselingkuhan.
            Novel Maddah diadaptasi menjadi sebuah film sukses pada tahun 2018, inilah yang menjadi alasan saya memilih Maddah untuk menjadi bahan resensi. Terdapat perbedaan latar belakang Elisabeth dan Ivanna, dua hantu wanita yang menjadi tokoh utama yang terdapat di cover novel Maddah dan ending pada film. Hal ini bertujuan diubah agar semua kalangan umur dapat menyaksikan lanjutan trilogi Danur ini.
Dan menurut saya sendiri, saya tidak menyesal membaca novel ini. Keseluruhan alur di novel dan di film memang tidak terlalu berbeda. Namun, ada beberapa penggalan adegan menarik dan patut diketahui yang tidak ditampilkan dalam film Maddah, Hal ini membuat mengapa alur dalam novel jauh lebih baik untuk dapat dicermati dan dibaca dibandingkan dengan film Maddah itu sendiri.


*** Selamat Membaca ***

www.pixabay.com

Baca juga:

resensi-tears-in-heaven-angelia-caroline

resensi-he-loves-her-till-end-monica

resensi-biru-langit-cinta-eko-hartono



Resensi Story of Seth (Wulan Fadila Fatia)


Seth dan Kisah Hidupnya

 
www.google.com

 Identitas Buku

Judul                : Story of Seth
Pengarang        : Wulan Fadila Fatia
Penerbit            : Gagasmedia
Tahun terbit      : 2017
Tebal halaman  : 321 halaman
Panjang buku    : 19cm
Lebar buku        : 14cm


                Wulan Fadila Fatia atau akrab dipanggil dengan Wulan adalah penulis buku berjudul Story of Seth ini. Wulan adalah perempuan kelahiran tahun 1999 yang pernah bersekolah di SMAN 3 Bogor. Dalam menyalurkan hobi menulisnya, ia mempublikasikan karyanya melalui account @wulanfadi di sebuah aplikasi bernama Wattpad
Secara keseluruhan, buku ini sudah bagus. Hanya saja, cover buku bagian depan tidak penuh. Bagi para pecinta novel, mungkin akan sedikit bermasalah dengan cover buku yang tidak penuh. Gambar cover yang merupakan sebuah gitar berwarna biru sama sekali tidak ada hubungannya dengan isi crita. Namun, untuk judul buku, menurut saya sudah pas dengan cerita novel ini
Alur cerita ini menggunakan alur maju mundur. Secara keseluruhan isi dari novel Story of Seth ini sudah bagus dengan penggunaan dan ejaan bahasa yang sudah baik juga. Amanat dari novel ini juga terlihat jelas apabila sudah selesai dibaca. Yaitu, kita harus memperjuangkan orang yang kita cintai dan percaya kalau sesuatu yang tidak mungkin bisa jadi mungkin asal kita percaya. (bukti: "Karena yang nggak mungkin bisa jadi mungkin kalo lo percaya.")
Tentu saja novel ini memeliki kekurangan. Sebenarnya, kekurangannya hanya satu. Namun, dapat ditemukan di halaman yang berbeda. Seperti disaat salah satu tokoh bernama Rina sedang skype dengan temannya, Mello dan Rina ketiduran. Entah bagaimana, Rina dapat mengetahui kalau Mello mengambil gambar Rina yang sedang tertidur dan mengirimnya ke Seth (bukti: “Tanpa gue tahu, Mello tersenyum melihat gue tertidur. Dia mengambil gambar yang ada di layar, lalu mengirim gambar gue yang tengah tidur kepada Seth lewat LINE”)
            Tokoh di novel ini memang cukup banyak. Namun, penokohan mereka sangat terlihat. Seperti contohnya Seth. Di novel terlihat jelas kalau Seth adalah tipe lelaki yang lembut dan baik kepada siapapun. Dia juga merupakan lelaki yang  setia. Tema yang diangkat di novel ini adalah tentang percintaan di SMA. Sebenarnya, sudah sangat banyak penulis yang mengangkat percintaan di SMA menjadi tema novel mereka. Tetapi, Wulan berhasil memnbuat tema tersebut menjadi menarik dan tidak seperti novel lain yang kurang menarik karena ceritanya tidak jauh beda dengan yang lain.
            Novel ini sangat cocok dibaca oleh para remaja, terutama mereka yang sudah duduk di bangku SMA. Karena, cerita ini mengangkat tema tentang percintaan di SMA dan juga menceritakan tentang kesibukan anak-anak SMA di sekolah. Ditambah ada adegan yang tidak patut dicontoh. Seperti disaat Seth datang ke rumah Alvaro dan tiba-tiba saja mengajak Alvaro bertengkar hanya karena ia sedang patah hati. Ada juga beberapa adegan yang membahas tentang PTN yang mungkin saja akan membuat pembaca yang masih duduk di bangku SMP atau SD bingung akan hal tersebut. (bukti: “kami sudah pernah berdiskusi mau masuk PTN mana”)
            Saya memilih untuk membaca buku ini karena, saya sudah pernah membacanya saat buku ini masih berada di wattpad, dan saya berharap bahwa saat buku ini sudah terbit, bahasanya dan pengejaannya akan lebih baik dibanding saat masih di wattpad. Saya juga memilih buku ini untuk dibaca, karena saya ingin membaca bonus chapter yang tentunya tidak ada di wattpad. Dan juga, saya memang penasaran. Apakah yang sudah diterbitkan akan berubah drastis? Ternyata, tidak. Hanya ditambahkan sedikit-sedikti saja dan ada beberapa bagian ada yang dihilangkan.

