Legenda Graha Raya
“Jauh sebelum bangunan – bangunan yang penuh sesak dan tertata
rapi, kendaraan yang terus masuk dan keluar membuat jalanan penuh sesak dan
udara yang dapat membuat seseorang yang tidak mempunyai penyakit asma pun sesak
nafas seakan tidak ada oksigen disekitarnya. Sekarang adalah tahun 2016, jaman
sudah semakin berkembang saat ini sampai semua orang melupakan nama Graha Raya
yang merupakan kerajaan terbesar yang terlupakan, tidak ada yang mengingat nama
Graha Raya kecuali sebuah perumahan yang terbilang ‘cukup’ bagus untuk
ditempati.
“Mari sedikit kita putar waktu
dimana Graha Raya masih dalam masa kejayaannya.
Sekitar tahun 1540
Terdapat sebuah kerajaan yang sangat
besar dan tertutup. Tidak ada yang mengetahui seperti apa yang ada didalam kerajaan
tersebut. Kerajaan yang disebut oleh banyak orang merupakan Graha yang berarti
buaya dalam bahasa kawi.
Buaya sendiri merupakan lambang dari
kerajaan besar tersebut, tidak ada yang tahu kenapa tetapi patung buaya emas
biru yang besar berada pada gerbang pintu masuk kerajaan. Pintu tersebut tidak
pernah terbuka, orang asli Indonesia pun tidak pernah melihat kedalam Graha,
mereka hanya melihat gerabng megah dengan banyak para pria yang membawa tombak
di punggungnya dan panah ditangan mereka.
Ketika Indonesia akan dilanda dengan
masalah besar karena kedatangan negara asing yang ingin menaklukkan Indonesia
yang kaya akan berbagai sumber daya alam, semua orang di Indonesia menerima
mereka dengan hangat. Lain dengan Kerajaan Graha yang menolak mentah – mentah
orang asing tersebut. Orang awam mengatakan bahwa hanya orang gila yang mau
menawarkan jasa kepada Kerajaan Graha karena kerajaan tersebut seakan memiliki
segala apa yang mereka butuhkan seperti, tentara, makanan, minuman, dan semua
yang dbutuhkan oleh orang – orang lain.
Ketika penjajah mulai kelar dari
topengnya dan menyusup dengan mudahnya ke dalam Indonesia, Graha merupakan
Kerajaan yang tidak dapat mereka tandingi. Ketika para penjajah mendatangi
Graha tiba – tiba saja pintu besar tersebut terbuka dan sekitar 80 tentara
keluar menggunakan tameng dengan membentuk formasi persegi dengan berisi 40
orang tiap persegi.
Kondisi sekitar Graha sangatlah
tidak bagus berbeda dengan tembok – tembok penghalang Kerajaan Graha yang masih
putih cermelang. Kondisi sekitar sudah penuh dengan orang – orang yang
mengumpat, rumah – rumah yang sudah rubuh dan pohon – pohon yang sudah
ditebang.
Pria asing yang berasal dari negara
lain itu maju. Dilihat dari gayanya berjalan dan gestur tubuhnya pria itu
seakan mengatakan dalam diam bahwa dia adalah orang yang bertanggung jawab dari
pada tentara bodoh lainnya yang sedang berdiri memegang senjata dan yang berada
dalam tank besar.
Whusp.
Panah tertancap ditanah tepat didepan kaki pria asing tersebut.
“JANGAN MENDEKAT!” kata salah satu
pria diantara 80 tentara kerajaan Graha. “PERGILAH ATAU KALIAN AKAN MENYESAL”
ingat pria tersebut.
Kebodohan yang diambil oleh para tentara
asing adalah mereka tertawa. Pria yang merupakan penanggung jawab tersebut
tertawa paling pertama lalu dilanjuti oleh anak buahnya yang lain, sangat
menunjukkan bahwa mereka takut kepada si penanggung jawab.
