Cerita Katherine
Judul : An Abundance of Katherines
Penulis : John Green
Penerbit : Speak
Tahun terbit : 2006
Hak cipta terjemahan Indonesia : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit terjemahan Indonesia : 2014
Tebal halaman : 320 halaman
Ukuran : 13, 5 x 20 cm
John Green merupakan seorang pengarang novel fiksi dengan genre romantis
yang cukup popular di dunia. Ia juga merupakan seorang youtuber, yang
mengupload banyak video yang mencakup pendidikan untuk hampir semua kalangan.
John Michael Green adalah anak dari Mike dan Sydney Green, yang lahir pada 24
Agustus 1977 di Indianapolis. Sama seperti anak-anak culun pada umumnya, Ia menjadi
bahan bully semasa sekolahnya. Tapi itu tidak menghalanginya, Ia tumbuh dan menjadi
seorang pengarang novel ternama yang sangat hebat.
Looking for Alaska merupakan novel pertamanya. Novel tersebut
memenangkan Printz Award pada tahun 2006 dan berhasil membuat rekor untuk tetap
berada di daftar The New York Times Best Seller selama 7 tahun. Pada tahun yang
sama, Ia juga menerbitkan buku yang berjudul An Abundance of Katherines. Dua tahun setelah itu, Ia menerbitkan
dua buku pada bulan yang sama, yaitu pada tanggal 2 Oktober, Ia menerbitkan
buku bersama Maureen Johnson dan Lauren Myracle, yang berjudul Let It Snow: Three Holiday Romances, lalu
selang 6 hari setelah itu Ia menerbitkan buku yang berjudul Paper Towns. Paper Towns termasuk salah satu buku John Green yang diadaptasi
menjadi sebuah film, dirilis oleh 20th Century Fox pada 5 Juni 2015
di Amerika Serikat. Pada tahun 2010, buku yang berjudul Will Grayson, Will Grayson diterbitkan. Buku tersebut ditulis
bersama dengan David Levithan. The Fault
in Our Stars adalah buku terakhir yang Ia tulis, namu buku ini merupakan
buku pertama John Green yang diadaptasi menjadi sebuah film. Buku ini masuk dalam posisi pertama di daftar The New York Times Best Seller dan adaptasi filmnya langsung menempati posisi pertama box office
sesaat setelah dirilis.
An
Abundance of Katherines merupakan buku kedua John Green. Novel
ini merupakan publikasi lain yang sukses yang mampu mengumpulkan posisi
runner-up untuk Printz Award dan finalis Los Angeles Times Book Prize. Buku ini
ditulis dengan narasi dari sudut pandang orang ketiga. Sesuai dengan judul dari
bukunya sendiri, buku ini sangat unik dan bisa dibilang satu dari antara jutaan
buku. Berbeda dengan novel-novel pada umumnya, buku ini menceritakan kisah
percintaan dengan melibatkan ilmu ataupun rumus matematika.
Awal cerita novel ini
dibuka dengan persamaan matematika yang membuat pembukaan novel tersebut cukup
berat, ditambah lagi dengan alurnya yang bisa dibilang lambat. Tetapi semakin
dalam pembaca membaca novel ini, semakin banyak jokes ringan ataupun sarkastis
khas John Green yang terdapat pada cerita, dan itu menambah keseruan dan kekonyolan
pada novel ini.
Novel ini bercerita tentang seorang anak SMA bernama Colin
yang selama hidupnya telah memacari sembilan belas perempuan yang, aneh tapi nyata, semuanya bernama Katherine. Sayangnya, kesembilan
belas mantannya tersebut mmencampakkannya, hal tersebut membuatnya merasa
begitu sakit hati dan depresi. Hassan, sahabat Collin, pun berinisiatif untuk
mengajak Colin pergi selama beberapa hari, mengendarai mobil tanpa tujuan
pasti. Hingga ketika mereka tiba di Gutshot, Tennessee, Colin dan Hassan
memutuskan untuk tinggal karena hal menarik yang
ditawarkan kepada mereka. Bersama cewek bernama Lindsey yang mereka kenal di
sana, Hassan dan Colin pun menjalani petualangan yang bisa dibilang cukup
dadakan. Di sisi lain, Colin yang masih merasa sakit hati akan putusnya
hubungannya dengan Katherine XIX, sedang berusaha untuk membuktikan The Theorem of Underlying
Katherine Predictability, dimna ia harap dapat digunakan untuk memprediksi
masa depan suatu hubungan.