*** Selamat Membaca ***

www.pixabay.com

Baca juga:

resensi-he-loves-her-till-end-monica

resensi-biru-langit-cinta-eko-hartono

resensi-tears-in-heaven-angelia-caroline







Resensi He Loves Her Till The End (Monica Petra)


Dua Remaja Pria yang Saling Bertolak Belakang, Manakah yang Harus Dipilih?

www.google.com


Indentitas Novel :

1.      Judul                               : He Loves Her Till The End
2.      Pengarang                      : Monica Petra
3.      Penerbit                         : PT Gramedia Pustaka
4.      Tahun Terbit                  : 2008
5.      Editor                             : eMTe
6.      No. ISBN                         : 978-979-22-9513-9
7.      Jumlah halaman             : 200 hlm
8.      Ukuran Buku                  : 14 x 20 cm
9.      Kota Terbit                     : Jakarta




     Buku ini ditulis oleh Monica Petra. Ia lahir pada 13 Februari 1988 . Ia mulai menulis sejak duduk dibangku sekolah dasar, namun ia baru mulai menulis novel pada saat SMA. Ia merasa segala hal yang ia terima dalam hidupnya adalah anugerah dari Tuhan. Dari tangannya, lahirlah 14 novel. Beberapa diantaranya adalah : Looking for Laskar Cinta, Never be The Same, Perfection, Home, dan masih banyak lagi. Monica Petra banyak menulis buku tentang cinta anak remaja, serta persahabatan anka remaja. Ia ingin karyanya menginspirasi semua orang
     Cover buku ini menggambarkan seorang remaja laki-laki yang mengendarai sepeda sambil membonceng seorang remaja perempuan. Menurut saya covernya sangat sesuai dengan jalan cerita buku ini, hanya saja ketidakhadiran sang tokoh ketiga. Mungkin sang pembuat cover tidak ingin menunjukan secara eksplisit jalan cerita yang sebenarnya melalui cover ini. Akan tetapi dari segi pewarnaan menurut saya kurang menarik karena terlihat seperti novel anak SD dengan perpaduan warna hijau dan pink. Selain itu, penggunaan kertas yang seperti kertas koran turut serta mengurangi nilai dari buku ini.
    Saya menyadari bahwa, kisah yang diceritakan oleh sang pengarang merupakan kisah yang sangat umum dalam hal novel remaja, yaitu cinta segitiga. Sayangnya menurut saya, sang penulis kurang mampu dalam membedakan karyanya dengan buku-buku lain yang memiliki tema yang sama. Bahkan alur yang sudah dibangun dengan matang, justru terselesaikan dengan cara yang kurang apik dan sang penulis terkesan terburu-buru dalam menyeselaikan novel ini. Selain itu, tidak terdapat unsur ‘gregetnya’ dalam buku ini, sehingga setelah saya membaca buku ini, rasanya tidak begitu terbekas dihati saya.