“KALIAN KIRA KAMI TAKUT? MENYERAHLAH
KALIAN! KAMI SUDAH MELULUHTATAHKAN NEGARA KALIAN” balas pria tersebut
menggunakan logat asingnya yang sangat kental seakan seperti orang yang baru
belajar bahasa Indonesia kemarin sore. Dengan satu kode dari si penanggung
jawab, tentaranya maju dengan gerakan yang cepat.
Kesalahan besar. Tentara – tentara
orang asing tersebut tidak lebih dari 80 menyebabkan mereka kalah dengan mudah.
Tentara Graha yang berada di atas pembatas tembok sudah menyiapkan panahnya dan
bekerja 2 kali lipat cepat untuk menembaki musuh. 80 tentara yang berada di
hadapan tentara asing membuka tamengnya dan ternyata tentara Graha menambah menjadi
2 kali lipat juga.
Tidak memerlukan waktu yang lama
tank hancur karena tombak besi yang tertancap di roda tank, para bawahan si
penangung jawab sudah tergeletak di tanah dengan penuh darah. Si penanggung
jawab melihat kejadian tersebut langsung takut dan berlari. Nasib si penanggung
jawab tidak baik, mereka membawa orang asing tersebut kedalam Graha untuk
ditanya dan dibunuh dengan pantas dan lama.
Semua akan mengira bahwa Graha
memiliki tentara terbaik dan sempurna, tetapi mereka telah membuat kekeliruan
karena mereka tidak melihat ada sebuah anak lelaki masuk kedalam gerbang
tersebut dan mencari keamanan untuk diirnya sendiri –“
“Ibu! Ibu!” teriak seorang siswa
“Ada apa Jose?” jawab orang yang
dipanggil oleh siswa tersebut.
“Saya kurang mengerti. Jadi
sebenarnya Graha itu apa?” katanya dengan polos, Pertanyaan Jose membuat
seluruh kelas mengeluarkan ejekan dan kemarahan.
“WEI! Dengerin aja dulu ceritanya
Ibu Cathie!” teriak salah satu siswa
“Hadeh, gak usah dijelasin lah bu,
lanjutin aja!” balas lagi salah satu siswi
“Jadi, Graha itu merupakan salah
satu kerajaan di Indonesia tetapi orang – orang yang tidak tahu akan fakta
tersebut karena mereka tidak pernah melihat Graha kecuali gerbang depannya
saja” Jelas salah stau siswa yaitu Leandro, sontak saja semua siswa dan siswi
dikelas tertawa akan nada cara Leandro berbicara.
“Sudah! Sudah! Biarkan ibu lanjutkan
bercerita tentang Graha Raya” perintah Ibu Cathie. “Jadi,
Lelaki yang merupakan penyusup itu
cukup lihai dalam berlari. Dia merupakan lelaki yang telah diperbudak 1 tahun,
makan dan minum yang lelaki tersebut dapat sangat tidak pantas disebut makanan
dan minuman sehingga membuat tubuhnya kurus bukan main. Ketika lelaki tersebut melihat
gerbang Graha terbuka lelaki itu beranggapan bahwa ini merupakan peluang emas,
jika dia bisa masuk kedalam Graha mungkin hidupnya akan lebih baik tetapi jika
dia tidak sengaja mati tertembak panah – itu tidak akan pernah terjadi karena
pemanah tentara Graha sangat lihai – maka itu tidak menjadi masalah baginya
karena menurutnya lebih baik dia mati dari pada diperbudak oleh sekumpulan
orang asing tidak punya hati dan akal sehat yang benar.
Ketika lelaki tersebut masuk kedalam
gerbang, lelaki tersebut tidak langsung masuk kedalam Graha lebih jauh. Lelaki
itu melihat pertempura sampai akhir, melihat darah dan pembunuhan sudah menjadi
kesehariannya di tempat perbudakannya sehingga melihat pertempuran tersebut
bukan lah sesuatu yang menjijikan baginya. Melihat pasukan Graha menang membuat
lelaki tersebut senang bukan main. Lelaki melihat pria sombong yang selalu
mencambuknya diseret kedalam Graha dengan kondisi yang sangat tidak baik. Si
penanggung jawab tersebut mengalami memar parah dimuka dan kaki yang sengaja
dipatahkan oleh salah satu tentara Graha.