Alur cerita buku ini maju-mundur. Ceritanya dikemas dengan sangat menarik
dimana kita dapat mengetahui masa lalu dari Colin dan juga sifat dari
masing-masing Katherine. Kita diajak flashback ke masa-masa tentang
bagaimana awalnya Colin dikenal sebagai child prodigy, bagaimana ia bertemu
dengan Katherine pertamanya, mengapa ia sangat menyukai anagram, dan masih
banyak hal lainnya
Gaya bahasa dari buku terjemahannya sudah cukup bagus. Bahasanya tidak
terlalu baku, sehingga mudah dimengerti oleh pembaca.
Sebenarnya buku ini dapat dibaca
untuk hampir semua kalangan, hanya saja menurut saya, cerita ini akan lebih pas
bila dibaca oleh kalangan remaja, terutama pencinta matematika karena buku ini
memuat banyak grafik, anagram dan juga rumus matematika didalamnya. Saat Colin membuktikan The Theorem of
Underlying Katherine Predictability, Ia menggunakan
berbagai macam formula matematika.
Penulisan karakter untuk
buku An Abundance of Katherines ini
terasa sangat hidup. Karakter Lindsey yang menurut saya sangat mencerminkan
anak muda zaman sekarang, yang kebanyakan setelah mereka tumbuh menjadi remaja,
mereka malah berubah, tidak menjadi diri sendiri, namun menjadi seperti yang
orang lain harapkan. Ketika menjadi pacar Colin, laki-laki yang menyebalkan dengan
badan yang kekar dan tidak begitu cerdas, Lindsey bersikap manis dan manja, dan
ketika Ia berhadapan dengan ibunya, dia
bersikap seperti apa yang diinginkan ibunya, begitu juga sikapnya kepada
orang-orang lain. Namun pada akhirnya dihadapan Colin, Lindsey dapat menunjukkan
sifat aslinya dan menceritakan bahwa sikapnya selama ini itu palsu dan hanya
semata-mata untuk mendapatkan apa yang dia inginkan seperti popularitas dan
lain-lain.
Latar tempat yang diambil
untuk cerita dari novel ini adalah Gutshot, Tennesse, dimana mereka akhirnya
berhenti atau sampai dimakam Archduke Ferdinanx, karena menemukan sebuah tanda.
Novel ini juga mengambil latar di sebuah rumah, pabrik, hutan, dan beberapa
tempat lainnya yang menurut saya membuat cerita tersebut lebih fresh karena
jujur saja, saya sedikit bosan dengan cerita remaja yang berlatarkan sekolah.
Aku juga dapat belajar dan tahu seperti apa Tennessee itu.
Buku ini mempunyai
banyak sekali footnote jadi untuk para pembacanya harus sabar. Kelemahan dari
buku An Abundance of Katherines adalah
buku ini melibatkan cukup banyak grafik kartesius dan juga rumus matematika yang
membuat pusing pembacanya. Tapi justru, kelemahan inilah yang menjadi kelebihan
dari novel itu sendiri. Hal tersebut membuat novel ini menjadi spesial dan unik,
seperti mempunyai ciri khas sendiri. Ditambah dengan beberapa kepribadian dan
juga pemikiran John Green yang dituangkan melalui karakternya. Mungkin satu
kata yang dapat menggambarkan buku ini adalah Jenius. yang ngebuat buku ini
spesial.