   Buku ini diawali dengan seorang gadis bernama Gadis, yang sudah memiliki pacar bernama Reno, seorang remaja culun dan kutu buku. Keseharian mereka lama-lama membuat Gadis bosan terhadap Reno, ditambah Gadis sedang didekati oleh kapten basket bernama Yustian. Pengenalan alur tersebut awalnya mampu membuat saya tertarik untuk membaca novel ini lebih lanjut. Alurnya menggunakan alur maju, dan penggunaan kata yang simpel memudahkan saya membaca buku ini dan hanyut dalam alur yang diceritakan. Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga,dengan bukti kutipan : “Gadis terpesona menatap Yustian yang tampak keren dalam balutan kaos olahraga,meskipun ia harus melihat cowok itu sambil memicingkan mata karena sinar matahari”.Bagian yang menurut saya paling mengecewakan dalam buku ini adalah bagian endingnya. Sang penulis gagal mengeksekusi cerita ini dan penyelesaian yang ditawarkan seakan begitu dipaksakan . Alur yang dipersiapkan dengan matang dan panjang, terselesaikan secara singkat tanpa mempedulikan aspek-aspek yang membangun cerita ini
     Tidak banyak tokoh dalam buku ini, dan kebanyakan hanya berfokus pada tiga tokoh utama saja. Pendalaman masing-masing tokoh menurut saya agak kurang, dan sang penulis juga kurang dapat mengekspresikan tokoh-tokoh yang diceritakannya. Namun tindakan tidak terduga yang kadang dilakukan beberapa tokoh cukup membuat hati saya bergejolak. Selain itu, penulis juga terkadang menampilkan beberapa adegan dalam cerita yang mungkin tidak diharapkan oleh para pembaca untuk terjadi, namun adegan tersebut muncul. Poin inilah yang mampu menutupi beberapa kekurangan dalam buku ini.
     Dari buku ini, kita diajar untuk tidak mencintai orang hanya karena fisiknya. Karena fisik yang sempurna belum tentu memiliki hati yang sempurna juga. Selain itu, kita dapat belajar agar tidak mudah menerima kata-kata manis dan janji-jani yang terucap tanpa adanya kepastian. Dan yang terpenting adalah jangan menjadi orang yang labil terhadap perasaan kita sendiri, ikutilah kata hati kita, jauhkan dari yang namanya ego dan jangan membenci orang hanya karena orang itu tidak sesuai ekspetasi orang.
     Alasan saya membaca buku ini, karena teman saya sudah membacanya dan ia merekomendasikan buku ini kepada saya. Awalnya saya menolak namun teman saya ini kerap kali membahas buku ini, dan pada akhirnya membuat saya cukup penasaran juga terhadap buku ini.
    Buku He Loves Her Till The End ini cocok untuk dibaca bagi kalangan remaja yang sedang jatuh cinta atau mungkin bingung dalam memilih pasangan. Bahasa yang simpel, alur yang mengalir, dan sedikit bumbu-bumbu adegan tak terduga mungkin dapat membuat para pembaca kalangan remaja baper. Jika anda mengharapkan kata-kata puitis, kisah flashback, ending yang tak terduga, buku ini bukanlah pilihan yang cocok bagi anda. Tapi jika anda menginginkan sebuah novel cinta yang mudah dibaca dalam waktu senggang, maka buku ini adalah pilihan anda.


*** Selamat Membaca ***

www.pixabay.com

Baca juga:

resensi-tears-in-heaven-angelia-caroline

resensi-biru-langit-cinta-eko-hartono