Para tentara masuk dengan saling
melindungi satu sama lain, tameng yang dibuat 180 derajat dibuat untuk para
prajurit tidak mengenai tembakan tiba – tiba dari tentara lain yang tidak
diketahui. Ketika gerbang ditutup laki – laki itu menahan nafas karena para
tentara berjalan ke arahnya. Kaki lelaki tersebut dengan gesitnya lari mencari
persembunyian yang baik. Tentara tersebut berjalan kearah persembunyiannya dan
lewat begitu saja didepan lelaki kecil tersebut yang sembunyi diantara semak –
semak. Melihat para tentara tersebut menjauh, lelaki tersebut mengikuti
dibelakang dengan hati – hati.
Didalam perjalanannya di dalam
Graha, dia melihat berbagai rumah – rumah kecil yang indah dan beberapa dari
rumah tersebut keluarlah anak – anak yang lebih tua darinya bahkan ada ayng
lebih muda darinya. Dia kaget melihat apa yang ada di dalam Graha. Kerajaan
tersebut lebih tepat disebut sebuah desa yang indah, yang tidak ada
pertengkaran seakan temat tinggal yang sama yang pernah ia tinggali sebelum
para penjajah datang.
Tidak lama, lelaki itu tiba di
sebuah gerbang yanglebih megah dari gerbang yang biasanya ia liati. Gerbang
tersebut terbuka dan sebaik mungkin lelaki itu masuk dengan sukses. Lelaki itu
terus melanjuti perjalnaannya mengikuti para tentara sampai akhirnya tibalah
dia disebuah lapangan besar yang beralas tanah bersih dan putih.
Semua prajurit melihat kearah 3
bangku yang berjajar dengan rapi dan dipenuh dengan berbagai hiasan buaya emas
dan biru yang sangat indah. Tidak berselang lama, keluarlah 2 pria dan satu
perempuan. Pria yang terlihat tua duduk di tengah, pri ayang lebih muda duduk
di sebelah kiri dan perempuan duduk dikanan.
“RAJA GRAHA, KAMI PERSILAHKAN ANDA
MENGHAKIMI ORANG ASING INI” teriak salah stau prajurit
“Jelaskan semuanya tentang tentara
kalian” perintah raja tersebut dengan tenang.
Semua orang melihat ke arah si
prajurit. Walaupun muka si prajurit asing tersebut sudah bengkak dan berdarah,
semua orang bisa melihat muka kesalnya dengan jelas. Cuih. Prajurit asing tersebut meludah didepan sang Raja – tanda
ketidak sopanan.
“Hanya prajurit bodoh yang
menghianati sekutunya” katanya dengan logat aneh.
“Pemanah!” panggil Raja, 10 pemanah
keluar dari tempatnya. “Bunuh dia” perintah Raja tersebut.
Satu – satu panah tertancap di
tubuhnya dengan cepat. Dalam panah ke 10 yang terkena tepat ke kepala membuat
prajurit tersebut jatuh dan mati. 4 prajurit langsung bergegas membawa jasadnya
ke tempat lain.
Lelaki yang merupakan penyusup mau
tidak mau terkesiap. Dia tidak tahu bahwa kerajaa Graha ada kerajaan yang
sangat kejam.
“KELUARLAH HAI KAU ORANG ASING”
teriak seorang pria yang duduk disebelah kanan sang Raja.
Lelaki tersebut kaget dengan perkataan
lelaki tersebut. Dia tidak ingin mati tetapi dia tetap berjalan di kedepan,
semua prajurit melihatnya dengan tatapan penuh dengan kebencian seakan dia
adalah seorang mata – mata. Lelaki tersebut memberanikan hatinya untuk
berjalan, dan membungkuk dihadapan 3 orang besar tersebut.
“Siapa kamu?” tanya sang Raja
“Sa.. saya adalah Teguh. Saya merupakan
pemukim dari pembatas Graha ini tuan” katanya dengan terbata – bata.
“Apa yang kau lakukan disini?”
