www.pixabay.com |
Kita tahu bahwa cara mengobati sakit adalah dengan mengonsumsi obat, cara
mempertahankan kekebalan tubuh dengan mengonsumsi vitamin, dan cara mencegah
virus yang masuk ke dalam tubuh adalah dengan vaksin. Namun, apakah kita benar-benar tahu
bagaimana caranya menyembuhkan luka batin yang bersembunyi di dalam diri?
Kita mampu merawat kulit, gigi, mata, dan tubuh. Namun, apakah kita juga mampu merawat
pikiran dan perasaan kita sendiri?
Langkah awal yang bisakitalakukanadalah
mengenali dan menerima luka batin.Semua orang pernahmenjadi korban kehidupan. Kita
menerima caci maki dan tekanan dari teman, mendengarkan komentar negatif mereka
terhadap tubuh kita, atau mendapat perlakuan kasar dari pasangan. Kita
menyimpan perasaan marah, kecewa, takut, sedih, sepi, dan gelisah sendiri di
dalam hati. Padahal sebenarnya, setiap orang memiliki kemampuan terapeutik (kekuatan
menyembuhkan) untuk diri sendiri. Kita tidak harus terjerumus dalam keadaan
yang tidak kita senangi, sebab kita memiliki andil untuk membuat suasana
menjadi damai. Salah satunya dengan memaafkan apa yang sudah pernah melukai
hati kita.
Self-healing adalah
sebuah proses
sederhana membantu menyembuhkan luka batin dengan
melibatkan kekuatan diri secara penuh untuk beranjak dan bangkit dari
penderitaan. Tanpa bantuan orang lain, tanpa media apapun. Self-healing membantu
kita mengenali pikiran dan perasaan negatif yang selama ini mengurung diri.
Setelah mengenali dan menerimanya, kita akan mampu mengurai satu persatu
masalah yang membebani pikiran dan perasaan kita tadi. Tujuannya bukan
mengingat-ingat luka yang telah berlalu, tetapi mengajak kita untuk lebih
memahami diri.
Ketika kita berhasil self-healing, kita
akan menjadipribadi yang resilien.
Pribadi yang resilien adalah pribadi yang penuh penerimaan terhadap kesulitan,
kegagalan, dan tragedi dengan tegar dan tangguh. Kita akan lebih tegas dalam
mendefinisikan masalah hidup, memandangnya sebagai ruh yang justru menguatkan
dan memberikan banyak pelajaran yang tidak diajarkan oleh siapapun melainkan
permasalahan itu sendiri. Setelah kita bangun dari keterpurukan selama ini,
diri kita akan mampu untuk lebih “hadir” di lingkungan pertemanan, lingkungan
kerja, dan keluarga.
Self-healingjuga bergunauntukmenyelesaikan masalah
yang belumterselesaikanatau yang orang psikologikenaldenganunfinished
bussines, yang berakibat pada kelelahan emosi seseorang.
Sebagian besar orang pernah mengalami kelelahan emosional dalam berbagai
bentuk. Seperti sedih karena kepergian orangtua, cemas terhadap masa depan,
gagal meraih sesuatu, mengalami peristiwa yang tidak diinginkan, marah pada
kesalahan diri sendiri, dan sebagainya. Lalu, apa yang harus dilakukan? Siapa
yang seharusnya menyembuhkan luka itu?
Untuk yang belum selesai dengan masalah emosinya sendiri, beberapa cara di
bawah ini semoga bisa membantu menyembuhkan diri sendiri dari dalam.
- Me Time
Masalah yang belum selesai pada
sebagian orang umumnya berkaitan dengan kehadiran orang lain. Me time ini
berguna untuk membuat setiap orang memikirkan dirinya sendiri terlebih dahulu.
Bagaimanapun orang lain memperlakukannya, diri kita masih bisa memilih untuk
bahagia.
Saat seseorang terlalu sibuk
memikirkan orang lain, terkadang ia lupa memikirkan diri sendiri. Meluangkan
waktu untuk diri sendiri benar-benar akan membuat kita merasa lebih bermakna.