“Saya ingin bebas dari penjajah ini,
saya tidak kuat menahan cambukan mereka” Teguh memperlihatkan bekas cambukan
yang ada di kaki dan tangannya.
“Penyusup pantas mati. Pemanah!
Bunuh dia” perintah Raja
“Tunggu! Ayahanda, tidak kah kita
sebaiknya melindungi dia? Lihat betapa kurusnya dia, tidak mungkin lelaki ini
merupakan mata 0 mat adari prajurit asing itu.” Protes pria yang duduk
disebelah kanan Raja.
“Apa maumu nak?” tanya Raja
“Karena para prajurit tidak
mengetahui bahwa lelaki ini menyusup bukankah berarti lelaki ini sangat lihai
menggunakan kakinya, kita bisa memanfaatkannya sebagai penambahan tentara.
Bagaimana?” tanya anaknya
“Ah betul! Bukan kah membunuh satu
orang sudah cukup untuk hari ini sayangku?” tanya perempuan yang selama in
iterdiam melihat kejadian tadi, sekaan sudah sering melihatnya.
Raja itu terdiam dan mengamati Teguh
dengan cermat dan Raja mengangguk, melihat potensi apa yang dimiliki Teguh.
“Bawa dia dan latih dia” perintah
sang Raja dan pergilah Raja itu dari tempat duduknya disusul oleh Ratu dan
anaknya.
Teguh dilatih oleh pasukan khusus
dari Graha. Teguh melihat apa yang sudah selaa satu tahun tidak dilihatnya yaitu
keluarga. Teguh mempelajari tentang Graha yang ternyata merupakan kerajaan yang
terbesar tetapi tertutup karena kerjaan ini sebenarnya adalah sebuah rumah
seorang yang kaya raya, tetapi lama – lama menjadi sebuah kerajaan.
Lambang buaya yang melambangkan
bahwa Graha merupakan pemangsa yang tidak takut akan lawan yang harus dibuh,
Warna emas yang melambangkan kekayaan dan Warna Biru yang melambangkan air yang
mengalir – karena air sangat dibutuhkan dan dapat mematikan. Teguh belajar
membunuh, menggunakan pedang, tameng dan masih banyak lagi.
Perlu 5 tahun untuk Teguh menjadi
hebat dan menjadi teman bagi Putra Raya yang merupakan nama anak sang Raja.
Teguh menjadi teman curhat dari Sang Putra Mahkota, mereka selalu membicarakan
tentang membuka gerbang Graha dan membiarkan semua tentara membasmi para
penjajah dari Negara Indonesia.
Selama Teguh berlatih, penjajah
semakin semena – mena dalam memperlakukan orang awam Indonesia. Tidak ada hari
tanpa minum bagi orang yang tidak bekerja lebih dari 54 jam. Teguh mengetahui
semuanya karena dia mengirim mata – mata terbaik Graha untuk mengawasi para
prajurit asing.
Kian tahun semakin memburuk, Putra
Mahkota yaitu raya pun memutuskan untuk turun tangan dan meminta ayahnya untuk
membuka gerbang dan mengirim pasukan untuk membasmi para penjajah, sayang ide
itu ditolak.
Seorang Raja tahu seberapa kuat bala
tentaranya melwaan pasukan dan menurut sang Raja, tentara Graha masih belum
cukup kuat untuk membasmi para penjajah. 2. 3. 4. 5 tahun berlalu lagi dan
Putra Raya sudah cukup besar untuk menjadi Raja tetapi dia tidak ingin
mengambil mahkota tersebut dan menyuruh ayahnya untuk memberi mahkota tersebut
kepada istri nya yang lain yang memiliki putra.
Putra Raya yang sudah berlatih
memegang pedang dari kecil sangat lah hebat. Dia dan Teguh selalu bersama dan
menjadikan diri mereka tidak terkalahkan dalam sesi latihan. Tiap tahun,
Indonesia semakin parah tetapi Graha tetap sama. Graha tetap berdiri kokoh,
bersih dan tenang. Tidak tahan dengan membiarkan para penjajah membunuh 10
lebih orang dalam satu hari, hati nurani Putra Raya tergerak dengan ganas.
Putra Raya dan Teguh mengumpulkan
pasukan yang ingin membantu mereka dan ternyata hampir semua prajurit ikut
kedalam gerang dan pergi untuk membunuh para penjajah. Putra Raya dan Teguh
mendapat banyak caci maki pedas akan tindakan bodohnya saat berjalan ke gerbang
perbatasan.
“MEREKA PERLU BEBAS! AKU AKAN
MEMBUKA GRAHA DAN MENJADIKANNYA TEMPAT PENAMUNGAN SEMENTARA SAMPAI INDONESIA
MENJADI NEGARA YANG KEMBALI LAYAK DI TINGGALI!” teriak Putra Raya.
Melewati gerbang dengan sulit karena
beberapa prajurit menghalangi sehingga membuat Putra Raya dan Teguh harus bisa
memukul mereka tanpa membunuh mereka. Awalnya semua berjalan dengan baik sampai
saat mereka tiba di kerajaan prajurit asing yang sangat tidak bermodal tetapi
memiliki kekuatan militer yang patut di ancungi 100 jempol.
Putra Raya dan Teguh meninggal dalam
pertempuran. Raja yang mengetahui langsung bersedih dan terus berlarut – larut
sampai akhirnya jatuh sakit dan menghembuskan nafas akhirnya. Sebelum meninggal
perintah raja terakhir adalah
“Bukakan gerbang Graha dan masukkan
sebanyak apapun yang bisa kalian selamatkan para prajurit berani. Buatlah
perjuangan anakku dan teguh tidak sia – sia.”
Sejak saat itu gerbang dibuka dan
mereka menyelamatkan banyak jiwa tetapi sayang para prajurit bergegas datang ke
Graha dan menembaki mereka smeua. Tidak ada yang selamat dari Graha, semuanya
meninggal. Masa kejayaan Graha sudah tidak ada. Prajurit asing masuk kedalam
Graha dan melihat banyaknya rumah seakan Graha merupakan desa tertutup.
Prajurit menjelajahi Graha dengan secara perlahan karena Graha ternyata sangat
luas dan memiliki banyak rahasia. Didalam Kerajaan, banyak sekali emas – emas
dan barang berharga lainnya didalam satu ruangan penuh.
Prajurit asing menamai tempat itu
dengan sebutan Graha Raya, tanpa alasan jelas mengapa orang menyebutnya Graha
Raya. Ad ayang mengatakan bahwa prajurit asing tahu akan Putra Mahkota Raya dan
menghargainya. Begitulah cerita dari legenda Graha Raya”
“Terus sekarang kenapa Graha Raya
jadi perumahan bu?” tanya seorang siswi
“Awalnya tempat tersebut di
karantina oleh para penjajah, lalu ketika bapak presiden kita yang pertama
yaitu Pak Seokarno, beliau memerintahkan bawahannya untuk memakai kerajaan
Graha untuk memulai pembangunan. Masih ada banyak sisa – sisah harta disana dan
mereka juga menggunakan Graha sebagai tempat sementara tinggal” jelas Ibu
Cathie
“Oh! Terus mereka semua akhirnya
berpencar mencari tempat tinggal dan ada sebagian yang tetap tinggal di Graha
dan membangun Graha seperti yang sekarang gitu bu?”
“Iya, benar sekali”
“Ibu! Ibu! Kok Ibu bisa tau cerita
ini darimana?”
“Karena ... cerita tersebut sudah
diturunkan turun – menurun dikeluarga ibu” senyum Ibu Cathie
Kkringg..
Kringg..
“Ah! Bel sudah berbunyi” Ibu Cathie
membereskan barang bawaannya dan bersiap ke kelas lain dengan berbagai
pertanyaan di kepala para siswa dan siswi.
Jadi apakah Ibu Cathie keturunan
dari Putra Mahkota, teguh atau Bapak Soekarno sendiri? Dan kenapa tidak ada
yang mengingat Graha yang merupakan
Kerajaan terbaik saat itu? Malu atau karena tidak ada yang benar – benar
mengetahui tentang Graha?