Membuat kita merasa bahwa pusat dari segala kehidupan
ini adalah diri sendiri. Orang lain hanyalah pelengkap kebahagiaan.
- Berdialog
dengan Diri Sendiri
Bicaralah pada diri sendiri tentang
apa yang sebenarnya diinginkan. Jujur pada diri sendiri lebih baik ketimbang
melampiaskan segala perasaan buruk kita pada sesuatu. Satu-satunya orang yang
mampu berbicara dengan lubuk hati terdalam adalah diri sendiri. Saatnya mulai
memahami diri sendiri untuk bisa bersyukur atas apa yang hidup ini berikan.
- Berdamai
dengan Keadaan
Mengingat kembali
peristiwa-peristiwa buruk yang masih membekas di hati memang tak terhindarkan.
Setiap orang berhak marah atas hal itu. Orang yang hatinya terluka sangat dalam
tidak akan dengan mudah melupakannya. Namun, apakah dengan menyalahkan keadaan atas
atas semua peristiwa buruk itu bisa dibenarkan? Apakah dengan mengutuk keadaan
bisa membuat batin kita tenang? Tidak. Alangkah lebih bijaknya kita jika
mencoba berdamai dengan keadaan. Menerima setiap keadaan yang menimpa kita ini
sebagai guru kehidupan yang menempa pribadi kita lebih baik lagi.
4. Jadikan penyesalan sebagai kekuatan
Sebagian orang pernah mengalami hal
yang memalukan dalam hidupnya. Sebagian lain juga pernah berbuat kesalahan yang
sudah disesalinya. Namun, tidak sedikit pula mereka yang menyesal tak ada
habisnya, hingga menimbulkan perasaan yang tidak nyaman. Gelisah, cemas dan
terus memikirkan hal tersebut membuat hati seseorang lelah.
Oleh karena itu, jadikanlah sebuah
penyesalan terberat sekalipun di dalam hidup kita ini sebagai pelajaran. Boleh
sesekali mengingat kejadian itu, tapi gunakanlah sudut pandang yang berbeda.
Bicaralah pada diri sendiri bahwa melakukan kesalahan itu wajar. Yang perlu
dilakukan hanyalah belajar untuk tidak mengulanginya.
5. Tempatkan Masa Lalu pada Tempatnya
Setiap orang punya kisah masa
lalunya masing-masing. Tidak sedikit mereka memiliki masa lalu yang kelam
hingga membuat masa kininya tidak tenang. Namun, kita tidak bisa mengubah peristiwa
yang telah terjadi. Sebagai manusia, yang bisa dilakukan hanyalah mengubah
respon kita terhadap masa lalu itu. Untuk itu, jadikanlah masa lalu sebagai
guru yang mendewasakan.
Masa lalu hadir di masa kini bukan
untuk terus disesali, tapi untuk dimaknai. Memaknai kembali pengalaman masa
lalu dengan respon yang positif sangat membantu penyembuhan hati kita.
6. Menulis ekspresif
Menulis punya kekuatan untuk menyembuhkan diri
kita dari dalam. Menulis ekspresif adalah
menulis untuk mengutarakan segala perasaan yang dialami. Tidak perlu
memperhatikan aturan seperti tanda baca, ejaan, dan sebagainya. Intinya,
menulis ekspresif adalah sebuah upaya untuk mengungkapkan segala emosi yang
dirasakan saat stress datang. Dengan menuliskan segala kekesalan itu dapat
membantu kita untuk melihat masalah dari sudut pandang yang lain.
Saya yakin bahwa setiap
orang adalah penyembuh terbaik bagi dirinya sendiri. Setiap luka
batin, masa lalu yang kelam, pengalaman pahit, kegagalan hidup hanyalah sebuah
peristiwa. Setiap peristiwa bisa disikapi dengan bijaksana dan setiap luka yang
membekas bisa disembuhkan. Setiap hal buruk di dunia ini akan terus terjadi,
maka maknailah semua luka itu sebagai ujian perjalanan hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar